TEMPO.CO, Jakarta - Amuk angin puting beliung muncul di wilayah Bandung, Jawa Barat, pada Minggu sore, 28 Maret 2021. Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut ada dua lokasi kemunculannya, satu di antaranya yang viral di media sosial adalah yang terjadi di Desa Mekarsaluyu, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.
Kecepatan anginnya diduga hingga 56 kilometer per jam. Dari beberapa video amatir yang beredar, terjangan angin kencang itu sampai mematahkan batang pohon, menumbangkan tiang listrik, dan sebagian pohon tercabut dari tanah. Amuk angin juga menerbangkan aneka material rumah, setidaknya selama 1 menit, pada pukul 16 WIB.
Sebagian bangunan ada yang terkoyak parah dan bahkan ambruk dibuatnya. BPBD Jawa Barat mendata ada empat wilayah RW yang terdampak puting beliung.
Data satelit dan pemodelan atmosfer yang dirilis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menunjukkan bibit bencana itu muncul dari pembentukan awan konvektif di sebelah barat Cimenyan sejak Pukul 14 WIB. Awan tumbuh cepat menjadi Cumulonimbus (Cb) pukul 15-16 WIB. Pembentukan awan Cb yang sangat cepat inilah yang memicu cuaca ekstrem, dalam hal ini puting beliung.
Data radar SANTANU-LAPAN juga memperlihatkan kemunculan V-Shape rainband yang mengindikasikan tarikan udara dari arah barat laut dan barat daya yang bergerak menuju Cimenyan terjadi pukul 15.56-16.00 WIB. Bentuk V-Shape dalam pantauan radar yang dikenal dengan istilah badai Bow Echo itu mencapai proses kematangannya hingga pukul 16 WIB lalu pecah dan terdisipasi (menguap).
"Saat terdisipasi inilah, puting beliung dapat terbentuk," bunyi keterangan LAPAN dalam akun media sosial Instagram milik Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPAN, Selasa 30 Maret 2021.
Seorang anggota TNI membersihkan puing-puing atap kelas yang ambruk di SDN Ciburial, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 29 Maret 2021. Atap ruangan SDN Ciburial ambruk akibat diterjang angin puting beliung pada Ahad sore (28/3). TEMPO/Prima Mulia
Tim mengingatkan untuk selalu mewaspadai pertumbuhan awan Cb yang intensif di suatu tempat untuk potensi bencana yang sama dengan di Cimenyan. Mereka juga menambahkan bahwa hingga saat ini, puting beliung masih sangat sulit diprediksi karena kejadian yang sangat lokal dengan durasi yang sangat singkat (orde menitan).
Baca juga:
Viral Puting Beliung di Pantai Kenjeran, Mirip Kejadian di Waduk Gajah Mungkur
Keterangan itu senada dengan yang pernah disampaikan Hary Tirto Djatmiko, Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG bahwa kejadian puting beliung bersifat sangat lokal. BMKG, kata Hary, biasanya sebatas membuat analisis prediksi cuaca hujan lebat disertai petir dan angin kencang di daerah terjadinya puting beliung itu.