TEMPO.CO , LONDON:– Tim peneliti dari Universitas Maastricht Belanda awal pekan ini meluncurkan inovasi mereka berupa daging hamburger sintetis. Dua orang sukarelawan yang mencoba memakan daging buatan untuk pertama kali menilai rasa daging ini hambar meski teksturnya baik.
“Memakan daging ini perlu tambahan garam dan lada,” ujar ahli nutrisi asal Austria Hanni Ruetzler yang menjadi sukarelawan seperti dilansir kantor berita AP pada 5 Agustus 2013. Sedangkan sukarelawan lainnya, seorang wartawan asal Amerika Serikat, Josh Schon mengaku kebingungan menilai rasa daging itu.
Daging sintetis yang dicoba dua sukarelawan itu merupakan hasil penelitian selama lebih dari 5 tahun. “Daging buatan ini dapat menjadi solusi masalah pangan dunia akibat perubahan iklim,” ujar kepala peneliti Universitas Maastricht Mark Post kepada AP. “Namun tujuan itu mungkin baru tercapai satu atau dua dekade lagi,” ujarnya.
Badan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) sebelumnya memprediksi konsumsi daging akan bertambah dua kali lipat, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Untuk mengembang-biakkan hewan ternak yang dijadikan pangan warga dunia saja, setidaknya dibutuhkan lahan sebanyak 70 persen dari seluruh lahan peternakan di dunia.
Post dan rekan-rekannya menghasilkan daging sintetis yang dikembangkan dari sel punca sapi. Para peneliti mengambil sel otot sapi yang ‘dikembang-biakkan’ sehingga menjadi jaringan daging. Untuk menghasilkan 140 gram daging hamburger dibutuhkan hampir 20 ribu jaringan daging.
Daging burger itu dibumbui garam, bubuk telur, dan tepung roti serta diolah menggunakan jus bit merah dan kunyit untuk menghasilkan rasa, bentuk, dan penampilan yang mendekati daging sapi asli.
Para peneliti mengakui rasa daging buatan mereka masih hambar. “Memang belum sempurna, tapi ini awal yang baik,” ujar Post. Mereka mengklaim masalah rasa ini bukan perkara sulit. Peneliti bioteknologi asal Universitas Norwegia, Stig Omholt mengatakan jika sejumlah sel punca dibiarkan berkembang menjadi jaringan lemak, dan ditambahkan ke dalam jaringan daging sintetis maka akan dihasilkan daging dengan rasa yang lebih baik.
Inovasi daging sintetis ini menuai banyak dukungan. Salah satu pendiri Google, Sergey Brin bahkan mengumumkan telah menyumbangkan US$ 330.000 untuk proyek penelitian ini. Brin menyatakan dukungan atas penelitian ini sebagai bentuk perhatiannya terhadap kehidupan hewan.
Adapun kelompok pembela hak hewan, PETA, menyatakan sangat setuju dengan penelitian daging buatan ini. “Selama tidak ada hewan yang dibantai atau disakiti, kami berada di belakang mereka,” ujar Presiden PETA Ingrid Newkirk.
AP / PRAGA UTAMA