Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Duck Syndrome: Terlihat Tenang Padahal Tertekan

Reporter

Editor

Devy Ernis

Bebek Biziura Lobata. Shutterstock
Bebek Biziura Lobata. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Apakah kalian pernah berusaha tampil tenang dan baik-baik saja ketika sedang dalam tekanan? Sebagian dari kita memiliki cara sendiri untuk menyelesaikan masalah. Ada yang berusaha terlihat tenang dan bahagia di hadapan khalayak, padahal mereka sedang menghadapi pergulatan dan menutupi perasaan takut yang ada dalam dirinya. Kondisi ini disebut duck syndrome.

Dari sudut pandang psikologi, Pakar Psikologi Universitas Airlangga Margaretha Rehulina menuturkan bahwa di dunia klinis tidak memakai istilah duck syndrome. Menurut dia, duck syndrome bukanlah diagnosa klinis.

Duck syndrome, kata dia, merupakan terminologi yang digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena populer. Istilah duck syndrome pertama kali dimulai di Stanford University, Amerika Serikat.

Pada tahun pertama, biasanya mahasiswa Stanford menampilkan diri seperti bebek (duck). Di atas permukaan air terlihat tenang, padahal di bawah air kakinya sedang berenang dengan sangat cepat. Mereka berusaha terlihat sangat tenang padahal di balik itu sedang melakukan perjuangan yang besar.

“Supaya tidak terlihat kalah, maka mereka harus bersikap seperti bebek yang tenang padahal di balik itu semua sedang mengalami perjuangan, kegelisahan, dan ketakutan,” kata Margaretha seperti dikutip di laman resmi Unair pada, Rabu, 25 Januari 2022.

Duck syndrome dapat terjadi karena adanya persoalan yang muncul misalnya ketika seseorang sedang berusaha menyesuaikan diri di lingkungan baru. Hal tersebut akan menjadi masalah apabila apa yang ditampilkan sangat berbeda dengan yang sebenarnya dirasakan.

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga itu menyebutkan bahwa secara umum ada tiga jenis duck syndrome yang sering dialami oleh milenial. Cara menghadapi duck syndrome juga berbeda-beda tergantung pada jenis duck syndrome yang dialami.

Menipu Diri Demi Terlihat Sukses

Duck Syndrome yang pertama sering dialami oleh orang yang menampilkan diri di sosial media terlihat glamor, sukses, dan bahagia. Padahal di balik itu, dia harus berhutang atau bekerja dengan sangat keras.

Tips menghadapinya adalah dengan lebih jujur untuk menerima diri sendiri. Apa yang dimiliki saat ini adalah hal yang terbaik untuk diri. Tidak perlu berpura-pura dan menipu diri di sosial media untuk menampilkan kesuksesan walaupun sebenarnya itu bukan gambaran dirinya. “Poinnya adalah menerima diri sendiri agar bisa menjadi pribadi yang otentik,” jelasnya.

Struggle Alone

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Duck syndrome yang kedua dialami oleh orang yang ingin terlihat baik-baik saja meskipun sebenarnya mereka sedang mengalami banyak masalah. Jenis duck syndrome ini yang paling berbahaya karena terkait dengan persoalan mood seperti depresi atau gangguan kecemasan lainnya.

Adapun tips menghadapinya yaitu dengan membantu mereka untuk memahami persoalan yang sedang terjadi pada dirinya. “Kita juga perlu mengajarkan kepada mereka untuk jangan sungkan meminta bantuan,” kata dia. Margaretha mengatakan mereka perlu dibantu dengan cara diberi penjelasan mengenai kesehatan mental dan cara mengupayakan agar sehat secara mental.

“Kita hanya butuh minta bantuan kepada orang yang profesional atau keluarga untuk membantu persoalan yang dia alami. Jangan menutupi persoalan yang sedang dihadapi dan tidak apa-apa meminta bantuan orang lain,” katanya.

Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Duck Syndrome ini dialami oleh mereka yang di dalam kepalanya ingin berhasil sehingga ia menampilkan dirinya berhasil. Namun yang sebenarnya terjadi adalah ia sangat kewalahan bahkan tidak mampu untuk mencapai tujuannya karena sudah melampaui batas kemampuan.

 
Hal tersebut terjadi karena ia membandingkan diri dengan sesuatu yang di luar kemampuannya sendiri. Mereka perlu diajak untuk berhenti melakukan perbandingan yang tidak realistis. “Jadi, tipsnya adalah berusaha untuk bisa menerima kondisi dirinya dan berusaha membuat tujuan hidup yang lebih realistis. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara berhenti membandingkan diri dengan orang lain,” ujarnya.

Baca juga:

Ciri dan Penyebab Toxic Relationship, Pernah Mengalaminya?

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Libur Hari Waisak, Super Air Jet Siapkan 64.800 Kursi Penerbangan Bagi Milenial Menuju Candi Borobudur

11 jam lalu

Pesawat Super Air Jet rute Kualanamu-Bandung-Denpasar mendarat perdana di Bandara Internasional Husein Sastranegara di Bandung, Jawa Barat, 6 Januari 2023.. Maskapai penerbangan low cost carrier lokal ini menyasar penumpang kaum milenial dan pelancong le berbagai destinasi dalam negeri. TEMPO/Prima Mulia
Libur Hari Waisak, Super Air Jet Siapkan 64.800 Kursi Penerbangan Bagi Milenial Menuju Candi Borobudur

Super Air Jet menyiapkan 64.800 kursi penerbangan domestik pada moment libur hari Raya Waisak yang jatuh pada akhir pekan ini.


