Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Perbedaan Asteroid, Komet, dan Meteor

image-gnews
Para ilmuwan memperingatkan bahwa NASA tidak bisa menangkal Asteroid Bennu pada 2135. Kredit: NASA/Daily Mail
Para ilmuwan memperingatkan bahwa NASA tidak bisa menangkal Asteroid Bennu pada 2135. Kredit: NASA/Daily Mail
Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Dunia luar angkasa tidak hanya berisi planet dan bintang. Benda-benda langit yang lebih kecil ukurannya pun bergentayangan, yaitu asteroid, meteor, dan komet. Sebagian jatuh ke bumi dan diyakini membawa kehidupan sekaligus kematian.

Di antara asteroid, meteor, dan komet, sebagian di antara kita ada yang belum bisa membedakannya.

Penggiat astronomi dari komunitas Langit Selatan di Bandung Avivah Yamani mengatakan, istilah asteroid merujuk pada sekumpulan obyek langit yang berkumpul di antara planet Mars-Jupiter. Nama asteroid muncul pada 1850-an. “Diduga, obyek-obyek (asteroid) ini merupakan materi awal pembentukan tata surya yang gagal membentuk planet,” kata dia, Senin, 9 September 2019.

Celah di antara Mars dan Jupiter itu kemudian dikenal dengan nama Sabuk Utama Asteroid. Di sana taksirannya ada 1,1 juta hingga 1,9 juta asteroid. Ukuran dan bentuknya sangat beragam , ada yang lebih dari satu kilometer panjangnya dan banyak yang jauh lebih kecil. Sebagian dari asteroid ada yang mengembara mengitari matahari dari dekat bumi dan memotong orbit bumi.

Mengutip dari laman Langit Selatan, sampai 2017 tercatat lebih dari 16.294 asteroid di dekat bumi dan 1.786 di antaranya berpotensi membahayakan bumi. Asteroid merupakan obyek yang disusun oleh logam, batuan, es, dan elemen-elemen yang tidak mudah ditemukan di Bumi. Antar asteroid diketahui bisa membentuk kesatuan obyek.

Komet Hartley 2. AP/ NASA/JPL-Caltech/University of Maryland

Komet, kata Avivah, merupakan tamu jauh bagi Bumi dan planet-planet dalam tata surya. “Komet datang dari dua kawasan luar tata surya kita,” ujarnya. Wilayah terjauh disebut Awan Oort, sementara yang terdekat dinamakan Sabuk Kuiper.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setiap komet punya inti berupa batuan es yang padat hingga disebut bola salju dari tepi luar tata surya. Komposisi komet yaitu dua pertiganya merupakan es dan salju, selebihnya debu batuan.

Ketika mendekati matahari, suhu komet naik dan lapisan esnya mengalami pemanasan serta penguapan. Selain membentuk koma atau awan debu dan gas yang menyelubungi inti komet, terbentuk pula ekor komet. “Panjangnya bisa mencapai 100 kilometer,” ujar Avivah.

Komet yang beberapa kali mendekati matahari bisa kehilangan ekornya hingga sisanya tampak seperti asteroid. Komet bisa menabrak suatu planet karena orbitnya dekat dan kena tarikan gravitasi planet.

Sebuah meteor melesat melintasi langit dekat Monumen Revolusi selama puncak hujan meteor Perseid di Prijedor, Bosnia dan Herzegovina 12 Agustus 2019. Puncak hujan meteor Perseid diprediksi dari sekitar pukul 22.00 sampai subuh. REUTERS/Dado Ruvic

Ekor komet yang dilintasi Bumi menciptakan meteor. Material ekor komet yang terlepas dan tertarik gravitasi Bumi bergesekan dan terbakar di atmosfer. Lesatannya biasa disebut sebagai bintang jatuh. Dalam jumlah banyak lazim disebut hujan meteor

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Fenomena Astronomi Menarik pada November: Hujan Meteor Taurid dan Leonid

13 jam lalu

Ilustrasi lokasi kemunculan hujan meteor Tau-Herculids. Foto/Instagram/belajarastro.id
Fenomena Astronomi Menarik pada November: Hujan Meteor Taurid dan Leonid

Fenomena astronomi hujan meteor Taurid dan Leonid di sebagian wilayah Indonesia waktunya berbarengan dengan masuknya musim hujan.


Riset Sebut Asteroid Bisa jadi Makanan Astronot dalam Misi Luar Angkasa, Begini Pengolahannya

15 hari lalu

Ilustrasi asteroid. youtube.com
Riset Sebut Asteroid Bisa jadi Makanan Astronot dalam Misi Luar Angkasa, Begini Pengolahannya

Penelitian dari Western University's Institute for Earth and Space Exploration membuka peluang pengolahan asteroid jadi makanan.


