Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gerombolan Monyet Keluar dari Bukit Pasca Gempa Lombok, Normal?

Reporter

Editor

Amri Mahbub

image-gnews
Kendaraan melintas di dekat tebing yang longsor akibat gempa di Desa Sambi Bangkol, Kecamatan Gangga, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Jumat, 10 Agustus 2018. Lebih dari 300 kali gempa susulan terjadi sejak gempa bumi berkekuatan 7,0 skala Richter pada Minggu, 5 Agustus lalu. ANTARA/Ahmad Subaidi
Kendaraan melintas di dekat tebing yang longsor akibat gempa di Desa Sambi Bangkol, Kecamatan Gangga, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Jumat, 10 Agustus 2018. Lebih dari 300 kali gempa susulan terjadi sejak gempa bumi berkekuatan 7,0 skala Richter pada Minggu, 5 Agustus lalu. ANTARA/Ahmad Subaidi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ada kejadian menarik pasca gempa Lombok, yakni berkeliarannya monyet di ruas jalan utama timur Pulau Lombok dan perkebunan milik warga setempat. Menurut Hendra, warga setempat, seperti dilansir kantor berita Antara, Kamis, 23 Agustus 2018, puluhan kera berkumpul di tepi jalan yang diapit pantai dan bukit.

Baca juga: Tanggap Darurat Berakhir, Pemulihan Gempa Lombok Segera Dimulai

Monyet-monyet tersebut memang tidak mengganggu para pengguna jalan. Namun, keluarnya mereka dari hutan dan perbukitan di Lombok membuat warga kaget. Satwa-satwa itu juga memakan buah jambu mete milik warga.

Banyaknya hewan primata itu sudah terasa sejak di ruas jalan dari Belanting sampai Obel-Obel, Kecamatan Sambalia hingga ke arah Sembalun atau kaki Gunung Rinjani. “Heran saja jadi banyak monyet yang turun ke jalan,” kata Hendra, warga Sambalia, Lombok Timur.

Baca juga: Pembangunan Rumah Korban Gempa Lombok Ditarget Tuntas 6 Bulan

Aisyah, pedagang di Sembalun, juga kerap melihat beberapa monyet naik ke kubah masjid yang roboh di dekat tempat tinggalnya. “Mereka naik ke kubah masjid, ekornya panjang sekali. Saya sempat kaget,” ujarnya.

Menurut Aisyah, fenomena tersebut pertama kali terjadi selama hidupnya. Biasanya monyet itu ada di jalan raya di kaki gunung Rinjani menuju Kecamatan Sambalia, karena melewati hutan. Tapi ini berani ke tengah desa,” kata dia.

Baca juga: Tiga Kendala Ini Hambat Distribusi Bantuan Pengungsi Gempa Lombok

Meski bikin kaget warga, tapi ternyata keluarnya hewan sebelum atau setelah bencana--dalam konteks Lombok bencana gempa--merupakan hal alami. Keluarnya para satwa dari habitatnya adalah fenomena migrasi menyelamatkan diri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Mereka punya insting alami untuk menghindar dari bencana. Biasanya terjadi sebelum bencana. Pernah terjadi waktu tsunami Aceh, gajah banyak yang menyelamatkan diri,” kata Ibnu Maryanto, pakar biosistematika vertebrata dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, saat dihubungi, Jumat, 24 Agustus 2018.

Baca juga: Kurang Koordinasi, Penyebab Bantuan Gempa Lombok Tidak Merata

Nah, kalau monyet kra ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan tipe yang suka tinggal di kawasan yang ekosistemnya rusak. Satwa ini, dia menjelaskan, akan berkembang biak di kawasan tersebut, sekaligus berfungsi menghijaukan dan mereboisasi.

Jika kawasan tersebut telah hijau kembali, Ibnu menjelaskan, maka M. fascicularis akan mengatur reproduksinya. “Bisa dibilang ‘KB’ alami,” ujarnya.

Menurut Ibnu, monyet kra ekor panjang bukan penghuni kawasan hijau dengan pohon-pohon tinggi. “Wilayah tersebut habitat alami lutung budeng (Trachypithecus auratus),” kata dia.

Baca juga: Sektor Pariwisata Merugi Hingga Rp 1 Triliun Akibat Gempa Lombok

Simak kabar terbaru tentang gempa Lombok hanya di kanal Tekno Tempo.co.

ANTARA

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ledakan di Tambang Emas Bikin Wisatawan Pulau Merah Berhamburan, Begini Respons Pemkab Banyuwangi

1 hari lalu

Dua aktivis lingkungan membentangkan poster yang berisi sindiran terhadap blasting perdana PT Bumi Suksesindo di pinggir jalan dekat akses masuk area tambang Tumpang Pitu, Pesanggaran, Banyuwangi, 27 April 2016. TEMPO/DAVID PRIYASIDHARTA
Ledakan di Tambang Emas Bikin Wisatawan Pulau Merah Berhamburan, Begini Respons Pemkab Banyuwangi

Peledakan di lokasi tambang emas dikabarkan menimbulkan getaran hingga lokasi wisata Pulau Merah, Rabu siang, 15 Mei 2024. Ada bau menyengat.


