TEMPO.CO, Jakarta - Pengumuman dari Rusia yang akan menyetujui vaksin Covid-19 setelah kurang dari dua bulan pengujian pada manusia memicu kekhawatiran di antara para ahli kesehatan global. Mereka mengatakan bahwa tanpa data uji coba lengkap, vaksin tersebut sulit dipercaya.
Rusia bermaksud untuk menjadi yang pertama dalam perlombaan global dalam mengembangkan vaksin melawan pandemi Covid-19. Namun caranya dinilai sembrono. Rusia dituding belum melakukan uji coba skala besar dari suntikan untuk menghasilkan data apakah itu akan berhasil atau tidak.
Francois Balloux dari UCL Genetics Institute, London, Inggris, yang termasuk mengatakan itu adalah keputusan yang sembrono dan bodoh. Menurut Balloux, kampanye vaksinasi Rusia itu akan menjadi bencana baik melalui efek negatif pada kesehatan dan bisa menghambat penerimaan vaksin di masyarakat.
"Vaksinasi massal dengan vaksin yang diuji secara tidak tepat adalah tidak etis," ujar dia seperti dikutip Fox News, 11 Agustus 2020.
Danny Altmann, profesor Imunologi di Imperial College London, menambahkan, kerusakan tambahan dari penyebaran vaksin apa pun yang belum diketahui aman dan efektif justru akan memperburuk masalah.
Baca juga:
Raksasa Farmasi Dunia Rancang Harga Vaksin Covid-19, Simak Perbandingannya
Persetujuan vaksin Covid-19 oleh Kementerian Kesehatan dilakukan sebelum uji coba yang biasanya melibatkan ribuan peserta, umumnya dikenal sebagai uji klinis Fase III. Uji itu biasanya dianggap sebagai prekursor penting bagi sebuah vaksin untuk mendapatkan perizinannya.
Peter Kremsner dari University of Tuebingen Faculty of Medicine, Jerman, yang sedang mengerjakan uji klinis kandidat vaksin dari CureVac juga mengatakan langkah Rusia itu sembrono. Menurutnya, negara seharusnya mensyaratkan banyak orang untuk diuji sebelum menyetujui suatu vaksin. "Saya pikir itu sembrono untuk melakukan itu jika banyak orang belum pernah diuji," katanya menegaskan.