Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kaleidoskop 2017 Sains: Kontroversi Dwi Hartanto dan Taruna Ikrar

Reporter

Editor

Amri Mahbub

image-gnews
Dwi Hartanto (kiri) dan Taruna Ikrar. (Facebook, Wikimedia Commons)
Dwi Hartanto (kiri) dan Taruna Ikrar. (Facebook, Wikimedia Commons)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kaleidoskop 2017 sains Tanah Air terdiri dari dua peristiwa besar, yakni terbongkarnya kebohongan Dwi Hartanto dan Taruna Ikrar. Skandal dua ilmuwan Indonesia di luar negeri ini tentunya menampar dunia ilmu pengetahuan Tanah Air.

Ironis, karena Dwi dan Taruna mestinya bisa punya nama besar tanpa harus melakukan kebohongan. Dwi berbohong dari subjek studinya, pendidikan strata-1, hingga tahun lahir. Mahasiswa doktoral di Technische Universiteit (TU) Delft, Belanda, ini mengaku sebagai profesor muda di bidang aeronautika. Bahkan, dia mengaku kepada banyak pihak mengembangkan pesawat jet tempur generasi keenam.

Sedangkan Taruna Ikrar mengaku dinominasikan University of California, Irvine, Amerika Serikat, sebagai salah satu nominator penghargaan Nobel Kedokteran 2016. UC Irvine adalah tempat Taruna menjadi peneliti post-doctoral selama tiga tahun dan asisten spesialis selama tiga tahun.

Skandal kedua ilmuwan tersebut terbongkar berselang tak lama. Kebohongan Dwi terbongkar pada Oktober 2017. Dia pun mengakui semua kebohongannya di atas kertas bermaterai 6.000 tertanggal 7 Oktober 2017. Sedangkan kebohongan Taruna terbongkar pada November 2017. Berikut ulasannya:

Baca: Pembimbing Skripsi Minta Dwi Hartanto Pulang dan Minta Maaf

Dwi Hartanto
Kebohongan Dwi Hartanto, mahasiswa doktoral di Technische Universiteit (TU) Delft, Belanda, yang mengaku sebagai profesor muda bidang aeronautika terkuak pada Oktober lalu. Calon profesor muda (28 tahun) dan pengganti Habibie, begitu media massa menyebutnya.

Sosok Dwi Hartanto ditulis secara manis oleh berbagai media nasional sebagai doktor muda calon profesor bidang roket dalam tiga tahun terakhir. Dia dianggap "pahlawan" Indonesia di negeri Belanda. Faktanya, Dwi lahir pada 13 Maret 1982. Artinya, dia sudah berumur 35 tahun, bukan 28 tahun seperti yang diberitakan. Dia pun sempat mengaku bahwa ditawari menjadi warga negara Belanda, tapi ditolaknya.

Selain itu, Dwi Hartanto sempat mengaku memenangkan lomba riset Space craft and Technology di Jerman dan mengalahkan sejumlah ilmuwan dari negara lain. Namun hal tersebut rupanya memancing kecurigaan pada sejumlah rekan Dwi di Perhimpunan Pelajar Indonesia Delft. Penelusuran mereka ada beberapa kejanggalan. Satu per satu kedok Dwi pun terbongkar.

Kebohongan tersebut sebetulnya sudah diketahui oleh warga Indonesia di Belanda yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda. Dirinya pun sudah diingatkan untuk menghentikan aksinya tersebut. Adalah Deden Rukmana, profesor dan pakar urban studies di Savannah State University, Amerika Serikat, yang pertama kali mengungkap kebohongan Dwi Hartanto kepada publik dalam status Facebook miliknya.

Menurut Deden, puncak kemarahan rekan-rekan ilmuwan Indonesia di Belanda timbul saat tersebar pesan di grup WhatsApp Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4). Deden termasuk anggota grup tersebut. Beberapa orang, menurut Deden, mengambil inisiatif membentuk tim untuk membongkar kebohongan Dwi.

"Rasa kebanggaan dan kekaguman saya terhadap Dwi Hartanto 'terganggu' ketika saya menerima rangkaian pesan dari WA group Pengurus I-4 yang membahas tentang yang bersangkutan. Pada tanggal 10 September 2017 lalu, salah seorang anggota pengurus I-4 secara terpisah mengirimkan dua dokumen lengkap berisikan investigasi terhadap beragam klaim yang dibuat oleh Dwi Hartanto," tulis Deden dalam akun Facebook-nya.

Dwi Hartanto (Facebook/Dwi Hartanto)

Dalam statusnya, Deden menyebutkan dokumen pertama terdiri 33 halamam berisi beragam foto-foto aktivitas Dwi Hartanto termasuk dari halaman Facebook-nya dan link berbagai website tentangnya. Salah satunya termasuk transkrip wawancara di program Mata Najwa pada Oktober 2016, serta surat-menyurat elektronik dengan beberapa pihak untuk mengklarifikasi aktivitas yang diklaim Dwi Hartanto.