Gempa Terkini Getarkan Cianjur, Lagi-lagi Aktivitas Sesar Cugenang

1 hari lalu

Ilustrasi gempa. geo.tv
Gempa Terkini Getarkan Cianjur, Lagi-lagi Aktivitas Sesar Cugenang

Warga Cianjur kembali merasakan gempa pada Rabu malam, 15 Mei 2024, pada pukul 20.06 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika atau BMKG mencatat kekuatan gempanya bermagnitudo 3,0.


Gempa Magnitudo 5,4 di Kepulauan Seribu, Dampak Pergerakan Intraslab Lempeng Indo-Australia

2 hari lalu

Ilustrasi gempa. geo.tv
Gempa Magnitudo 5,4 di Kepulauan Seribu, Dampak Pergerakan Intraslab Lempeng Indo-Australia

TEMPO, Jakarta- Pada Rabu 15 Mei 2024 pukul 16.42.56 WIB wilayah Kepulauan Seribu, diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M5,4


Gempa di Laut Guncang Kepulauan Seribu, Guncangan Skala III-IV Terasa hingga Tangerang

2 hari lalu

Seismograf gempa bumi. ANTARA/Shutterstock/pri
Gempa di Laut Guncang Kepulauan Seribu, Guncangan Skala III-IV Terasa hingga Tangerang

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas dalam lempeng Indo-Australia.


Kilas Balik Gempa Lombok 2018: Rekor Gempa Paling Parah di Pulau Lombok

2 hari lalu

Seorang perempuan melintas dekat rumah yang roboh akibat gempa bumi di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Montong Gading, Selong, Lombok Timur, NTB, Senin, 18 Maret 2019. Menurut data BPBD NTB terdapat sebanyak 28 rumah mengalami rusak berat serta 499 rumah mengalami rusak sedang dan rusak ringan akibat gempa yang mengguncang Lombok. ANTARA
Kilas Balik Gempa Lombok 2018: Rekor Gempa Paling Parah di Pulau Lombok

Gempa Lombok 2018 meninggalkan duka yang mendalam di hati masyarakat.


Apa Penyebab Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera Barat?

2 hari lalu

Tim SAR melakukan pencarian terhadap enam orang masyarakat yang terbawa arus banjir bandang di aliran Sungai Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman pada Senin, 13 Mei 2023. BNPB mencatat 41 orang dinyatakan meninggal akibat bencana banjir bandang yang melanda Sumatera Barat pada Sabtu 11 Mei 2024. TEMPO/Fachri Hamzah
Apa Penyebab Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera Barat?

BMKG menyebut hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat merupakan pemicu banjir bandang, banjir lahar hujan, dan longsor di Sumbar.


Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Mataram dan Sekitarnya, Warga Berhamburan Keluar Rumah

3 hari lalu

Seismograf gempa bumi. ANTARA/Shutterstock/pri
Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Mataram dan Sekitarnya, Warga Berhamburan Keluar Rumah

Gempa berkekuatan 5,5 Magnitudo selama kurang dari 10 detik menggoyang wilayah Mataram, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat


Alasan Korban Bencana Alam Tidak Ditanggung oleh BPJS. Bagaimana Aturannya?

3 hari lalu

Tim SAR gabungan mengangkat kantong jenazah korban yang ditemukan tertimbun material guguran awan panas Gunung Semeru di Curah Koboan, Pronojiwo, Jawa Timur, Rabu, 8 Desember 2021. Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal hingga Rabu (8/12) pukul 10.30 WIB, sebanyak 12 orang masih dalam proses pencarian. ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Alasan Korban Bencana Alam Tidak Ditanggung oleh BPJS. Bagaimana Aturannya?

BPJS Kesehatan memang memiliki aturan tertentu terkait penanganan korban bencana alam. Ini alasannya.


Top 3 Tekno: Lonjakan UKT di UGM, Gempa di Bolaang Mongondow, dan Peringatan Dini Gelombang Laut

3 hari lalu

Ribuan mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta kepung Balairung dalam acara bertajuk Pesta Rakyat Gajah Mada, Yogyakarta, 2 Mei 2016. Pesta rakyat Gajah Mada menyerukan sejumlah tuntutan salah satunya menolak kenaikan UKT tahun 2013 . TEMPO/Pius Erlangga
Top 3 Tekno: Lonjakan UKT di UGM, Gempa di Bolaang Mongondow, dan Peringatan Dini Gelombang Laut

Kekhawatiran BEM Keluarga Mahasiswa UGM mengenai lonjakan UKT menjadi artikel terpopuler Top 3 Tekno Berita Terkini, Selasa, 14 Mei 2024.


Gempa Tektonik M5,1 di Laut Flores, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

3 hari lalu

Gempa tektonik mengguncang wilayah Laut Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Senin, 13 Mei 2024, pukul 21.08.35 WIB. (BMKG)
Gempa Tektonik M5,1 di Laut Flores, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya deformasi batuan dalam slab Lempeng Indo-Australia.