Sebuah pabrik nuklir bernama Shippingport Atomic Power Station, negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat, sempat digunakan sebagai reaktor uji coba untuk bahan bakar thorium pada 1977. Inti reaktor yang diisi dengan pelet thorium dioksida dan uranium-233 oksida beroperasi selama hampir 30 ribu jam, selama lima tahun. Reaktor itu menghasilkan sekitar 2,1 miliar kilowatt jam (kWh) listrik, sebelum dinonaktifkan pada tahun 1982.
Direktur Keuangan Transmutex, Jean-Christophe de Mestral, menyebut inti reaktor thorium mengandung fisi 1,4 persen lebih banyak dibanding ketika memakai bahan bakar konvensional. Catatan itu membuktikan bahwa pembiakan thorium pada saat itu bisa menghasilkan bahan bakar baru.
Sayangnya, laporan keberhasilan thorium di Shippingport Atomic selesai disusun pada Maret 1986, satu bulan sebelum peristiwa Chernobyl, kecelakaan nuklir terbesar di dunia. Insiden di area pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl di dekat Kota Pripyat, Ukraina, itu membuat citra reaktor nuklir menjadi buruk.
Laporan soal pembangkit nuklir bertenaga thorium terkubur dalam. Namun, minat pengembangan PLTN berbasis muncul setelah beberapa waktu. Apalagi saat ini biaya uranium semakin tidak stabil dan menghambat proses produksi di reaktor.
Pilihan Editor: Kirim Sampah Plastik Terbanyak ke Laut, KKP: Indonesia Turun dari Peringkat 2 ke 5 Dunia