TEMPO.CO, Jakarta - Penerimaan mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada atau UGM tahun ini diwarnai cerita haru saat momentum Temu Orang Tua Mahasiswa Baru UGM. Terutama bagi keluarga mahasiswa baru yang anak-anaknya bisa diterima di UGM meski memiliki keterbatasan biaya.
Salah satunya Kiswanto. Ayah dari Putri Atmawan Pujaningsih, mahasiswa baru prodi Hygiene Gigi Fakultas Kedokteran Gigi itu menangis haru saat menyaksikan anak bungsunya dan istrinya ditampilkan dalam video profil keluarga mahasiswa baru UGM yang mendapat subsidi UKT 0.
Kiswanto merupakan salah satu dari 4.000 orang tua mahasiswa baru yang diundang. Tidak semua orang tua diundang di acara tersebut mengingat kapasitas gedung Grha Sabha Pramana tidak cukup bisa menampung jumlah mahasiswa baru UGM yang mencapai 10.106 orang.
Selain diundang menhadiri acara, Kiswanto juga didaulat untuk memberikan pidato sambutan mewakili para orang tua. Pria yang tinggal di Sumbawa Barat ini sehari-hari berprofesi sebagai pegawai tidak tetap dan bekerja sebagai pendamping penyuluh pertanian Pemkab Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, lebih dari 15 tahun.
“Bisa kuliah di kampus biru ini tentu kebanggaan kita sebagai orang tua, karena putra dan putri kita dapat masuk ke universitas terbaik di Indonesia yang menjadi mimpi bagi banyak anak Indonesia lainnya di luar sana,” kata Kiswanto saat memberikan pidato sambutan.
Bantuan laptop
Tak hanya mendapat UKT 0 rupiah, anak Kiswanto dan empat lainnya mendapat bantuan laptop dari rektor guna mendukung aktivitas perkuliahan anaknya. Rektor UGM Ova Emilia bersama Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni Arie Sujito juga sempat berdialog dengan para orang tua.
Salah satunya Ova berbincang dengan Mukhlis, orang tua dari Muhammad Arifin Ilham (18) yang diterima di prodi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Keluarga asal Desa Lam Geu Eu, Peukan Bada, Aceh Besar itu merupakan keluarga korban tsunami Aceh 2004. Rumahnya luluh lantak sehingga ia dan keluarganya menghabiskan waktu berbulan-bulan di barak pengungsian ketika itu.
“Anaknya diterima dimana, Pak?” tanya Rektor saat memulai dialog. “Diterima di HI (Hubungan Internasional)” jawab Mukhlis.
Ova pun bertanya lagi, “Apa harapan untuk anaknya?”. “Saya cukup bangga dengan anak saya diterima di Universitas Gadjah Mada. Harapannya, semoga ia bisa berhasil,” jawab Mukhlis.
Selanjutnya giliran Indah asal Kediri, Jawa Timur, yang merupakan ibunda dari Yosia Deby Hasibuan yang diterima di prodi Gizi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM. “Siapa yang memilih masuk Gizi UGM?” tanya Arie Sujito.
“Anaknya sendiri yang memilih di UGM. Kami sebenarnya sungguh cemas mengingat kondisi ekonomi. Bagaimana nanti ia di kota besar dan di universitas semegah itu, apakah mampu?. Puji Tuhan Yesus, kami dapat subsidi seratus persen semoga bisa selesai tepat waktu,” kata Indah.
Pilihan Editor: Yosia, si Anak Perantau yang Raih Mimpi Kuliah di UGM dengan UKT Rp 0