Fenomena di Langit Pekan Ini: Supermoon, Komet Langka, hingga Hujan Meteor Orionid

18 hari lalu

Komet Tsuchinshan-ATLAS, C/2023, melewati formasi geologi, puncak tufa di Trona Pinnacles, California, AS, 12 Oktober 2024. Sebuah komet yang terlihat dari Bumi bulan lalu untuk pertama kalinya dalam 80.000 tahun. REUTERS/David Swanson
Fenomena di Langit Pekan Ini: Supermoon, Komet Langka, hingga Hujan Meteor Orionid

Langit pekan ini akan dihiasi dengan tiga fenomena astronomi spektakuler, yakni supermoon yang disebut hunter's moon, komet langka C/2023 A3 Tsuchinshan-ATLAS, dan hujan meteor Orionid.


Begini Cara Nasa Lacak Asteroid Seukuran Bus yang Dekati Bumi

25 hari lalu

Ilustrasi asteroid di dekat bumi. spaceflightinsider.com
Begini Cara Nasa Lacak Asteroid Seukuran Bus yang Dekati Bumi

Asteroid 2024 TW2 sempat mendekati bumi dengan kecepatan lebh dari 60 ribu km/jam. Namun ukuran dan lintasannya dinyatakan tak berbahaya.


Ini Fenomena Astronomi Selama Oktober, dari Hujan Meteor hingga Perburuan Komet Tsuchinshan-ATLAS

31 hari lalu

Pengunjung menyaksikan meteor melesat melintasi langit saat hujan meteor Perseid tahunan di Migra l-Ferha, di luar kota Rabat, Malta, 13 Agustus 2024.  REUTERS/Darrin Zammit Lupi
Ini Fenomena Astronomi Selama Oktober, dari Hujan Meteor hingga Perburuan Komet Tsuchinshan-ATLAS

Sejumlah fenomena astronomi menarik bakal muncul sepanjang Oktober. Selain tiga hujan meteor, juga ada perburuan komet.


Efek Pengerukan Pasir Laut, Ujian Nasional, dan Fenomena Komet dalam Top 3 Tekno

34 hari lalu

Sebuah kapal tunda menarik tongkang berisi pasir laut. ANTARA FOTO/Joko Sulistyo
Efek Pengerukan Pasir Laut, Ujian Nasional, dan Fenomena Komet dalam Top 3 Tekno

Sistem pendidikan tanpa ujian nasional, dampak pengerukan pasir laut, dan ulasan komet menjadi Top 3 Tekno, Senin, 30 September 2024.


Fenomena Astronomi Saat Ini: Komet yang Cerlang Cemerlang dan Bulan Ada Dua sampai November

34 hari lalu

Komet Tsuchinshan-ATLAS, atau Komet A3. Instagram/Adrianksb/Boscha
Fenomena Astronomi Saat Ini: Komet yang Cerlang Cemerlang dan Bulan Ada Dua sampai November

Penampakan komet akan hilang dan muncul lagi April mendatang. Asteroid mini baru saja menjadi bulan kedua untuk Bumi.


Asteroid 2024 PT5 Diidentifikasi Akan Mengorbit Bersama Bumi dalam Dua Bulan

37 hari lalu

Rotasi bumi
Asteroid 2024 PT5 Diidentifikasi Akan Mengorbit Bersama Bumi dalam Dua Bulan

Kalangan astronom tengah mengamati asteroid 2024 PT5 berukuran 11 meter yang akan terkena tarikan gravitasi bumi.


Penjelasan Fenomena Bulan Mini yang Akan Temani Bumi 2 Bulan ke Depan

39 hari lalu

Ilustrasi asteroid di dekat bumi. spaceflightinsider.com
Penjelasan Fenomena Bulan Mini yang Akan Temani Bumi 2 Bulan ke Depan

Para astronom sedang bersiap arahkan pengamatan ke fenomena yang disebut sebagian kalangan sebagai bulan kembar.


Fakta-fakta dari Bola Api Asteroid yang Melesat di Langit Filipina

51 hari lalu

Ilustrasi asteroid. Kredit: PA/AOL
Fakta-fakta dari Bola Api Asteroid yang Melesat di Langit Filipina

Jaringan teleskop survei di Bumi kini sudah cukup baik untuk melihat kedatangan obyek semungil asteroid ini dan memberikan peringatan dini.