TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina menyampaikan keberatannya atas penyebutan 'Virus Corona Wuhan' seperti yang sebelumnya keluar dari mulut Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo. Menurut Beijing, sekalipun wabah virus itu pertama kali dilaporkan di Provinsi Hubei, belum tentu asalnya juga dari Cina.
Wabah virus corona baru itu pertama kali dilaporkan ke Badan Kesehatan Dunia, WHO, pada Desember tahun lalu setelah kemunculannya di Wuhan, ibu kota Hubei. Sejak itu, virus yang diberi nama WHO sebagai COVID-19 ('co' berarti 'corona, 'vi' untuk 'virus', dan 'd' adalah 'disease', sedang '19' menunjuk tahun ketika wabah teridentifikasi pertama yakni pada 31 Desember 2019) telah menyebar ke lebih dari 100 negara, menginfeksi lebih dari 100 ribu orang dan membunuh sedikitnya 3.800--kebanyakan di Cina.
Tentang pernyataan Pompeo yang menyebut 'Virus Corona Wuhan' dalam sebuah konferensi pers Senin lalu, Kementerian Luar Negeri Cina mengecamnya sebagai sebuah 'praktik kebencian'. "Meski sudah ada nama resminya dari WHO, seorang politikus Amerika, tak menghormati sains dan keputusan WHO, telah membuat stigmatisasi terhadap Cina dan Wuhan," kata juru biciara Kementerian Cina, Geng Shuang, Selasa 10 Maret 2020.
Dalam keterangan yang sudah diberikannya sejak Jumat pekan lalu, Pompeo menyerang pemerintah Cina yang menduga bahwa wabah virus corona di dunia bisa saja berasal dari luar negeri itu. Menurutnya pula, semua negara menyebut virus memang berasal dari Wuhan. "Jadi jangan sebut istilah itu dari Mike Pompeo karena kami semua sangat yakin dan tahu dari mana asal virus itu," katanya.
Namun Pemerintah Cina punya argumen lain. Beijing berpegang kepada pernyataan seorang ahli mereka, seorang peneliti virus SARS, Zhong Nanshan, bahwa virus corona terbaru belum tentu berasal dari Cina sekalipun epidemiknya dilaporkan pertama di negeri itu. Penelitian tentang asal muasal disebutkan masih belum menghasilkan kesimpulan.
"Kita seharusnya berkata tidak untuk 'information virus' dan 'political virus'. Belum ada bukti untuk menyebutnya sebagai 'virus Cina'," kata Zhao Lijian, juru bicara lainnya dari Kementerian Luar Negeri Cina.
Cina, kata Zhao Lijian, kini menyerukan kepada dunia untuk memerangi epidemik bersama-sama serta menolak rumor dan prasangka. "Yang kita butuhkan adalah sains, bukti, dan kerja sama untuk menyingkirkan bias dan ketidakpedulian."
CNBC