Dokumen kedua, tulis Deden, sebanyak delapan halaman berisikan ringkasan investigasi terhadap klaim yang dibuat oleh Dwi Hartanto termasuk latar belakang S1 (Strata-1), umur, roket militer, PhD in Aerospace, Professorship in Aerospace, Technical Director di bidang rocket technology and aerospace engineering, interview dengan media international, dan kompetisi riset.

"Saya menilai mereka sebagai pihak yang mengetahui kebohongan publik yang dilakukan oleh Dwi Hartanto dan menginginkan agar kebohongan ini dihentikan. Mereka sudah menemui Dwi Hartanto dan memintanya agar meluruskan segala kebohongannya, tapi tidak ditanggapi serius oleh yang bersangkutan," tulis Deden.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam dokumen sepanjang lima halaman yang dimuat di situs ppidelft.net (Persatuan Pelajar Indonesia di Delft), Dwi mengaku berbohong atas semua informasi terkait dirinya yang diberitakan media nasional dan media sosial dalam tiga tahun belakangan ini. Surat klarifikasi bermaterai 6.000 tersebut tertanggal 7 Oktober 2017.

Di penutup klarifikasi, Dwi menulis sudah menjalani serangkaian sidang kode etik di TU Delft sejak 25 September 2017. Namun keputusannya masih dalam proses.Di surat klarifikasi itu, Dwi berjanji tak akan mengulangi kesalahannya tersebut dan tetap berkarya di bidang kompetensinya yang sebenarnya, yakni sistem komputasi. Dia berjanji akan menolak pemberitaan maupun undangan berbicara di luar kompetensinya.

"Perbuatan tidak terpuji/kekhilafan saya, seperti yang tertulis di dokumen ini adalah murni perbuatan saya secara individu yang tidak menggambarkan perilaku pelajar maupun alumni Indonesia di TU Delft secara umum," tulis Dwi.

Baca: Ini Pengakuan Kebohongan Dwi Hartanto

Taruna Ikrar
Kontroversi Taruna Ikrar menjadi perbincangan menjelang akhir tahun. Dia disebut membohongi publik dalam beberapa hal, yakni gelar profesor dan jabatan dekan di Public Health Sciences University (PHSU), klaim dinominasikan nobel, dan Mathi Senapathi, CEO perusahaan BioBlast Discovery.

Sidrotun Naim, peneliti bioteknologi di Surya University, mempertanyakan pembelaan dokter lulusan Universitas Hasanuddin Makassar yang dilayangkan di berbagai media nasional. "Pembelaan Taruna justru membuka tabir yang lebih dalam tentang kesalahan dan klaim selama ini yang belum juga diakuinya," kata Sidrotun, saat dihubungi, Selasa, 28 November 2017.

Meski berusaha mengungkapkan fakta terkait Taruna Ikrar, tapi Sidrotun menganggap Taruna sebagai ilmuwan panutan yang produktif dalam publikasi ilmiah dan tulisan populer. Taruna pernah menjadi pengurus PB-HMI, ICMI, Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4), dan saat ini menjadi anggota Dewan Pakar Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Taruna adalah dokter lulusan Universitas Hasanuddin (1988-1997). Setelah itu dia melanjutkan master di bidang farmakologi pada 1998-2003. Lalu dia melanjutkan mengambil gelar doktor bidang kardiovaskular di Niigata University, Jepang (2003-2008). Sepanjang 2008-2016 pun dia menjadi peneliti postdoctoral dan asisten spesialis di UC Irvine.

Foto Kartu Staf Akademik Universitas California, Irvine, Taruna Ikrar. Kredit: Istimewa

UC Irvine membantah pernah menominasikan Taruna Ikrar untuk Nobel Kedokteran 2016 atau penghargaan lain. Ini menyangkut soal klaim Taruna kepada VOAnews (Mei 2016) dan TVOne (Mei 2017) yang mengatakan pernah dinominasikan untuk Nobel 2016. Pihak UC Irvine juga membantah Taruna memiliki paten.

Soal jabatannya, Sidrotun melihat kejanggalan dalam dokumen bantahan yang diberikan Taruna pada 20 November lalu. Dalam dokumen tersebut, ada dua surat yang diberikan Taruna. Pertama, surat pengangkatan sebagai profesor tertanggal 8 Januari 2017. Surat kedua ialah pengangkatan Taruna sebagai dekan di PHSU. Keanehan pada dua surat tersebut terdapat pada tanda tangan, padahal yang menandatangani sama, yakni Masoud Azizi selaku President University dan CEO.

Soal BioBlast Discovery UC Irvine juga membantah ada staf bernama Mathi Senapathi, yang juga mengaku sebagai CEO BioBlast Discovery. "I have no information about Mathi Senapathi and no record of that individual holding an appointment at the University of California, Irvine. Based on a web search, it appears that he is Vice President at Pathogenesys, a private company that is not associated with the university." Taruna membawa Mathi ke Makassar pada Desember 2016 juga untuk mengisi kuliah umum dengan identitas sebagai profesor dari University of California.

