TEMPO Interaktif, Washington - Ilmuwan yang menemukan rahasia bagaimana sel menua, pembuat sel surya yang efisien, dan penemu alat untuk melihat otak bekerja secara real time adalah para kandidat Hadiah Nobel. Begitulah prediksi para peneliti di Thomson Reuters, sumber informasi intelijen terkemuka dunia untuk bisnis dan profesional.
Para peneliti bagian Healthcare & Science di Thomson Reuters juga menyebut nama ilmuwan yang mengungkapkan bagaimana pesan tertentu dibawa dalam sel, pencetus komputer kuantum, dan pakar ekonomi yang mengambil spesialisasi dalam kebijakan moneter sebagai kandidat dalam ajang bergengsi itu.
Di antara sejumlah nama ilmuwan top tersebut, terdapat Elizabeth Blackburn dari University of California, San Francisco. Blackburn adalah salah seorang ilmuwan yang berperan dalam penemuan telomerase, enzim yang dibuat oleh struktur kecil di ujung kromosom yang berada di balik penuaan dan kanker. "Semua penemuan itu layak mendapatkan Hadiah Nobel," kata Thomson's David Pendlebury, peneliti Thomson Reuters yang setiap tahun membuat prediksi siapa peraih Hadiah Nobel.
Tim Pendlebury juga memprediksi nama Seiji Ogawa dari Hamano Life Science Research Foundation di Tokyo, Jepang, untuk penemuan yang merintis jalan bagi terealisasinya pemindai resonansi magnetik fungsional (fMRI), yang kini dipergunakan secara luas dalam ilmu pengetahuan, dari psikologi sederhana sampai neurologi.
Michael Gratzel dari Swiss Federal Institute of Technology juga diprediksi sebagai calon kuat peraih Hadiah Nobel bidang kimia atas kiprahnya membuat sel surya dye-sensitized atau sel Gratzel.
Untuk bidang ilmu fisika, Pendleton menjagokan John Pendry dari Imperial College of Science and Technology di London, Sheldon Schultz dari University of California, San Diego, dan David Smith dari Duke University. Menggunakan refraksi negatif yang mengarah pada meta-material, mereka berhasil membuat "invisibility cloak"--mirip jubah yang digunakan Harry Potter untuk menghilang dari pandangan orang di sekelilingnya. Material buatan mereka bekerja dengan cara membelokkan radiasi elektromagnetik dalam berbagai panjang gelombang.
Juan Ignacio Cirac dari Max Planck Institute for Quantum Optics di Garching, Jerman, juga diunggulkan karena mendukung terciptanya komputer kuantum, komputer supercepat yang menggunakan kualitas ganjil dalam fisika kuantum seperti kemampuan sebuah partikel untuk berada di dua tempat pada saat yang bersamaan.
Untuk bidang ekonomi, Pendlebury mengusung nama Ernst Fehr dari University of Zurich di Swiss untuk kiprahnya dalam ekonomi perilaku, termasuk isu preferensi, keadilan, dan kerja sama.
Setiap tahun organisasi ini memprediksi ilmuwan yang bakal menerima Hadiah Nobel di bidang kedokteran, kimia, fisika, dan ekonomi berdasarkan peringkat yang ditentukan oleh seberapa sering peneliti lain menggunakan hasil pekerjaan mereka sebagai dasar sebuah riset. Pendlebury mengatakan prediksi yang mereka buat lebih berbau ilmu pengetahuan dan teknologi daripada seni. "Pendekatan kami difokuskan pada riwayat citation dari orang-orang itu," ujarnya. "Citation itu berfungsi sebagai penanda atau sinyal untuk mencari temuan apa yang bernilai paling tinggi bagi masyarakat ilmiah."
Tahun lalu Thomson memprediksi dengan tepat kemenangan Roger Tsien, peraih Hadiah Nobel bidang kimia, yang menemukan protein ubur-ubur yang menyala hijau, dan pakar ekonomi Paul Krugman, yang meraih hadiah bergengsi itu, untuk teori perdagangan internasional. Pada 2007, prediksi untuk pemenang Hadiah Nobel bidang kedokteran dan fisika pun terbukti akurat.
Tentu saja proses yang mereka gunakan ini berbeda dengan pekerjaan Komite Nobel, yang akan mulai memilih peraih hadiah bergengsi itu pada awal Oktober mendatang. "Mereka memiliki proses yang amat ketat dan berlaku selama bertahun-tahun dengan cara meminta masukan nomine," kata Pendlebury. "Dewan akan menilai nomine itu dan jumlah citation mungkin juga menjadi salah satu faktor."
TJANDRA DEWI | REUTERS