TEMPO Interaktif, Jakarta - Menghindari kontak mata, ngusap-usap mulut, pegang hidung, menggaruk-garuk telinga atau mendadak mengubah pola bicara merupakan ciri-ciri seseorang sedang berbohong. Tapi kalau yang membual sudah masuk golongan kawakan, pertanda itu dengan mudah ditutupi.
Untuk mengetahui apakah seseorang itu jujur atau tidak, para ilmuwan dari Universitas Oxford memindai otak sejumlah relawan. "Kami berusaha menemukan rangkaian kerja otak tentang kejujuran dan kebohongan," kata ketua tim peneliti Matius Rushworth, seperti dikutip Dailymail.
Penelitian yang telah dipresentasikan pada konferensi Cell Lablinks di London awal bulan ini menunjukkan kondisi otak para sukarelawan yang mengatakan kebohongan mengalami perubahan khususnya pada dorsomedial prefrontal cortex (DPFC) atau area di bagian depan otak. "Daerah otak ini meningkat secara dramatis," katanya.
Dengan menggunakan MRI scan, Rushworth melakukan pemetaan kerja otak ketika seseorang mengatakan hal yang benar dan tidak.
Dailymail|Rini K