TEMPO.CO, Berlin - Perusahaan luar angkasa asal Jerman, OHB, mendapatkan kontrak senilai 129,4 juta euro (Rp 2,26 triliun) dari Badan Antariksa Eropa (ESA) pada Selasa, 15 September 2020, untuk desain, konstruksi, dan pengujian Hera, misi pertahanan asteroid pertama ESA.
"Bahaya dari luar angkasa itu nyata," kata CEO OHB Marco Fuchs dalam sebuah pernyataan, pada Selasa. "Ada jutaan batu besar di luar sana yang dapat memusnahkan kehidupan di Bumi jika terjadi tabrakan."
Kontrak dengan OHB, yang berspesialisasi pada satelit orbit rendah dan geostasioner, ditandatangani di Pusat Operasi Luar Angkasa Eropa (ESOC) di Kota Darmstadt, Jerman. Menurut ESA, OHB adalah kontraktor utama konsorsium Hera.
"Misi ambisius ini akan menjadi kontribusi Eropa bagi upaya defleksi asteroid internasional, yang ditetapkan untuk melakukan eksplorasi berkelanjutan dari sistem asteroid ganda," kata ESA.
Hera, yang diberi nama seperti dewi pernikahan Yunani, bersama dengan wahana luar angkasa Uji Pengalihan Asteroid Ganda (DART) milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), akan menjadi "penyelidikan pertama umat manusia untuk bertemu dengan sistem asteroid biner," sebuah kelas objek yang masih sedikit dijelajahi yang membentuk sekitar 15 persen dari semua asteroid yang diketahui, ungkap ESA.
Bersama dengan DART, Hera akan menyelidiki efek tabrakan pada asteroid guna mengembangkan teknik defleksi asteroid yang andal, menurut ESA. Dikendalikan dari pusat operasi di Darmstadt, Hera dijadwalkan diluncurkan pada Oktober 2024 mendatang.
"Waktu peluncuran empat tahun mendatang telah diatur dengan cermat. Wahana penjelajah Hera adalah perkembangan teknologi baru dan karenanya merupakan tantangan besar," kata Stefan Voegt, Manajer Proyek Hera di OHB.
ANTARA | XINHUA