Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tak Ada Lagi Jurusan IPA dan IPS di SMA, Ini Sistem Penjurusan SMA dari Masa ke Masa

image-gnews
Ilustrasi siswa SMA. ANTARA
Ilustrasi siswa SMA. ANTARA
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atau Kemendikbudristek Anindito Aditomo menyebut, sistem penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai kebijakan yang merusak. Sebab, menurut dia, penjurusan itu menciptakan diskriminasi.

"Kebijakan yang merusak. Akhirnya banyak yang salah jurusan (kuliah)," kata Anindito kepada Tempo, Kamis, 25 Juli 2024.

Kemendikbudristek bakal menghapus kebijakan pengelompokan berdasarkan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA. Penghapusan jurusan di SMA itu merupakan bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka yang sudah diterapkan bertahap sejak 2021.

Sistem pendidikan, khususnya di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Salah satu aspek yang mengalami perubahan signifikan adalah struktur jurusan yang ditawarkan. Perubahan ini sejalan dengan perkembangan zaman, kebutuhan pasar kerja, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dari Jurusan A, B, dan C hingga Pilihan yang Lebih Spesifik

Dulu, kita mengenal pembagian jurusan SMA menjadi tiga kelompok besar, yaitu jurusan A (Bahasa), B (Ilmu Pasti dan Alam), dan C (Sosial). Pembagian ini cukup sederhana dan memberikan gambaran umum minat siswa. Namun, seiring berjalannya waktu, sistem ini dianggap terlalu umum dan kurang mengakomodasi minat yang lebih spesifik dari siswa.

Perubahan signifikan terjadi pada tahun 1968, di mana jurusan A, B, dan C digantikan dengan jurusan yang lebih spesifik seperti Budaya, Sosial, Ilmu Pasti, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Langkah ini memberikan siswa pilihan yang lebih luas untuk mengarahkan minat dan bakatnya.

Kurikulum 1975 dan Munculnya Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa

Pada 1975, kurikulum SMA mengalami revisi dan memperkenalkan tiga jurusan utama, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Bahasa. Pembagian ini semakin memperjelas fokus pembelajaran pada masing-masing jurusan dan memberikan siswa pemahaman yang lebih mendalam di bidang yang mereka pilih.

Kurikulum Merdeka dan Penghapusan Jurusan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perkembangan selanjutnya membawa kita pada diversifikasi jurusan yang semakin beragam. Munculnya program-program studi keahlian, seperti jurusan Teknik, Pariwisata, dan Seni, memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan minat khusus mereka.

Saat ini, dengan adanya Kurikulum Merdeka, siswa memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal ini memungkinkan siswa untuk merancang jalur pembelajaran yang lebih personal dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompleks.

Kebijakan penghapusan jurusan di SMA oleh Kemendikbudristek merupakan bagian dari penerapan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka resmi diterapkan sebagai kurikulum nasional untuk semua jenjang sekolah pada 27 Maret lalu.  

Kepala Badan Standar Nasional Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan Anindito Aditomo menjelaskan peniadaan jurusan di SMA merupakan implementasi Kurikulum Merdeka yang sejatinya sudah diterapkan secara bertahap sejak 2021.

Perubahan sistem jurusan di SMA memiliki implikasi yang signifikan bagi siswa. Di satu sisi, siswa memiliki lebih banyak pilihan untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya. Di sisi sisi lain, mereka juga dihadapkan pada tantangan untuk memilih jurusan yang tepat sejak dini.

Bagi masa depan, perkembangan sistem jurusan di SMA diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja. Dengan adanya diversifikasi jurusan, siswa dapat mengembangkan keahlian yang spesifik dan relevan dengan kebutuhan industri.

SUKMA KANTHI NURANI  | ANDI ADAM FATURAHMAN | ANWAR SISWADI  I  NOVALI PANJI NUGROHO

Pilihan Editor: Jurusan SMA Dihapus, Tanggapan dari Perguruan Tinggi hingga Pengamat Pendidikan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menjelang Transisi Pemerintahan, Nadiem Makarim Disebut Tak Ingin Lanjut sebagai Menteri

7 jam lalu

Menteri Pendidikan Nadiem Makarim memberikan keterangan di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin, 27 Mei 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Menjelang Transisi Pemerintahan, Nadiem Makarim Disebut Tak Ingin Lanjut sebagai Menteri

Anak buah Nadiem Makarim menyebut sang menteri kemungkinan tak akan melanjutkan kariernya di pemerintahan Prabowo mendatang.


