Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ternyata Serangga Bisa Terbang hingga 9.000 Meter  

image-gnews
Jutaan kupu-kupu Monarch terbang mengelilingi Sierra Chincua Butterfly Sanctuary, Angangueo, Meksiko. Serangga yang sering disebut sebagai kupu-kupu Raja ini telah menempuh perjalanan 3.400 mil (sekitar 5.471 km) dalam migrasinya. dailymail.co.uk
Jutaan kupu-kupu Monarch terbang mengelilingi Sierra Chincua Butterfly Sanctuary, Angangueo, Meksiko. Serangga yang sering disebut sebagai kupu-kupu Raja ini telah menempuh perjalanan 3.400 mil (sekitar 5.471 km) dalam migrasinya. dailymail.co.uk
Iklan

TEMPO.CO, Laramie, Amerika Serikat – Burung bukanlah satu-satunya hewan yang bisa melayang hingga ketinggian tertentu. Peneliti di University of Wyoming, Amerika Serikat, mengungkapkan serangga juga bisa mencapai ketinggian yang mencengangkan. 

Selama ini penerbang tertinggi adalah burung pemakan bangkai Ruppell’s Griffon. Burung asli Afrika ini mampu terbang hingga ketinggian 11.728 meter. Serangga ternyata juga bisa mencapai ketinggian yang tak pernah Anda duga. 

Peneliti mencatat, belalang bisa terbang hingga ketinggian 4.500 meter; hemiptera, plekoptera, lalat capung, dan trikoptera mampu terbang hingga 5.000 meter; kemudian lalat dan kupu-kupu bisa terbang hingga ketinggian 6.000 meter. 

“Tantangan yang dihadapi serangga saat terbang tinggi sama seperti yang dihadapi burung, yakni temperatur, kandungan oksigen, dan kepadatan udara yang rendah,” kata Michael Dillon, peneliti di Departemen Zoologi dan Fisiologi University of Wyoming. 

Dillon mengatakan serangga yang kecil mampu mengatur suhu tubuhnya sesuai dengan lingkungan. Dinginnya udara di ketinggian tertentu bisa saja mematikan. Serangga, sama seperti manusia, bergantung pada sistem pernapasan untuk memasok kebutuhan energi. Artinya, harus ada oksigen yang cukup untuk fungsi jaringan mereka. 

“Berkurangnya kadar oksigen di ketinggian tertentu menambah tantangan serangga untuk bernapas,” ujar Dillon. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat kepadatan udara berkurang, sayap serangga butuh tenaga lebih untuk terbuka. 

Dillon pernah membuat percobaan yang dirilis pada 2014. Ia menempatkan serangga di dalam sebuah ruangan yang dikurangi tekanan udaranya. Percobaan tersebut menunjukkan serangga bisa terbang hingga ketinggian 9.000 meter, lebih tinggi dari Gunung Everest. 

Dillon dan timnya menggunakan kamera berkecepatan tinggi untuk menangkap gambar sayap serangga saat terbang. “Kami mampu menunjukkan pergerakan sayap mereka untuk mengkompensasi berkurangnya kepadatan udara, mereka membuka sayap lebih lebar,” tuturnya. 

Dillon mengatakan masih banyak fisiologi serangga yang harus dipelajari. Jadi belum dapat disimpulkan adaptasi tambahan akan membuat serangga terbang lebih tinggi. “Sebab, ketinggian tertentu akan memberi tantangan berbeda untuk setiap makhluk hidup,” ucap Dillon.

SCIENCE DAILY | TRI ARTINING PUTRI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

41 hari lalu

Secara spesifikasi, Kia Ray dibekali baterai lithium-iron-phosphate (LFP) 35,2 kilowatt-jam. (Foto: Kia)
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.


Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.


Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Menara Hoover menjulang di Stanford University di Stanford, California, AS pada 13 Januari 2017. REUTERS/Noah Berger
Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.


2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

Peneliti di Gedung Genomik BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023. (Tempo/Maria Fransisca)
2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.


Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.


Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Gambar dari Batagur trivittata, Burmese Roofed Turtle yang masuk daftar Critically Endangered menurut IUCN Red List. (Rick Hudson, source: https://www.iucnredlist.org/species/10952/152044061)
Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.


Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Tim Mahabidzul dari ITB merancang pendeteksian jenis malaria pada pasien secara cepat dan akurat. Dok.ITB
Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.


Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Gunung Krakatau. itb.ac.id
Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.


Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Anna Armeini Rangkuti, mahasiswa program doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). ui.ac.id
Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.


Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.