Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ditarik, Laporan yang Sebut Sampah Plastik Tanggung Jawab 5 Negara Asia Termasuk Indonesia

image-gnews
Ilustrasi Selamatkan Dunia dari Sampah Plastik. shutterstock.com
Ilustrasi Selamatkan Dunia dari Sampah Plastik. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ocean Conservancy (OC), organisasi konservasi yang berbasis di Amerika Serikat, telah menarik kembali laporan yang pernah dipublikasikannya pada 2015 berjudul 'Stemming the Tide'. Laporan itu menempatkan tanggung jawab untuk masalah sampah plastik sepenuhnya di pundak lima negara Asia (Cina, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam) dan saat yang sama mengabaikan peran dari produksi plastik Global North yang berlebihan dan ekspor sampahnya.

Global Alliance for Incinerator Alternatives (GAIA) Asia Pasifik mengungkap itu dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu 14 September 2022. "Penarikan laporan ini adalah sebuah kesempatan untuk interupsi kolonialisme sampah yang telah berjalan puluhan tahun," kata Froilan Grate, Koordinator GAIA Asia Pasifik.

Dalam keterangannya tersebut, Grate mengungkap kalau GAIA Asia Pasifik dan organisasi anggotanya telah sampai kepada langkah pertama dari sebuah proses keadilan restoratif dengan OC. Proses itu tertuju pada kerusakan bertahun-tahun yang disebabkan laporan 'Stemming the Tide' dengan mengoreksi narasinya, dan menyetujui aksi-aksi restoratif yang diminta komunitas dan sektor-sektor yang paling terdampak oleh laporan itu.

Kontras dengan laporan yang diterbitkan 2015 itu, Grate menerangkan kalau proses ini membimbing ke pemahaman bersama yang baru. Kesepakatan itu mencakup memprioritaskan kebijakan atau regulasi reduksi plastik, menggerakkan sumber-sumber daya yang ada ke solusi Zero Waste, mengecam solusi-solusi yang keliru seperti membakar plastik lewat apa yang disebut insinerator 'sampah menjadi energi' dan 'daur ulang kimiawi'.

Dia menuturkan bahwa Ocean Conservancy dalam posisi meningkatkan kesadaran di antara organisasi lain dan para pembuat kebijakan tentang narasi keliru yang dibawa oleh laporannya. "Kami menyerukan kepada seluruh organisasi untuk berpegang teguh kepada prinsip-prinsip demokrasi ketika berinteraksi dengan komunitas di Global South, dan untuk menghormati solusi-solusi berbasis situasi sebenarnya di lapangan dari komunitas-komunitas," kata Grate. 



Kolonialisme sampah dari Utara

Digulirkan pada 1989, istilah kolonialisme sampah merujuk kepada proses di mana negara-negara maju dan kaya menunjukkan dominasi atas negara-negara lainnya lewat ekspor sampah beracun berbahaya. Negara maju dan kaya itu meninggalkan negara penerima sampahnya (dan kerap negara miskin) dengan masalah lingkungan dan komunitas yang parah. 

"Kami menyambut baik komitmen OC untuk memmulihkan bahaya dari laporannya itu, dan mengangkat solusi-solusi Zero Waste," kata Christie Keith, Koordinator GAIA Internasional.

Dia menambahkan, kelima negara Asia yang disebut dalam 'Stemming the Tide' bukanlah yang harus disalahkan untuk massalah sampah plastik. Kesalahan, menurut Keith, ada pada korporasi-korporasi yang membuat dan mendorong peningkatan plastik hingg jumlahnya yang ada saat ini. "Dan mereka yang berjuang untuk solusi komunitas Zero Waste pantas untuk dihargai dan disanjung, bukan diserang," katanya. 

Petugas Bea dan Cukai berdiri di depan kontainer berisi sampah plastik yang mengandung limbah berbahaya dan beracun (B3) yang akan direekspor ke negara asal di Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Kepulauan Riau, Senin, 29 Juli 2019. Petugas gabungan Bea dan Cukai, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Perdagangan dan Polri mengirim kembali atau re-ekspor 7 peti kemas yang berisi sampah plastik yang mengandung limbah B3 ke negara asalnya. ANTARA

Aditi Varshneya, Koordinator GAIA Amerika Serikat, menilai isi laporan ‘Stemming the Tide’ juga telah melukai komunitas-komunitas dalam lebih banyak cara daripada yang terbayangkan. "Temuan laporan itu telah menyepelekan upaya panjang komunitas untuk bisa mendapatkan kebijakan yang lestari soal kesehatan, pengelolaan sampah, dan pembiayaan," kata dia. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rahyang Nusantara dari Aliansi Zero Waste Indonesia menekankan apa yang disampaikan Varshneya tersebut. “Laporan itu (‘Stemming the Tide’) telah menyakiti komunitas kami tapi kami bukanlah korban karena memiliki solusi." David Sutasurya dari Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB) menambahkannya, "Kami punya solusi Zero Waste.” 