Kemendikbudristek Harap Program Merdeka Belajar Dilanjutkan di Pemerintahan Prabowo

10 jam lalu

Ilustrasi guru madrsah. Foto : Kemendag
Kemendikbudristek Harap Program Merdeka Belajar Dilanjutkan di Pemerintahan Prabowo

Permintaan melanjuti program Merdeka Belajar ini juga sempat diutarakan oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim.


Dirjen GTK Kemendikbud: Lulusan SMA di Papua Bisa Jadi Guru SD

12 jam lalu

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan atau Dirjen GTK Nunuk Suryani saat memberikan kuliah umum arah kebijakan Kemendikbudristek terkait pendidikan profesi guru di Universitas Maritim Raja Ali Haji atau UMRAH, Kepulauan Riau pada Rabu, 15 Mei 2024. TEMPO/Intan Setiawanty.
Dirjen GTK Kemendikbud: Lulusan SMA di Papua Bisa Jadi Guru SD

Kebutuhan jumlah guru di Provinsi Papua masih belum seimbang.


Anak Buah Nadiem Makarim Tanggapi Kritik Jusuf Kalla: Mas Menteri Paham Pendidikan

15 jam lalu

Menteri Pendidikan Nadiem Makarim memberikan keterangan di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin, 27 Mei 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Anak Buah Nadiem Makarim Tanggapi Kritik Jusuf Kalla: Mas Menteri Paham Pendidikan

Jusuf Kalla sebelumnya mengkritik kinerja Mendikbudristek Nadiem Makarim.


2 Siswa SMA Bandung Terseret Ombak Pantai Cemara Cianjur, Satu Belum Kembali

23 jam lalu

Ilustrasi orang tenggelam. shutterstock.com
2 Siswa SMA Bandung Terseret Ombak Pantai Cemara Cianjur, Satu Belum Kembali

Sampai hari ketiga, Rabu 18 September 2024, pencarian siswa SMA itu masih berlangsung. Diawali pergi mengisi liburan bareng lima teman.


Permendikbud Anti-Bullying yang Baru Tengah Digodok, Kemenkes Bakal Usulkan Ini

2 hari lalu

Ilustrasi cyberbullying atau bullying online. Shutterstock
Permendikbud Anti-Bullying yang Baru Tengah Digodok, Kemenkes Bakal Usulkan Ini

Kemendikbudristek akan melibatkan Kemenkes untuk menyiapkan Permendikbud anti-bullying yang baru menyusul kasus dugaan perundungan di PPDS Undip


Kemenkes Akan Dilibatkan dalam Pembahasan Permendikbud Anti-perundungan

2 hari lalu

Siti Nadia Tarmizi. TEMPO/Tony Hartawan
Kemenkes Akan Dilibatkan dalam Pembahasan Permendikbud Anti-perundungan

Kemendikbudristek akan libatkan Kemenkes untuk menyiapkan Permendikbud anti-perundungan baru menyusul kasus dugaan perundungan di PPDS Undip


Pendaftaran CPNS Ditutup Kecuali di 2 Kementerian, Pendaftar Tembus 3,8 Juta

8 hari lalu

Ilustrasi CPNS. Dok.TEMPO/Muhammad Hidayat
Pendaftaran CPNS Ditutup Kecuali di 2 Kementerian, Pendaftar Tembus 3,8 Juta

Penerimaan lamaran CPNS Kemendikbudristek akan ditutup pada 13 September 2024, dan di Kemenag akan ditutup pada 14 September 2024.


ITB Berlakukan Kurikulum Baru, Mahasiswa Merdeka Memilih Mata Kuliah

10 hari lalu

Teleskop radio yang dibangun ITB di Observatorium Bosscha mirip dengan alat serupa di Ishioka Jepang ini. (Sumber www.gsi.go.jp)
ITB Berlakukan Kurikulum Baru, Mahasiswa Merdeka Memilih Mata Kuliah

Mulai tahun ini, mahasiswa ITB dapat mengambil satuan pelajaran di luar dari bidang studi yang sedang ditempuh.


Ini Kritik Eks Wakil Presiden JK kepada Menteri Nadiem Makarim

10 hari lalu

Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla berjalan saat menghadiri acara gerakan masjid bersih 2024 di Masjid Akbar Kemayoran, Jakarta, Rabu, 6 Maret 2024. Kegiatan tersebut merupakan upaya berkelanjutan untuk mendorong terciptanya masjid yang bersih dan nyaman bagi umat Islam di seluruh Indonesia, khususnya dalam menyambut bulan Ramadan. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Ini Kritik Eks Wakil Presiden JK kepada Menteri Nadiem Makarim

Eks Wakil Presiden JK menilai Menteri Nadiem Makarim tidak punya pengalaman dalam dunia pendidikan.