TEMPO.CO, Jakarta -Gempa bumi adalah bencana alam yang ditandai adanya getaran di kerak atau permukaan bumi. Kisaran getarannya dari lemah sampai yang terkuat yang dapat memporak-porandakan suatu wilayah.
Terdapat beberapa istilah satuan yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa, salah satunya Skala Richter (SR).
Mengutip United States Geological Survey (USGS), Skala Richter (SR) merupakan istilah yang kebanyakan orang pernah dengar sebagai salah satu alat pengukur gempa bumi. Tapi dalam praktiknya Skala Richter saat ini tak umum digunakan lagi, kecuali untuk mengukur gempa bumi kecil yang tercatat secara lokal.
Skala Richter (SR) menjadi pengukuran gempa yang pertama kali dikembangkan oleh Charles F. Richter, seorang seismolog di Institut Teknologi California pada 1935. Ketika itu, skala ini digunakan saat terjadi gempa di California Selatan, Amerika Serikat.
Dalam perkembangannya Skala Richter selanjutnya digunakan di wilayah lain, namun itu tak cocok lantaran pengukuran Skala Richter hanya berlaku dalam rentang frekuensi dan jarak yang terbatas.
Inilah yang melatarbelakangi ide Charles Richter untuk melakukan pengembangan Skala Richter menjadi beberapa besaran baru. Ini termasuk magnitudo lokal (ML), magnitude bodywaveh (Mb), dan besaran gelombang permukaan (Ms) . Masing-masing berlaku untuk rentang frekuensi dan jenis sinyal seismik tertentu. Dalam rentang validitasnya, masing-masing setara dengan besaran Richter.
Karena keterbatasan ketiga skala magnitudo (ML, Mb, dan Ms), perluasan skala magnitudo baru yang dapat diterapkan secara lebih seragam, yang dikenal sebagai magnitudo momen (Mw) dikembangkan. Khususnya, untuk gempa bumi yang sangat besar, magnitudo momen memberikan perkiraan ukuran gempa yang paling dapat diandalkan.
Mengutip Difference Between, Mw dihitung berdasarkan seberapa besar luas sesar yang mengalami keruntuhan. Mw merupakan besaran fisik yang sebanding dengan slip pada patahan dikalikan dengan luas permukaan patahan yang slip. Itu terkait dengan total energi yang dilepaskan dalam gempa. Momen bisa diperkirakan dari seismogram dan juga pengukuran geodetik.
Momen tersebut kemudian diubah menjadi angka yang mirip dengan magnitudo gempa lainnya dengan rumus standar. Hasilnya disebut besaran momen. Magnitudo momen memberikan perkiraan ukuran gempa yang valid pada rentang magnitudo lengkap, karakteristik yang tak dimiliki skala magnitudo lainnya.
Jadi, pada dasarnya perhitungan gempa bumi dengan magnitudo mulanya mengadopsi dari Skala Richter, hanya saja magnitudo lebih terperinci. Kemudian, perhitungan magnitudo juga lebih luas daripada Skala Richter, itu karena perhitungannya didasarkan pada pergeseran partikel bebatuan tanah yang di atasnya telah dipasang sensor.
KAKAK INDRA PURNAMA
Baca juga : Gempa 5,8 Magnitudo Guncang Bali, PLN: Listrik Tidak Terganggu