TEMPO Interaktif, Jakarta - "Semoga keberuntungan Twitter mengiringi kami," kata John Hering, Chief Executive Lookout, di kantornya di kawasan South of Market, San Francisco. Pekan lalu, Lookout memang pindah kantor dari Orange County di California Selatan. Mereka menempati bekas kantor perusahaan Twitter di San Francisco.
Lookout kini jadi buah bibir. Maklum, sejumlah investor ternama menggerojokkan dana US$ 5,5 juta kepadanya. Mereka adalah Khosla Ventures, Trilogy Partnership, Phil Paul (pendiri Paul Capital Partners), Chris Sacca (mantan Kepala Inisiatif Khusus Google), dan Joseph Ansanelli (mantan Chief Executive Vontu).
Perusahaan ini menawarkan jasa dan keamanan bagi telepon seluler pintar. Selain itu, kemampuan mencari perangkat yang hilang atau dicuri. "Saat ini layanan Lookout masih versi beta di 170 negara dengan 400 jaringan bergerak (mobile)," kata Hering. Bulan depan mereka mulai menawarkan kepada publik dengan cara berlangganan.
Lookout didirikan tiga anak muda. Selain Hering, ada Kevin Mahaffey dan James Burgess. Ketiganya bertemu saat masih menjadi mahasiswa di University of Southern California. Selama lima tahun mereka bekerja sama mengutak-atik gadget bergerak dan menemukan aneka kerentanan. Merekalah yang mengungkap kelemahan iPhone ketika menerapkan Bluetooth. Pada 2004, ketiganya memecahkan rekor dunia hacking ponsel lebih dari satu mil jauhnya melalui Bluetooth.
Di perusahaan ini, Kevin Mahaffey berperan sebagai chief technology officer. Mereka tidak khawatir terhadap masuknya Symantec dan McAfee ke bisnis ponsel. Menurut Hering, perusahaan lain lebih banyak menggunakan pendekatan berbasis komputer personal (PC). "Kami melindungi perangkat dan data dengan basis multiplatform," ujarnya.
Software Lookout, ujar Hering, melindungi dari aplikasi buruk dan tidak sah. Selain itu, serangan melalui Wi-Fi atau Bluetooth. Boleh jadi perangkat lunak yang menarik adalah pelacak ponsel yang hilang. Bukan apa-apa, pemilik dapat menggunakan aplikasi web untuk membuat ponsel pintar tersebut "berteriak" atau berdering keras seperti suara sirene sehingga mengganggu orang di sekelilingnya.
Jika ponselnya dicuri, mereka dapat melacaknya melalui peta online. Pemilik dapat menarik aplikasi Find My Device Web untuk melihat keberadaan ponselnya. Mereka dapat menguncinya agar si pencuri tidak dapat menggunakan atau mengakses data. Tak hanya itu, data dalam ponsel juga dapat dihapus. Jika perangkat ditemukan, data tersebut dapat dikembalikan. Aplikasi ini merupakan kombinasi global positioning system, cell tower, dan teknologi Wi-Fi untuk melacak perangkat.
Menurut Hering, ponsel pintar merupakan platform komputasi saat ini dan masa depan, bahkan menjadi platform utama. Gadget ini selalu berada dalam saku dan mudah dibawa ke mana-mana. Tak banyak perangkat elektronik yang memiliki kekuasaan dan hubungan pribadi sepenting ponsel. Untuk pengamanan, ia berpromosi, perlu ada pelindung.
UNTUNG WIDYANTO | CNET