5 Pertanyaan Besar dari Pengobatan Covid-19 Presiden Trump

Reporter

Terjemahan

Sabtu, 10 Oktober 2020 13:23 WIB

Para pendukung Presiden AS Donald Trump berkumpul di luar Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed, tempat Trump dirawat di Bethesda, Maryland, AS 3 Oktober 2020. Para pendukungnya berkumpul setelah mendengar Trump dirawat karena Covid-19. REUTERS/Jonathan Ernst

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter kepresidenan Amerika Serikat, Komodor Sean Conley, mengatakan kalau Presiden Donald Trump sudah akan bisa kembali ke tengah publik pada akhir pekan ini waktu setempat. Seperti diketahui Trump mendesak itu demi kampanye pemilihan presiden.

Hingga kini publik AS tak jelas apakah Trump sudah benar-benar sembuh dan nantinya tidak akan menularkan Covid-19 kepada yang lain. Dalam wawancara dengan Fox News pada Kamis malam, 8 Oktober 2020, Trump bahkan tidak mengatakan sudah teruji negatif Covid-19 sehingga pantas untuk kembali ke hadapan publik.

Dalam wawancara itu, dia sempat harus menghentikan sesaat kalimat-kalimatnya, terdengar berusaha membersihkan tenggorokannya dan batuk setidaknya dua kali. Sedang dalam wawancara radio pada Jumat, Trump mengklaim kalau pengobatan antibodi monoklonal--antibodi buatan menyerupai antibodi awal yang dimiliki tubuh--yang diterimanya adalah obat yang manjur.

Tapi benarkah begitu? Berikut ini lima pertanyaan yang muncul dari kondisi Trump dan pengobatan yang dijalaninya,


1. Soal kondisi Trump sebenarnya

Meski status gejala sang presiden telah disebutkan ringan dan sedang, kepadanya telah diberikan beberapa pengobatan yang justru membuat dugaan kalau gejalanya lebih parah daripada yang disampaikan. Kemungkinan lainnya adalah tim dokter Gedung Putih menggunakan pendekatan lain, yaitu mencoba setiap pengobatan yang dianggap bisa memberi kesembuhan kepada presidennya.

Advertising
Advertising

Komandan Angkatan Laut AS, Dr. Sean Conley, dokter Gedung Putih, diapit oleh dokter lain, berbicara kepada wartawan tentang kesehatan Presiden AS Donald Trump setelah presiden dirawat di rumah sakit karena positif Covid-19, di Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed di Bethesda, Maryland, AS, 3 Oktober 2020. REUTERS/Ken Cedeno

Baca juga:
Tabrak Protokol Kesehatan Covid-19, Kampanye Pilpres Trump Didenda

Yang disampaikan telah diberikan kepada Trump adalah: campuran antibodi eksperimental dari Regeneron Pharmaceuticals, obat antivirus remdesivir, obat golongan steroid dexamethasone, aneka suplemen termasuk zinc dan vitamin D dan oksigen suplemental.

<!--more-->


2. Pengobatan menabrak panduan yang ada

Pedoman pengobatan Covid-19 yang dibuat National Institutes of Health (NIH) AS mengatakan baik remdesivir maupun dexamethasone hanya untuk pasien yang dirawat di rumah sakit yang sudah bergantung kepada suplai oksigen. Itu artinya untuk gejala yang sudah menengah dan parah.

Seperti dikatakan Megan Ranney, seorang dokter di IGD di Rhode Island, “Dexamethasone dicadangkan untuk para pasien yang lebih parah." Bukan tanpa alasan. Dia menerangkan soal cara kerja obat ini yang melumpuhkan sistem imun tubuh agar terhindar dari efek yang dikenal sebagai badai sitokin di paru-paru. "Karenanya obat ini sebenarnya bisa malah berbahaya pada pasien dengan gejala ringan."

Dokter kepresidenan memang mengatakan Trump diberikan oksigen suplemental, namun tidak dijelaskan lebih jauh kapan dan berapa banyak yang dibutuhkan atau angka respiratory rate--indikator penting untuk menentukan keparahan gejala. "Yang sedikit membingungkan adalah fakta bahwa dia mendapat seluruh tiga pengobatan itu dalam jangka yang pendek," kata Céline Gounder, dokter spesialis penyakit infeksi di New York City, “itu tidak sesuai dengan yang biasa kami lakukan."


3. Bukti efikasi obat yang dipilih

Remdesivir mungkin yang paling jelas di antara tiga pengobatan itu. Penelitiannya untuk Covid-19 dimulai Februari lalu, dan sejak itu bukti bertambah kalau obat yang semula dikembangkan untuk antivirus Ebola ini mampu membuat pasien Covid-19 di rumah sakit sembuh lebih cepat empat hari daripada pengobatan antivirus biasa. Saat ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah mengizinkan Emergency Use Authorization untuk obat ini.