Sutasurya berbagi pengalaman tahun pertama penerapan wilayah pilot Zero Waste YPBB di Bandung. Dia mengklaim, program pilot itu telah berhasil mengurangi sebanyak 950 kilogram produksi sampah harian dan menghemat ongkos pengangkutan sampah senilai Rp 63 juta.

Menurut Satyarupa Shekhar, koordinator gerakan #breakfreefromplastic di Asia Pasifik, laporan OC disusun oleh McKinsey & Company, sebuah perusahan konsultan manajemen global yang beberapa kliennya adalah perusahaan top dunia dalam hal penghasil sampah plastik. Laporan itu disebutnya telah melemahkan pembatasan yang sudah ada untuk insinerator dan malah membuka pintu bagi solusi yang keliru dan inovasi teknologi yang kontroversial untuk berhadapan dengan krisis polusi plastik.

Beberapa contoh yang terkenal adalah, di Filipina, di mana larangan insinerator nasional terancam oleh proposal baru untuk mengizinkan pembangkit listrik tenaga pembakaran sampah. Dan di Indonesia, di mana pemerintahannya terus mendorong insinerator sampah meski faktanya Mahkamah Agung telah membatalkan Peraturan Presiden Nomor 18/2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah di Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya, dan Kota Makassar.

Fasilitas pengolahan sampah menjadi energi di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (1/8/2019). (ANTARA/Andi Firdaus)

Di luar dari menarik laporan, OC mengakui kesalahannya dalam berfokus pada manajemen sampah plastik, dan menyatakan mempertimbangkan ulang posisinya tentang pembakaran sampah menjadi energi dan teknologi serupa lainnya untuk mengatasi krisis sampah plastik. OC juga sudah mengakui kesalahannya dalam kegagalannya melihat kerja komunitas lokal dan efek dari laporan tujuh tahun lalu bagi para komunitas itu. 

Menanggapi perubahan posisi OC tersebut, Aileen Lucero dari Ecowaste Coalition di Filipina dan Daru Rini dari ECOTON di Indonesia mengilustrasikan kalau krisis plastik saat ini bukanlah isu manajemen sampah. Mereka lebih menunjuk problem siklus hidup plastik secara keseluruhan. "Problem yang berawal saat bahan bakar fosil diekstraksi untuk memproduksi plastik sekali pakai," kata Rini.

Baca juga:
Perang Rusia di Ukraina: Drone Iran Harus Hadapi Roket Amerika dan Rudal NATO


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Telurator, Insinerator Sampah Buatan Telkom University, Begini Spesifikasinya

11 hari lalu

Insinerator atau alat pembakaran sampah buatan Telkom University yang dinamakan Telurator. (Dok.Tel-U)
Telurator, Insinerator Sampah Buatan Telkom University, Begini Spesifikasinya

Tim dosen Teknik Fisika Telkom University Bandung membuat alat insinerator atau pembakar sampah Telurator yang dirancang ramah lingkungan.


Telkom University Sumbang Insinerator Sampah kepada Warga Desa Tarumajaya

11 hari lalu

Insinerator atau alat pembakaran sampah buatan Telkom University yang dinamakan Telurator. (Dok.Tel-U)
Telkom University Sumbang Insinerator Sampah kepada Warga Desa Tarumajaya

Sumbangan Telkom University merupakan bagian dari komunitas akademisi yang bertanggung jawab terhadap pencapaian 17 tujuan pembangunan berkelanjutan.


Gubernur Khofifah Indar Parawansa Perangi Sampah Plastik, Sebut Kebakaran Gunung Arjuno Ulah Manusia

19 hari lalu

Pengunjung melewati Terowongan 4444 dari sampah botol plastik di Museum Plastik, Gresik, Jawa Timur, 28 September 2021. REUTERS/Prasto Wardoyo
Gubernur Khofifah Indar Parawansa Perangi Sampah Plastik, Sebut Kebakaran Gunung Arjuno Ulah Manusia

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengoptimalkan penerapan metode reduce, reuse, recycle khususnya terhadap penanganan sampah plastik.