Komunitas Mobil L300 Eltitusi Saling Bantu Saat Ada Masalah di Jalan

12 jam lalu

Komunitas mobil Mitsubishi L300 di Kopdarnas 2023. (Foto: TEMPO/Rafif Rahedian)
Komunitas Mobil L300 Eltitusi Saling Bantu Saat Ada Masalah di Jalan

Komunitas mobil Mitsubishi L300 Seluruh Indonesia (Eltitusi) dilaporkan memiliki tingkat solidaritas yang cukup tinggi bagi sesama anggotanya.


Ganjar Pranowo Bicara Milenial dan Gen Z di Tangerang, Sebut Bisa Muncul Ratusan Juta Talenta

1 hari lalu

Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo (kanan) berbicara di depan pendukungnya  di GOR Gondrong, Kota Tangerang, Banten, Ahad, 28 Mei 2023. Dalam kunjungannya, Ganjar Pranowo menemui para tokoh milenial, pelaku seni dan pelaku UMKM untuk mendengarkan aspirasinya. ANTARA/Fauzan
Ganjar Pranowo Bicara Milenial dan Gen Z di Tangerang, Sebut Bisa Muncul Ratusan Juta Talenta

Ganjar Pranowo mengajak kaum milenial dan generasi Z untuk mengoptimalkan penggunaan media sosial.


Fakta Megenai Sindrom Baby Blues yang Banyak Dialami Ibu Melahirkan di Indonesia

2 hari lalu

Front Page Cantik. Sindrom Baby Blues. shutterstock.com
Fakta Megenai Sindrom Baby Blues yang Banyak Dialami Ibu Melahirkan di Indonesia

Jika sindrom Baby blues tidak membaik, bisa berkembang menjadi post partum depression atau depresi setelah melahirkan.


Mahasiswa UNAIR Bikin Sabun Herbal dari Kayu Secang: Berkhasiat untuk Kesehatan Kulit

4 hari lalu

Sabun Herbal Kayu Secang dan Daun Mimba, Dok: UNAIR
Mahasiswa UNAIR Bikin Sabun Herbal dari Kayu Secang: Berkhasiat untuk Kesehatan Kulit

Sabun herbal dari kayu secang ini disebutkan memiliki ragam khasiat untuk kesehatan kulit.


Mutasi Gen di Balik Bibir Sumbing, Studi di Surabaya Temukan Satu yang Dominan

7 hari lalu

Seorang anak penderita Bibir Sumbing menuju ruang operasi di RS. Setia Mitra, Kamis (11/8). Sebanyak 15 anak yang berasal dari Sukabumi Jawa Barat menjalani operasi bibir sumbing gratis yang diadakan atas kerjasam Yayasan Citra Baru dan Kick Andy Foundation. TEMPO/Arnold Simanjuntak
Mutasi Gen di Balik Bibir Sumbing, Studi di Surabaya Temukan Satu yang Dominan

Studi untuk disertasi di Unair ini dipandang mendukung deteksi dan pencegahan dini kasus bibir sumbing ke depannya.


25 Tahun Reformasi, Kisah Bimo Petrus Muncul di Surabaya Sebelum Hilang

9 hari lalu

Petrus Bima Anugerah alias Bimo Petrus ( memakai topi) saat mengunjungi kos-kosan aktivis SMID di Jalan Jojoran Surabaya pertengahan 1997.  Foto: dok Ikohi
25 Tahun Reformasi, Kisah Bimo Petrus Muncul di Surabaya Sebelum Hilang

Pada momen 25 tahun reformasi ini, Dandik Katjasungkana masih mengingat dengan baik perjumpaanya dengan Petrus Bima Anugerah untuk terakhir kali.


Pakar di UGM: Buku Bukan Alat Utama Pembelajaran

12 hari lalu

Ilustrasi mengisi liburan dengan membaca buku. Dok. Zenius
Pakar di UGM: Buku Bukan Alat Utama Pembelajaran

Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Koentjoro mengatakan saat ini terlihat adanya kecenderungan penurunan minat membaca.


BSI Kena Serangan Siber, Ini Kata Dosen Unair

12 hari lalu

Chat diduga negosiasi LockBit dan BSI. (Twitter/DarkTracer)
BSI Kena Serangan Siber, Ini Kata Dosen Unair

Pada kasus BSI, peretasan data merupakan data nasabah bank yang berisi informasi rekening, akun mobile banking hingga informasi lain yang berisi uang.


Kisah Amira, Alumnus Unair yang Jadi Satu-satunya Dokter Obgyn di Fakfak Papua

13 hari lalu

dr Amira Abdat SpOG alumnus FK UNAIR 2020. Foto: Istimewa/unair.ac.id
Kisah Amira, Alumnus Unair yang Jadi Satu-satunya Dokter Obgyn di Fakfak Papua

Amira Abdat, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) 2020 mengabdikan diri menjadi dokter spesialis obgyn di Fakfak, Papua Barat.