Dexamethasone, obat yang biasa digunakan untuk peradangan, juga telah direkomendasikan untuk pengobatan Covid-19. Sebagian peneliti percaya obat warung ini bisa menekan reaksi berlebih sistem imun tubuh pasien Covid-19. Berdasarkan studi yang dilakukan di Inggris dan dipublikaskan Juli lalu, dexamethasone juga bisa mencegah kematian pasien yang dirawat di rumah sakit.

Meski menjanjikan, hasil uji dexamethasone didapat dari studi 'open-label' di mana pasien dan dokter tahu kalau mereka menerima atau memberikan obat itu. Standar tertinggi untuk uji efikasi obat adalah studi double blind. Artinya, pasien dan dokter tidak ada yang tahu obat atau plasebo diberikan kepada siapa.

Mobil kepresidenan membawa Presiden AS Donald Trump di depan Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed di Bethesda, Maryland, AS, Ahad, 4 Oktober 2020. Trump tengah menjalani perawatan setelah dikonfirmasi positif COvid-19. REUTERS/Cheriss May

Baca juga:
Parah, Trump Akui Sengaja Tak Jujur soal Ancaman Covid-19

Pengobatan sisanya untuk Presiden Donald Trump memiliki sedikit data pendukung. Misalnya, baru pekan lalu Regeneron mengumumkan hasil awal dari uji klinisnya untuk obat berupa campuran antibodi itu. Datanya memang menunjukkan hasil positif tapi itu baru dari 275 pasien pertama yang disertakan dalam uji. Karenanya pula belum ada publikasi jurnal.

<!--more-->

Bukti vitamin D dan zinc bisa digunakan untuk pasien Covid-19 bahkan lebih langka lagi. Ada beberapa uji klinis yang menelaah kegunaan Vitamin D tapi sejauh ini NIH menyatakan tidak cukup bukti untuk merekomendasikannya.


4. Efek samping teknik terapi dan kombinasi obatnya

Menurut Gilead Sciences, pabrikan remdesivir, mengkonsumsinya bareng dexamethasone pada waktu yang bersamaan sejatinya tidak akan mempengaruhi efek kerja remdesivir. Tapi belum ada uji klinis untuk keduanya digunakan bersamaan atau dalam kombinasi dengan campuran antibodi bikinan Regeneron.

"Tidak seorang pun di planet ini yang telah menerima pengobatan dari kombinasi ketiganya sekaligus," kata Gounder, “kami tak memiliki data tentang pengaruhnya."

Belum lagi potensi efek sampingnya. Regeneron melaporkan hanya sedikit reaksi tak sesuai dan sifatnya ringan, tapi ya itu, dari uji yang baru awal. Sedang remdesivir dan dexamethasone telah banyak dilaporkan memiliki efek samping kerusakan hati dan karenanya harus sering ambil dan cek darah untuk penerima remdesivir.

Sedang untuk dexamethasone biasanya termasuk kadar gula darah naik, tekanan darah dan psikologis. Untuk penggunaan obat ini dianjurkan dalam periode singkat saja.

Baca juga:
6 Cara Sembuhkan Covid-19 ala Trump Sebelum Dia Terinfeksi Sendiri

Presiden Donald Trump, membuka maskernya saat berada di balkon Truman usai kembali dari rumah sakit Walter Reed Medical Center untuk menjalani perawatan Covid-19 di Washington, 5 Oktober 2020. Trump meninggalkan Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed setelah dirawat selama empat hari karena Covid-19. REUTERS/Erin Scott


5. Apa kabar hydroxychloroquine

Selama berbulan-bulan Presiden Trump menyebut obat anti malaria hydroxychloroquine sebagai obat Covid-19. Bahkan dia menyatakan mengkonsumsinya sebagai tindakan pencegahan tertular virus. Dia melakukannya sekalipun banyak studi menunjukkan sebaliknya, tidak efektif. Kini, tim dokternya tak menyinggung sama sekali hydroxychloroquine.

CNN | FORBES

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

2 jam lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

7 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

13 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

16 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

2 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Virus Flu Burung di AS, Para Pakar: Epidemi Telah Berlangsung Lama

5 hari lalu

Virus Flu Burung di AS, Para Pakar: Epidemi Telah Berlangsung Lama

FDA memergoki temuan satu dari lima sampel susu komersial yang diuji dalam survei nasional mengandung partikel virus H5N1atau virus Flu Burung

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya