TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyatakan, Indonesia telah memiliki beberapa pedoman penanganan kebakaran hutan yang tidak jauh berbeda dengan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (Food and Agriculture Organization/FAO).
Pedoman FAO terbaru, yang berjudul ‘Integrated Fire Management Voluntary Guidelines: Principle and Strategic Action’, memasukkan konten soal tantangan dari krisis iklim yang ditandai oleh besarnya hutan yang terbakar tiap tahun, yaitu 340-370 juta hektare.
Muhari mengatakan, sejumlah lembaga di Indonesia memiliki aplikasi pendukung soal penanganan kebakaran. Polri punya aplikasi Lancang Kuning, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ada Sipongi. "Itu semua sebenarnya sama saja, tapi memang bedanya pemanfaatan untuk operasi masing-masing," kata dia dalam Launching Mapbiomas Fire oleh Yayasan Auriga Nusantara, Jakarta, Rabu, 7 Agustus 2024.
Perbedaannya, kata Muhari, adalah pada operasinya. Ia menyebut Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan yang mengatur tugas masing-masing lembaga, termasuk BNPB dan KLHK. "Kita manfaatkan input data yang sama, pas kendali operasinya berbeda-beda," ujarnya.
Menurut Muhari, menjelang puncak kemarau 2023, Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko sempat meminta penyatuan aplikasi agar data yang digunakan sama. Sedangkan komandonya disatukan di bawah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM.
Salah satu tantangan dari aplikasi digital penanganan kebakaran hutan, kata Muhari, adalah informasi yang tertunda. Ketika BNPB mendapat informasi, biasanya kondisi di lapangan sudah mulai memburuk. "Ketika heli kita datang ke lokasi ternyata sudah terbakar 5 hektare di lapangan. Padahal kita mengharuskan padamkan dulu penjalarannya. Sedangkan helikopter kalau bolak-balik ambil air itu udah habis 20 menit, apinya sudah ke mana-mana," ungkapnya.
Muhari berharap adanya dukungan data dari berbagai pihak bisa menjadi bagian dari solusi penanganan kebakaran hutan dan lahan. Ia menyebut data Mapbiomas fire Yayasan Auriga ini bisa membantu. "Ini data yang krusial dan kongkret. Bisa jadi dasar di lapangan," tambahnya.
Pilihan Editor: Google Search Punya Algoritma Baru untuk Cegah Deepfake, Bagaimana Cara Kerjanya?