Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tragedi Sirup Obat Batuk di Gambia Ungkap Sisi Buruk Farmasi India

image-gnews
Logo Maiden Pharmaceuticals Ltd.. REUTERS/Anushree Fadnavis
Logo Maiden Pharmaceuticals Ltd.. REUTERS/Anushree Fadnavis
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas di India telah menutup paksa sebuah pabrik obat dekat New Delhi. Butuh seminggu itu dilakukan sejak Badan Kesehatan Dunia atau WHO mengkonfirmasi keterkaitan sirup obat batuk yang dibuat di sana dengan kasus gagal ginjal akut penyebab kematian hampir 70 anak di Gambia, Afrika Barat.

Langkah tutup pabrik diambil setelah hasil investigasi bersama BPOM pusat di India dan negara bagian Haryana memaparkan selusin pelanggaran temuan mereka di fasilitas pabrik milik Maiden Pharmaceuticals Limited itu. Antara lain, tidak memiliki catatan lengkap proses pembuatan dan uji yang telah dilalui.

Baca juga: Kasus Gagal Ginjal Misterius, Guru Besar UI: Paracetamol Murni tidak Berbahaya

Sebelumnya, hasil analisis dari laboratorium WHO menyatakan sirup obat batuk itu mengandung dietilen glikol dan etilen glikol--jenis bahan kimia industri--dalam kadar yang tidak dapat diterima. Ada lima jenis atau merek, yakni Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.

Maiden sempat merespons membela proses manufaktur yang sudah mereka jalankan, dan badan regulator obat federal di India mempertanyakan temuan WHO itu. Tapi, faktanya, ini bukan kali pertama terjadi. Sirup obat batuk pernah pula dikaitkan dengan keracunan massal anak-anak di India, seperti halnya di negara lain. 

Isu obat yang terkontaminasi ini, menurut aktivis kesehatan publik, telah lama diabaikan dalam pengelolaan industri farmasi India yang sedang booming. Seperti diketahui India mengekspor obat-obatan ke lebih dari 200 negara di dunia dan berkontribusi terhadap pasar obat generik di banyak negara. Tak aneh kalau farmasi termasuk industri yang menyumbang volume perdagangan terbesar di India, dengan nilai $50 miliar. 

Tapi banyak kritik mengatakan pemerintah India lemah dalam pengawasan, yang bisa melahirkan kondisi-kondisi yang membimbing kepada pelanggaran berbahaya. Kritik datang antara lain dari aktivis kesehatan publik Dinesh S. Thakur dan pengacara Prashant Reddy T. Keduanya menulis buku dengan judul yang artinya 'Pil Kebenaran: Mitos Regulasi Obat di India'. 

Kasus Keracunan Dietilen Glikol di India Sendiri

Dalam wawancara pascaperistiwa keracunan massal anak di Gambia yang terhubung dengan pabrik obat di negaranya, Dinesh Thakur menilai apa yang terjadi adalah tragis. Dia menghitung ulang kalau sejak 1972 sudah terjadi lima kali kasus serupa di India di mana anak-anak keracunan sirup yang tercemar dietilen glikol. 

Kelimanya adalah 1972 di Madras (kini disebut Chennai) yang menewaskan 15 anak, 1986 di Mumbai yang merenggut nyawa 14 pasien, 1988 di Bihar dengan kematian 11 anak, 1998 di Gurgaon yang menyebabkan kematian 33 anak, dan 2019 lalu di Jammu yang membunuh 11 anak-anak. 

"Di negara lain, ini tidak akan pernah bisa diterima. Tapi sepertinya kejadian-kejadian ini tak sampai mengusik perhatian kami di sini di India," kata Thakur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca juga: Gagal Ginjal Misterius Renggut Nyawa Emira dalam Seminggu, Ini yang Terjadi

Obat Kualitas Buruk dari India

Dalam bukunya, Thakur dan Reddy mengungkapkan bahwa kontaminasi dalam obat terjadi karena perusahaan-perusahaan farmasi India cukup sering didapati tak menguji bahan mentah ataupun formula final sebelum mengirimnya ke pasar. 

Kondisi itu diduga terjadi pada sirup obat batuk yang diekspor ke Gambia. Dugaan diperkuat hasil studi yang pernah dikerjakan tim peneliti di Amerika dan Kanada pada 2014 yang disebut Reddy menyediakan data pendukungnya.

"Kualitas obat-obatan yang dikapalkan ke setiap negara bisa sangat berbeda satu sama lain, bergantung pada seberapa hati-hati inspeksi dilakukan terhadap aktivitas impornya," kata Reddy mengutip hasil studi. 

Diperkirakan, obat-obatan berkualitas buruk paling banyak mengarah ke Afrika. "Tragedi di Gambia bisa jadi satu sampelnya," kata Reddy lagi.

