TEMPO.CO, Surabaya - Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) menciptakan patch (koyo) topical anti-inflamasi alias peradangan dengan bahan dasar kencur. Koyo ini diberikan pada lokasi tertentu (topical) pada permukaan tubuh, seperti kulit atau selaput lendir, untuk mengobati penyakit.
“Kencur memiliki banyak manfaat, jadi kami ingin mengolah dan mengemasnya dengan cara yang unik,” ujar salah satu anggota tim, Amalia Septia, melalui siaran pers, Rabu, 3 Agustus 2016. Amalia meneliti bersama lima kawan lain, Desy Fatmawati, Cynthia Zain, Florita Mia, Eka Fauziyah, dan Asih Setyani.
Ide itu muncul karena melihat obat tradisional untuk mengurangi bengkak, seperti parem, kurang praktis. “Parem yang mengandung kencur meninggalkan ampas pada kulit,” ujarnya.
Dengan mengemas kencur menjadi koyo diharapkan mampu mengobati gejala radang pada tubuh dengan perantara kulit. Kencur terkenal memiliki khasiat meringankan tanda dan gejala peradangan (anti-inflamasi).
Biasanya obat anti-inflamasi berbentuk tablet, kapsul, ataupun krim oles. Namun obat anti-inflamasi yang beredar juga memiliki efek samping, seperti menyebabkan nyeri di lambung. Sebaliknya, koyo kencur buatan mereka lebih praktis dan aman sehingga nyaman digunakan daripada obat yang harus ditelan. “Patch tinggal ditempel dan tahan beberapa hari. Selain itu, minim efek samping,” tuturnya.
Amalia dan timnya membutuhkan waktu selama sebulan untuk menemukan formulasi yang tepat. Dalam membuat koyo, hal penting yang harus dipertimbangkan adalah jenis enhancer atau bahan yang meningkatkan penetrasi obat yang dipakai. “Enhancer berpengaruh terhadap penetrasi obat ke dalam kulit,” ujarnya.
Untuk meningkatkan kemampuan penetrasi obat ke kulit, butuh penambahan surfaktan dalam formulasi. “Surfaktan memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan dengan cara menyerap pada permukaan suatu cairan,” ucap Amalia.
Desy Fatmawati menyebutkan bahan-bahan yang digunakan antara lain ekstrak etanol kencur, karagenan, Na Lauryl Sulfat, HPMC, Propelin Glikol, Aquadest, alkohol, kasa perekat, dan NaCl.
Kencur yang telah dibersihkan harus dipilah, lalu dipotong agar tak terlalu tebal. Sari kencur diambil dengan metode ekstraksi maserasi. Ekstrak kencur dicampur etanol dan didiamkan selama 24 jam sambil sesekali diaduk. “Nantinya, esktrak etanol kencur dicampurkan dengan propilen glikol lalu diaduk,” kata Desy.
Kemudian, HPMC dikembangkan selama 24 jam sampai membentuk koloid atau semacam gel kental. Lalu, ditambahkan campuran ekstrak etanol kencur dan diaduk hingga tercampur rata. “Kemudian Na Lauryl Sulfat dimasukkan perlahan sambil diaduk,” ucap Desy.
Setelah semua tercampur merata, langkah selanjutnya adalah menuangkan ke dalam cawan petri berdiameter 9 sentimeter dan didiamkan pada suhu kamar selama dua hari. Terakhir, semua bahan yang sudah tercampur dikeringkan ke dalam oven dengan suhu 40 derajat Celsius hingga berbentuk lapisan film.
Penambahan enhancer dalam koyo itu dapat meningkatkan penetrasi ekstrak ke dalam kulit. Hasilnya, efek anti-inflamasi koyo ini lebih baik daripada produk anti-inflamasi dalam sediaan topical yang sudah ada di pasar.
“Hasil olahan kami ini juga memiliki kandungan yang lebih baik dan berbeda signifikan jika dibanding formula yang tidak mengandung enhancer,” ucapnya.
ARTIKA RACHMI FARMITA