2. Pengobatan menabrak panduan yang ada
Pedoman pengobatan Covid-19 yang dibuat National Institutes of Health (NIH) AS mengatakan baik remdesivir maupun dexamethasone hanya untuk pasien yang dirawat di rumah sakit yang sudah bergantung kepada suplai oksigen. Itu artinya untuk gejala yang sudah menengah dan parah.
Seperti dikatakan Megan Ranney, seorang dokter di IGD di Rhode Island, “Dexamethasone dicadangkan untuk para pasien yang lebih parah." Bukan tanpa alasan. Dia menerangkan soal cara kerja obat ini yang melumpuhkan sistem imun tubuh agar terhindar dari efek yang dikenal sebagai badai sitokin di paru-paru. "Karenanya obat ini sebenarnya bisa malah berbahaya pada pasien dengan gejala ringan."
Dokter kepresidenan memang mengatakan Trump diberikan oksigen suplemental, namun tidak dijelaskan lebih jauh kapan dan berapa banyak yang dibutuhkan atau angka respiratory rate--indikator penting untuk menentukan keparahan gejala. "Yang sedikit membingungkan adalah fakta bahwa dia mendapat seluruh tiga pengobatan itu dalam jangka yang pendek," kata Céline Gounder, dokter spesialis penyakit infeksi di New York City, “itu tidak sesuai dengan yang biasa kami lakukan."
3. Bukti efikasi obat yang dipilih
Remdesivir mungkin yang paling jelas di antara tiga pengobatan itu. Penelitiannya untuk Covid-19 dimulai Februari lalu, dan sejak itu bukti bertambah kalau obat yang semula dikembangkan untuk antivirus Ebola ini mampu membuat pasien Covid-19 di rumah sakit sembuh lebih cepat empat hari daripada pengobatan antivirus biasa. Saat ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah mengizinkan Emergency Use Authorization untuk obat ini.
Dexamethasone, obat yang biasa digunakan untuk peradangan, juga telah direkomendasikan untuk pengobatan Covid-19. Sebagian peneliti percaya obat warung ini bisa menekan reaksi berlebih sistem imun tubuh pasien Covid-19. Berdasarkan studi yang dilakukan di Inggris dan dipublikaskan Juli lalu, dexamethasone juga bisa mencegah kematian pasien yang dirawat di rumah sakit.
Meski menjanjikan, hasil uji dexamethasone didapat dari studi 'open-label' di mana pasien dan dokter tahu kalau mereka menerima atau memberikan obat itu. Standar tertinggi untuk uji efikasi obat adalah studi double blind. Artinya, pasien dan dokter tidak ada yang tahu obat atau plasebo diberikan kepada siapa.
Mobil kepresidenan membawa Presiden AS Donald Trump di depan Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed di Bethesda, Maryland, AS, Ahad, 4 Oktober 2020. Trump tengah menjalani perawatan setelah dikonfirmasi positif COvid-19. REUTERS/Cheriss May
Baca juga:
Parah, Trump Akui Sengaja Tak Jujur soal Ancaman Covid-19
Pengobatan sisanya untuk Presiden Donald Trump memiliki sedikit data pendukung. Misalnya, baru pekan lalu Regeneron mengumumkan hasil awal dari uji klinisnya untuk obat berupa campuran antibodi itu. Datanya memang menunjukkan hasil positif tapi itu baru dari 275 pasien pertama yang disertakan dalam uji. Karenanya pula belum ada publikasi jurnal.