Baca: Kontroversi Taruna Ikrar, Ini Imbauan Ilmuwan

Simak artikel menarik lainnya soal Kaleidoskop 2017 dan kabar terbaru dari Dwi Hartanto serta Taruna Ikrar hanya di Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Nadiem Makarim Cabut Gelar Profesor Taruna Ikrar, Begini Prosedurnya

6 November 2023

Taruna Ikrar. wikipedia.org
Nadiem Makarim Cabut Gelar Profesor Taruna Ikrar, Begini Prosedurnya

Mendikbudristek Nadiem Makarim mencabut gelar profesor milik Taruna Ikrar, dosen di Universitas Malahayati, Bandar Lampung.


Kelahiran Bayi Para Selebritas Tahun 2017

31 Desember 2017

Beberapa artis yang melahirkan di tahun 2017 (Instagram)
Kelahiran Bayi Para Selebritas Tahun 2017

Kelahiran bayi para artis termasuk dalam pemberitaan yang cukup banyak dicari pembaca. Termasuk potret dan aktivitas para bayi itu sendiri


Enam Menu Kuliner yang Hits Selama 2017

31 Desember 2017

Resep Nugget Pisang S'Mores. Tabloidbintang
Enam Menu Kuliner yang Hits Selama 2017

Enam makanan dan minuman naik pamor tahun 2017 ini. Mungkin anda pernah mencicipi beberapa di antaranya, atau bahkan semuanya.


Kaleidoskop 2017: Pasar Saham, dari yang 'Mati' hingga Bersinar

30 Desember 2017

Tampilan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (24/10/2017).Foto Agung Rahmadiansyah/Tempo
Kaleidoskop 2017: Pasar Saham, dari yang 'Mati' hingga Bersinar

Di hari terakhir perdagangan saham tahun 2017, IHSG melejit tembus rekor tertinggi.


Kaleidoskop 2017, Tujuh Tingkah Sandiaga Uno yang Bikin Gemas

30 Desember 2017

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahudin Uno saat menjadi Inspektur Upacara dalam penutupan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) Kasatgas Satpol PP untuk kelurahan se-Jakarta di bumi perkemahan Cibubur, Jakarta, 28 Desember 2017. Dalam kesempatan ini Sandiaga Uno juga menyematkan baret ke ratusan petugas Satpol PP yang hadir. Tempo/Ilham Fikri
Kaleidoskop 2017, Tujuh Tingkah Sandiaga Uno yang Bikin Gemas

Dalam Kaleidoskop 2017 ada sejumlah perilaku Sandiaga Uno yang mengundang perhatian publik bahkan ramai di media sosial.


Kaleidoskop 2017, BNN Ungkap 2 Pabrik Sabu Jumbo di Jabodetabek

29 Desember 2017

Ilustrasi penyitaan barang bukti narkotika sabu. Tempo/Marifka Wahyu Hidayat
Kaleidoskop 2017, BNN Ungkap 2 Pabrik Sabu Jumbo di Jabodetabek

Dua pabrik narkoba jenis sabu skala jumbo di Jabodetabek berhasil diungkap Badan Narkotika Nasional atau BNN di tahun 2017.


Kaleidoskop 2017: 8 Peristiwa Monumental di Asia, Amerika, Eropa

29 Desember 2017

Puluhan anak-anak pengungsi Rohingya berdesak-desakan saat menunggu untuk mendapatkan makanan di pusat distribusi kamp pengugsian Palong Khali, dekat Cox's Bazar, Bangladesh, 17 November 2017. REUTERS/Navesh Chitrakar
Kaleidoskop 2017: 8 Peristiwa Monumental di Asia, Amerika, Eropa

Ratap tangis, kematian, suksesi kekuasaan hingga tuntutan merdeka mewarnai kawasan Asia, Amerika, dan Eropa yang direkam dalam Kaleidoskop 2017.


Kaleidokop 2017: 10 Kuliner Ini Paling Hits, Mana Paling Asyik?

29 Desember 2017

Ilustrasi berbagi foto kuliner di media sosial. Iphoneographycourse.com
Kaleidokop 2017: 10 Kuliner Ini Paling Hits, Mana Paling Asyik?

Sepuluh kuliner naik pamor tahun 2017 ini. Pasti pernah mencicipi beberapa di antaranya-atau bahkan semuanya-mengingat kuliner ini ada di mana-mana.


Kaleidoskop 2017: Kejutan Politik di Timur Tengah dan Afrika

29 Desember 2017

Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud berbincang dengan putranya, Pangeran Mohammed bin Salman. REUTERS
Kaleidoskop 2017: Kejutan Politik di Timur Tengah dan Afrika

Kaleidoskop 2017 merekam kejutan politik yang terjadi di kawasan Timur Tengah dan Afrika.


Kaleidoskop 2017 : 10 Momen Terbaik Sepak Bola di Dunia

29 Desember 2017

Cristiano Ronaldo saat menerima penghargaan Ballon d' Or (Golden Ball) di Paris, 7 Desemebr 2017. Franck Faugere, L'Equipe, via AP
Kaleidoskop 2017 : 10 Momen Terbaik Sepak Bola di Dunia

Dunia sepak bola sempat dihebohkan sejumlah momen pada 2017. Berikut momen yang Tempo rangkum dalam Kaleidoskop 2017.