TEMPO.CO, Yogyakarta - Kasus antraks di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membuat seluruh lalu lintas ternak di sebuah desa diisolasi pemerintah.
“Isolasi lalu lintas ternak sudah dilakukan sejak awal pekan ini, terutama di area temuan kasus yakni di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY Sugeng Purwanto, Kamis, 6 Juli 2023.
Di Dusun Jati itu, sebelumnya ditemukan 12 ekor hewan ternak, terdiri dari enam ekor sapi dan enam ekor kambing positif antraks. Sebagian ternak mati mendadak itu dikonsumsi puluhan warga hingga menyebabkan setidaknya 87 orang terpapar.
Pasca kasus ini mencuat, menurut Sugeng, belum menemukan tambahan data ternak lain terpapar atau tertular. Hal ini disebabkan karena kelompok peternak di Gunungkidul mayoritas merupakan kelompok ternak berskala kecil sehingga isolasi lebih mudah dilakukan secara cepat mengantisipasi penyebaran.
“Yang jadi perhatian saat ini memberi edukasi warga, agar menghindari konsumsi daging ternak mati atau tak layak itu, karena kasus antraks ini sudah berulang kali terjadi sejak 2019 lalu,” kata Sugeng.
Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie memgatakan warga yang terpapar antraks di Gunungkidul disebabkan karena mereka mengonsumsi daging yang sudah positif antraks. "Setelah ada kasus warga meninggal dunia positif antraks itu dinas kesehatan melakukan sero survei di 125 sampel dan hasilnya 87 orang sero positif atau suspek," kata dia.
Pembajun mengatakan warga Dusun Jati yang meninggal positif antraks dirawat di RSUP dr.Sardjito Yogyakarta. Warga berusia 73 tahun itu meninggal di RSUP Sardjito pada 4 Juni 2023 lalu setelah pada 22 Mei ikut menyembelih sapi tetangganya yang mati kemudian mengonsumsinya.
"Jadi dia (warga yang meninggal) itu pada 22 sampai 29 Mei timbul gejala panas, pusing dan batuk setelah mengkonsumsi daging sapi mati itu," kata Pembajun.
Kulit warga itu juga diselimuti bintik-bintik dan pembengkakan pada kelenjar tubuhnya hingga dilarikan ke rumah sakit pada 1 Juni. "Warga itu mengalami pembengkakan di perut dan lipat kelenjarnya sebelum akhirnya meninggal," kata Pembajun.
Hasil laboratorium RSUP Sardjito menyebut warga itu positif antraks.
Pilihan Editor: Perjalanan Wabah Antraks di Indonesia Sejak 1832