KKP Gelar Gernas Bulan Cinta Laut, Kumpulkan 3,8 Ton Sampah di Dumai

37 hari lalu

KKP Gelar Gernas Bulan Cinta Laut, Kumpulkan 3,8 Ton Sampah di Dumai

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu implementasi strategi ekonomi biru untuk menjaga ekologi dan kesehatan laut


Kurangi Sampah Plastik, Pemkot Tangsel Minta Pelaku Usaha Tidak Lagi Gunakan Plastik Sekali Pakai

44 hari lalu

Ilustrasi Sampah Plastik. shutterstock.com
Kurangi Sampah Plastik, Pemkot Tangsel Minta Pelaku Usaha Tidak Lagi Gunakan Plastik Sekali Pakai

Wakil Wali Kota Tangerang Selatan sosialisasi pengurangan sampah plastik ke 8 titik bersama Dinas Lingkungan Hidup.


Kurangi Sampah, BRIN Garap Riset Plastik Berlapis Layak Daur Ulang

52 hari lalu

Seekor burung Kuntul Besar (Egretta Alba) berdiri di tumpukan sampah di Hutan Mangrove Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu 15 Juli 2023. Menurut petugas PPSU (Penanganan Prasarana dan Sarana Umum) setiap harinya mengangkat kurang lebih 2 ton sampah yang didominasi oleh sampah plastik dan sampah tersebut selanjutnya akan dipindahkan ke TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Bantargebang. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Kurangi Sampah, BRIN Garap Riset Plastik Berlapis Layak Daur Ulang

Transformasi plastik berlapis dari tidak layak menjadi layak daur ulang, menjadi upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan.


Bandara di Amerika Serikat Ini Larang Penjualan Minuman dalam Botol Plastik

52 hari lalu

Ilustrasi air minum dalam botol plastik (Pixabay)
Bandara di Amerika Serikat Ini Larang Penjualan Minuman dalam Botol Plastik

Wisatawan akan dapat membeli air dalam wadah berkelanjutan, seperti aluminium atau kaca yang dapat didaur ulang. Asal bukan botol plastik sekali pakai


Kurangi Sampah Plastik, Izifill Siapkan Dispenser Isi Ulang Botol Air Minum

56 hari lalu

Warga menunjukkan tumbler atau botol minuman dalam acara Indonesia Bersih Melalui Gerakan Satu Juta Tumbler di kawasan Pantai Matahari Terbit Sanur, 1 Agustus 2019. Beragam program digulirkan dalam upaya penyelamatan lingkungan tersebut seperti pengurangan penggunaan kantong plastik di pusat perbelanjaan, gerakan penggunaan botol khusus minuman (tumbler) dan mendorong pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) termasuk komunitas pemuda di Bali untuk bisa memanfaatkan sampah plastik agar dapat menjadi produk bernilai ekonomis melalui inovasi dan kreativitas. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Kurangi Sampah Plastik, Izifill Siapkan Dispenser Isi Ulang Botol Air Minum

Izifill membuat solusinya untuk mengurangi limbah plastik lewat pengembangan dispenser khusus untuk isi ulang tumbler ukuran 200 dan 500 mililiter.


KKP Kenalkan ATM Sampah dengan Fitur Penukaran Botol Plastik

58 hari lalu

KKP Kenalkan ATM Sampah dengan Fitur Penukaran Botol Plastik

ATM Sampah ini meyediakan fitur penukaran botol plastik menjadi poin melalui aplikasi Plasticpay.


Menjelang Pawai Tahunan, Kelompok Lingkungan Suarakan Tuntutan Bebas Plastik

58 hari lalu

Aktvis lingkungan membawa poster dari sampah plastik saat pawai bebas plastik pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Kawasan Sudirman, Jakarta, Ahad, 24 Juli 2022.  Pawai yang diinisiasi oleh sejumlah organisasi lingkungan tersebut merupakan salah satu bentuk kampanye menyadarkan masyarakat dan produsen kemasan saset agar tidak menggunakan plastik sekali pakai karena sulit diurai. TEMPO/M Taufan Rengganis
Menjelang Pawai Tahunan, Kelompok Lingkungan Suarakan Tuntutan Bebas Plastik

Pawai Bebas Plastik 2023 akan diadakan pada Minggu, 30 Juli mendatang.