TEMPO.CO, Bandung - Tim Variabilitas Iklim dan Awal Musim dari Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) memprediksi peningkatan hujan di wilayah Indonesia sebelah utara pada September ini dibandingkan dua bulan sebelumnya. “Wilayah Indonesia dari ekuator ke utara kemungkinan besar sudah memasuki musim hujan pada bulan ini,” kata anggota tim Erma Yulihastin lewat keterangan tertulis, Jumat, 10 September 2021.
Anggota peneliti LAPAN lainnya yaitu Suaydhi, Haries Satyawardhana, Rahaden B. Hatmaja, Gammamerdianti, Eka Putri Wulandari, Noersomadi, Iis Sofiati, Lely Qodrita Avia. Mereka mengkaji, hujan maksimum pada September terkonsentrasi di pesisir barat Sumatera bagian utara, Kalimantan bagian utara dan timur, Sulawesi bagian utara dan timur, dan Papua bagian utara.
Wilayah Aceh, pantai barat Sumatera, Kalimantan barat dan utara, Sulawesi Barat, Maluku bagian selatan sekitar Ambon dan daerah pegunungan Papua, mempunyai probabilitas sangat tinggi untuk mendapat curah hujan deras. Daerah-daerah itu diperingatkan dapat mengalami banjir dan tanah longsor.
Sedangkan Jawa dan Nusa Tenggara masih mengalami musim kemarau pada bulan ini. Wilayah Sumatera bagian timur dan Kalimantan bagian barat pada September juga mempunyai probabilitas tinggi untuk mengalami suhu tinggi di atas 32 derajat Celsius.
Musim hujan, menurut tim, berangsur-angsur menjalar dari wilayah barat daya Indonesia seperti Sumatera bagian selatan dan Jawa bagian barat ke arah timur yaitu Nusa Tenggara. “Hingga seluruh wilayah Indonesia masuk musim hujan sepenuhnya pada Desember 2021,” kata Erma.
Adapun angin kencang dan gelombang tinggi di laut kemungkinan besar terjadi di perairan selatan Jawa, Laut Arafuru, dan Laut Banda pada September-Oktober 2021. Sedangkan kemungkinan angin kencang dan gelombang tinggi di Laut Jawa berkisar 40 dan 80 persen.
Kondisi cuaca tersebut berdasarkan analisis konsentrasi kelembapan di utara-barat Indonesia yang berhubungan dengan pembentukan vorteks di Samudera Hindia, aktivitas gelombang Madden Julian Oscillation (MJO) fase 2 dan 3, serta anomali monsun musim panas Asia yang mengalami perluasan hingga menjangkau bagian utara wilayah Indonesia.
Selain itu, aktivitas gelombang meridional yang berkaitan dengan monsun musim panas Asia, yaitu Boreal Summer Intraseasonal Oscillation (BSISO1), berada pada fase 3 di Samudera Hindia. Akibatnya, potensi meningkatkan aktivitas konvektif dan memengaruhi pembentukan hujan di sebagian Sumatera.
Selain itu, aktivitas gelombang Kelvin di laut dan di atmosfer diprediksi mengalami penguatan seiring dengan penjalaran gelombang Equatorial Rossby (ER) sejak Agustus dan diprediksi terjadi hingga Februari 2022. Pada akhir Agustus terjadi bencana banjir di Kalimantan tengah dan timur karena hujan persisten yang terjadi dan berasosiasi dengan pertemuan gelombang atmosfer ekuator Kelvin dan Rossby.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG juga telah menyampaikan kalau sebagian wilayah Indonesia akan kedatangan musim hujan yang lebih cepat daripada biasanya. Menyebut faktor pemanasan global sebagai pemicunya, musim hujan datang lebih cepat juga disertai intensitas lebi tinggi di beberapa wilayah.
Baca juga:
BMKG: 2 Siklon Tropis Tumbuh Bersamaan di Utara Indonesia