Thakur juga mengkritisi pernyataan dari Kementerian Kesehatan di negaranya bahwa masyarakat dalam negeri tak perlu khawatir. Alasannya, kasus kontaminasi ditemukan hanya pada produk yang diekspor ke Gambia.

Thakur mengungkapkan Maiden juga memproduksi sirup obat batuk dalam merek berbeda untuk pasar domestik. "Setelah kita tahu bagaimana buruknya proses produksi perusahaan itu, bagaimana kita bisa yakin kontaminasi yang sama tidak menyesap ke sirup obat batuk yang di jual di India?"

NPR, THE WIRE, ANI

 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

1 hari lalu

Petugas menguburkan warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel, setelah jenazah mereka dibebaskan oleh Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di kuburan massal di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 30 Januari 2024. Lusinan warga Palestina yang tidak diketahui identitasnya dimakamkan di pemakaman massal di Gaza setelah pemerintah Israel menyerahkan jenazah yang mereka simpan di Israel. REUTERS/Mohammed Salem
PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

Perubahan dalam cara PBB menghitung korban di Gaza telah disebut-sebut sebagai bukti adanya bias.


PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

1 hari lalu

Sejumlah warga melakukan salat jenazah pada warga Palestina yang tewas selama serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Khan Younis di Jalur Gaza selatan, 21 April 2024. REUTERS/Ramadan Abed
PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

PBB mengatakan masih ada sekitar 10.000 jenazah di Gaza yang masih harus melalui proses identifikasi.


14 Orang Tewas Tertimpa Papan Reklame di Mumbai saat Badai Petir

1 hari lalu

Pemandangan dari udara menunjukkan papan reklame yang tumbang di sebuah stasiun pengisian bahan bakar menyusul badai angin dan debu di Mumbai [Prashant Waydande/Reuters
14 Orang Tewas Tertimpa Papan Reklame di Mumbai saat Badai Petir

Papan reklame tersebut roboh menimpa beberapa rumah dan sebuah pompa bensin di Mumbai, India akibat angin kencang dan hujan deras


PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

1 hari lalu

Petugas bekerja memindahkan jenazah warga Palestina yang tewas selama serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Khan Younis di Jalur Gaza selatan, 21 April 2024. REUTERS/Ramadan Abed
PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

PBB menegaskan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel masih lebih dari 35.000 warga Palestina.


Kisah Royal Enfield Sebelum Memproduksi Motor di India

1 hari lalu

Royal Enfield Classic 500 Pegasus Limited Edition. (Royal Enfield)
Kisah Royal Enfield Sebelum Memproduksi Motor di India

Sebelum membuat motor, Royal Enfield memproduksi sejumlah produk di bawah tanah


153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

4 hari lalu

Seorang pria berjalan di jalan berlumpur, pasca banjir menyusul hujan lebat, di desa Kar Kar, provinsi Baghlan, Afghanistan 11 Mei 2024. REUTERS/Sayed Hassib
153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

Korban tewas akibat banjir bandang dahsyat di Afghanistan utara telah meningkat menjadi 153 orang di tiga provinsi


Maskapai India Ini Batalkan 85 Penerbangan Gara-gara Awak Kabin Cuti Massal

6 hari lalu

Pesawat dari maskapai Air India. Odishabytes
Maskapai India Ini Batalkan 85 Penerbangan Gara-gara Awak Kabin Cuti Massal

Maskapai penerbangan Air India membatalkan sejumlah penerbangan karena awak kabin ramai-ramai sakit.


Bisa Produksi Dalam Negeri, Militer India Siap Hentikan Impor Amunisi

6 hari lalu

Resimen Punjab Angkatan Darat India berbaris selama parade militer tahunan Hari Bastille di Paris, Prancis, 14 Juli 2023. REUTERS/Gonzalo Fuentes
Bisa Produksi Dalam Negeri, Militer India Siap Hentikan Impor Amunisi

Angkatan Bersenjata India berencana menghentikan impor amunisi pada tahun depan karena industri dalam negeri sudah mampu memenuhi kebutuhan domestik.


Ramai-ramai Pramugari Cuti Sakit, Air India Express Batalkan 40 Penerbangan Setiap Hari sampai 13 Mei

6 hari lalu

Air India Express (tangkapan layar YouTube)
Ramai-ramai Pramugari Cuti Sakit, Air India Express Batalkan 40 Penerbangan Setiap Hari sampai 13 Mei

Sekitar 13.000 penumpang terkena dampak pembatalan penerbangan Air India Express.


Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

6 hari lalu

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

Heat wave atau gelombang panas dapat menyebabkan dampak negatif bagi tubuh dan kulit, seperti heat stroke dan kanker kulit. Apa penyebabnya?