TEMPO.CO, Jakarta - Satu kasus baru penyakit virus Ebola terkonfirmasi di Beni, Republik Demokratik Kongo, pada 10 April 2020. Kabar ini datang saat Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyiapkan deklarasi berakhirnya wabah penyakit itu.
“Ini bukan perkembangan yang diinginkan, tapi kita harus antisipasi," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip dari berita terikini di laman resmi WHO, Senin 13 April 2020.
Tedros memastikan masih mempertahankan tim respons di Beni dan wilayah lain yang berisiko tinggi. "Kami lakukan itu untuk antisipasi hal seperti ini terjadi," katanya.
Tedros juga menerangkan kalau ribuan tanda-tanda di Kongo masih berada dalam penelitian setiap harinya. Itu diklaim sebagai bagian dari sistem pengawasan Ebola yang masih aktif di kawasan tersebut. Tanda-tanda itu meliputi orang atau individu yang memiliki gejala penyakit virus Ebola ataupun peristiwa kematian di kawasan yang sangat berisiko Ebola.
Terhadap kasus-kasus terkonfirmasi positif, upaya melacak setiap orang yang mungkin pernah kontak telah dilakukan. Pemberian vaksi dan pengawasan atas status kesehatannya juga disebut Tedros telah dilakukan.
Direktur Regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti, menambahkan bahwa WHO telah bekerja bahu membahu dengan petugas medis di Kongo selama lebih dari 18 bulan. Termasuk, dia menambahkan, tim WHO kini memberi dukungan untuk investigasi terhadap kasus yang terbaru.
“Meski pandemi COVID-19 menambah beban yang ada, kami akan terus melanjutkan kerja sama ini hingga akhirnya kita bisa mendeklarasikan bersama berakhirnya wabah Ebola ini," kata Moeti.
Kasus positif terbaru datang beberapa menit setelah kesimpulan pertemuan International Health Regulations Emergency Committee on Ebola di Republik Demokratik Kongo dibacakan. Komite Darurat itu menyatakan akan kembali bertemu pekan depan untuk mengevaluasi ulang rekomendasi yang sudah disiapkan berdasarkan kasus yang terbaru itu.
Petugas kesehatan duduk dekat cairan disinfektan yang digunakan untuk membersihkan ruangan pasien virus ebola di Rumah Sakit di Bwana Suri, Ituri, Kongo, 10 Desember 2018. REUTERS/Goran Tomasevic
Sebelumnya, sebuah deklarasi sedang disiapkan untuk menyatakan berakhirnya wabah penyakit virus Ebola ini. Deklarasi dipertimbangkan setelah orang terakhir positif Ebola di Kongo telah dua kali teruji negatif dan dipulangkan dari rumah sakit pada 3 Maret lalu.
Per 10 April 2020, sebanyak 3.456 orang terkonfirmasi dan diduga terinfeksi virus itu dan 2.276 di antaranya meninggal.
Kemunculan pertama virus Ebola diketahui dalam kasus wabah yang terjadi berturut-turut di Sudan dan Republik Demokratik Kongo pada 1976. Ebola menyebar lewat kontak darah atau cairan tubuh lainnya, atau dari jaringan luka korban yang terinfeksi, manusia maupun hewan.
Sejumlah turunan virus ini memiliki sifat mematikan yang bervariasi. Satu di antaranya, Ebola Reston, misalnya, tidak membuat orang yang diinfeksinya sakit. Tapi tidak jika terinfeksi Ebola bundibugyo. Tingkat kematian turunan virus yang satu itu bisa sampai 71 persen seperti yang terjadi dalam wabah di Sudan.