Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Inspirasi dari Kuliah Gempa

image-gnews
Seismograf. TEMPO/Fully Syafi
Seismograf. TEMPO/Fully Syafi
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - SESEKALI coba Anda menengok situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Hitung berapa banyak gempa yang mengguncang wilayah Indonesia selama sepekan ini. Tak perlu risau atau terkejut jika didapat data yang terlihat menakutkan. Bayangkan, ada 60 gempa berkekuatan 2-6 skala Richter yang terjadi dalam periode 2-5 Desember lalu.

Ya, Indonesia memang dikenal sebagai kawasan rawan gempa terbesar di dunia. Kawasan ini dikepung tiga lempeng tektonik dan juga merupakan jalur cincin api Pasifik, yakni rangkaian gunung api aktif di dunia. Selama dinamika di lapisan bumi ini terus bergerak, potensi gempa tak akan pernah hilang. Bencana yang belum bisa diprediksi kapan datangnya ini terus mengancam merusak infrastruktur bahkan menelan korban jiwa.

Inilah yang mendorong Tatang Kukuh Wibowo, Ali Zakaria, dan Fitrianto--ketiganya mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta--menciptakan detektor gempa skala rumah tangga. Alat ini menang dalam Kompetisi Rancang Bangun Nasional 2010 di Universitas Udayana, Bali. "Selama ini deteksi gempa hanya dimiliki instansi pemerintah," kata Tatang, konseptornya, sepekan lalu.

Menurut Tatang, gempa selalu datang tiba-tiba dan umumnya terjadi malam hari. Gempa semacam itulah yang banyak menimbulkan korban jiwa. Biasanya penduduk terlambat menyelamatkan diri lantaran ketiadaan peringatan dini. Alat yang murah dan mudah dipasang di rumah penduduk dinilai sebagai solusinya. "Biaya pembuatannya pun hanya Rp 50 ribu," kata Tatang.

Detektor gempa rumah tangga ini berdesain sederhana. Ukurannya hanya sebesar bungkus keripik kentang yang biasa dijual di supermarket. Pelindung detektornya pun terbuat dari plastik mika. Tapi di dalamnya tersimpan komponen yang terdiri atas relai, alarm, bandul tembaga, dan cip dengan sumber tenaga baterai 9 volt.

Detektor gempa bekerja ketika bangunan bergoyang. Dasar penghitungannya meliputi percepatan pergerakan tanah dan massa bangunan. Nah, cip pintar di dalam detektor gempalah yang menentukan suatu bangunan akan roboh atau tidak. "Alarm otomatis berbunyi sebagai pertanda bangunan berpotensi roboh," kata Ali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ali menambahkan, bangunan satu lantai mampu bertahan terhadap goyangan tak lebih dari satu sentimeter. Ada juga struktur bangunan yang tahan goyangan hingga 10 sentimeter. Kekuatan bangunan yang berbeda-beda ini mengharuskan cip detektor dibuat berdasarkan kekuatan rumah. Detektor buatan UNS disarankan dipasang di kolom bangunan atau titik pusat kekuatan rumah, yang paling terpengaruh ketika terjadi pergerakan bangunan. "Hitungannya tidak menggunakan prinsip skala Richter," kata Tatang.

Alasannya, menurut Tatang, alat ini terfokus menghitung kemampuan bangunan bertahan terhadap goyangan akibat gempa. "Prinsipnya, alat bekerja ketika goyangan yang diterima sebuah bangunan melebihi batas toleransi kekuatannya. Sehingga penghuninya punya kesempatan melarikan diri sebelum bangunan roboh," katanya.

Ide pembuatan detektor gempa terlintas begitu saja di pikiran Tatang, 21 tahun, pada saat ia menyimak kuliah tentang rekayasa gempa pada April lalu. Saat itu dosen sedang menerangkan ihwal bangunan yang bergoyang akibat gempa. Namun pembuatannya baru dilakukan sebelum Lomba Rancang Bangun pada Oktober. "Belum ada detektor gempa rumah tangga di pasaran," katanya.

Dosen struktur beton dan mekanika bangunan Fakultas Teknik, Edy Purwanto, menilai detektor gempa buatan anak didiknya berpeluang membantu pemerintah mengurangi risiko bencana. Tapi perhitungan goyangan setiap bangunan yang berbeda-beda masih menjadi kendala. "Tidak bisa dipukul rata untuk setiap bangunan. Jadi agak repot ketika akan diproduksi massal," katanya.


Rudy Prasetyo, Ukky Primartantyo (Solo)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


3 Nama Soekarno, Kelahirannya Serba 6 dan Bersamaan Letusan Gunung Kelud

9 Juni 2022

Soekarno Presiden pertama Indonesia di Jakarta, saat para fotografer meminta waktu untuk memfotonya Presiden Sukarno tersenyum, dengan mengenakan seragam dan topi, sepatu juga kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya. Sejarah mencatat sedikitnya Tujuh Kali Soekarno luput, Lolos, Dan terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, hal yang paling menggemparkan adalah ketika Soekarno melakukan sholat Idhul Adha bersama, tiba tiba seseorang mengeluarkan pistol untuk menembaknya dari jarak dekat, beruntung hal ini gagal. (Getty Images/Jack Garofalo)
3 Nama Soekarno, Kelahirannya Serba 6 dan Bersamaan Letusan Gunung Kelud

Presiden Pertama RI Soekarno, memiliki 3 nama. Di mana masa kecilnya?


Kronologi Danau Kawah Gunung Kelud Berubah Warna, Ini Penjelasan PVMBG

1 April 2022

Perubahan aktivitas Gunung Kelud yang teramati di danau kawahnya. PVMBG juga merekam perubahan itu dalam data seismik. Foto : Twitter
Kronologi Danau Kawah Gunung Kelud Berubah Warna, Ini Penjelasan PVMBG

Masyarakat dan wisatawan dilarang memasuki atau mendekat kawasan kawah aktif Gunung Kelud sementara waktu.


Banjir Jombang Diduga Karena Tanggul Jebol

5 Februari 2021

Warga menaiki sampan darurat saat banjir menggenangi Dusun Manisrenggo, Desa Gondangmanis, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Jumat, 5 Februari 2021. Banjir yang disebabkan meluapnya Sungai Konto dan Gude tersebut mengakibatkan tujuh Dusun di empat Desa Kecamatan Bandar Kedungmulyo tergenang banjir dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter. ANTARA FOTO/Syaiful Arif
Banjir Jombang Diduga Karena Tanggul Jebol

Banjir setinggi sekitar satu meter masih menggenangi dua desa di Jombang.


Wisata Offroad Ini, Bikin Liburan Akhir Tahun Luar Biasa

7 Desember 2019

Para peserta wisata Bandung Offroad menunggu giliran melewati jalur menanjak, untuk menuju pos istirahat dan trek penyesalan Sukawana - Cikole. TEMPO /DWI RENJANI
Wisata Offroad Ini, Bikin Liburan Akhir Tahun Luar Biasa

Libur akhir tahun sudah di depan mata. Bila pantai dan hotel mewah sudah sangat biasa, menjelajahi medan wisata offroad dengan jip bisa jadi pilihan.


Kampung Anggrek dan Kebun Era Kolonial di Kaki Gunung Kelud

16 Oktober 2019

Kampung Anggrek di Kabupaten Kediri berada di kaki Gunung Kelud, Dusun Sumberpetung, Desa Sempu, Kecamatan Ngancar ini, menyediakan ratusan jenis anggrek dan kunjungan kebun yang luar biasa. TEMPO/Hari Tri Warsono
Kampung Anggrek dan Kebun Era Kolonial di Kaki Gunung Kelud

Kampung Anggrek di Kabupaten Kediri menjadi spot wisata baru, yang menjanjikan kesejukan perkebunan dan keindahan taman dengan latar Gunung Kelud.


Tiga Waktu Terbaik Menikmati Panorama Gunung Kelud

28 Januari 2018

Wisatawan berada di puncak perbukitan kawasan obyek wisata Gunung Kelud,   Kediri, Jawa Timur, 21 September 2014. ANTARA/Rudi Mulya
Tiga Waktu Terbaik Menikmati Panorama Gunung Kelud

Bila hendak merencanakan perjalanan ke Gunung Kelud, perhatikan rekomendasi waktu berikut ini supaya mendapatkan momentum yang tepat.


Menengok Wajah Puncak Gunung Kelud yang Berubah Pasca-Erupsi

23 Januari 2018

Dua wisatawan menyaksikan sisa letusan di kawasan Gunung Kelud yang gersang pada 16 Maret 2014. Gunung Kelud meletus pada 13 Febuari 2014. Arief Priyono/LightRocket via Getty Images
Menengok Wajah Puncak Gunung Kelud yang Berubah Pasca-Erupsi

Puncak Gunung Kelud kini telah berubah wajah, kini mirip dengan Tangkuban Perahu atau Kelimutu yang punya danau kawah.


Polisi Cari Sembilan Pendaki yang Terjebak di Gunung Kelud

7 November 2017

Wisatawan berada di puncak perbukitan kawasan obyek wisata Gunung Kelud,   Kediri, Jawa Timur, 21 September 2014. ANTARA/Rudi Mulya
Polisi Cari Sembilan Pendaki yang Terjebak di Gunung Kelud

Jalur Tulungrejo yang dipilih para pendaki dianggap terjal.


Badan Geologi Jelaskan 4 Penyebab Sumur Ambles di Kediri  

28 Mei 2017

Warga mengamati sumur yang baru saja ambles di Dusun Nanas, Desa Manggis, Kecamatan Puncu, Kediri, Jawa Timur, 27 April 2017. Sedikitnya 61 unit sumur warga yang tersebar di tiga dusun yakni Dusun Nanas, Dorok, dan Jambean ambles dan belum diketahui pasti penyebabnya. ANTARA/Prasetia Fauzani
Badan Geologi Jelaskan 4 Penyebab Sumur Ambles di Kediri  

Badan Geologi menemukan empat faktor penyebab ratusan sumur ambles di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.


Terungkap, Penyebab Ratusan Sumur Ambles di Kediri  

19 Mei 2017

Warga mengamati sumur yang baru saja ambles di Dusun Nanas, Desa Manggis, Kecamatan Puncu, Kediri, Jawa Timur, 27 April 2017. Sedikitnya 61 unit sumur warga yang tersebar di tiga dusun yakni Dusun Nanas, Dorok, dan Jambean ambles dan belum diketahui pasti penyebabnya. ANTARA/Prasetia Fauzani
Terungkap, Penyebab Ratusan Sumur Ambles di Kediri  

Tim peneliti dosen dan mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta mengetahui penyebab amblesnya sumur di Kediri.