Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ivermectin Diuji kepada 5.000 Relawan, seperti Apa Kontroversinya Akan Berakhir?

Reporter

image-gnews
Ivermectin. Kredit: Brazilian Report
Ivermectin. Kredit: Brazilian Report
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - University of Oxford, Inggris, mengumumkan pada Rabu, 23 Juli 2021, lalu kalau sedang meneliti obat antiparasit ivermectin untuk potensinya mengobati Covid-19. Ini adalah sebuah uji yang diharapkan bisa menjawab kontroversi dari pengobatan yang telah luas direkomendasikan di dunia meski ada peringatan dari banyak otoritas kesehatan dan kurangnya data yang mendukung keamanan penggunaannya.

Ivermectin atau yang biasa dikenal obat cacing ini akan menjadi bagian dari studi Principle (Platform Randomised Trial of Treatments in the Community for Epidemic and Pandemic Illnesses) yang disponsori pemerintah Inggris. Studi ini mengkaji pengobatan non-rumah sakit melawan Covid-19 dan juga sebuah uji acak skala besar yang dipandang sebagai 'standar tertinggi' dalam mengevaluasi efektivitas sebuah obat.

"Sangat mirip dengan hydroxychloroquine sebelumnya, sudah lebih dulu ada penggunaan yang tidak sesuai label dalam jumlah yang sangat besar," kata Stephen Griffin, seorang associate professor di University of Leeds.

Dia menunjuk penggunaan itu terutama berbasis studi-studi uji tanding obat itu yang mampu menghambat replikasi virus corona Covid-19 di laboratorium menggunakan data keselamatan dari penggunaan luas obat itu sebagai antiparasit. Studi yang dilakukan peneliti di Australia pada Maret 2020 itu dinilai Griffin tak mewakili kondisi sebenarnya dalam sel tubuh di mana kadar alami dosis obat itu jauh lebih rendah.

"Bahayanya dari penggunaan obat yang tak sesuai label seperti ini adalah...obat itu menjadi alat kepentingan kelompok tertentu atau pendukung pengobatan nonkonvensional dan menjadi dipolitisasi," kata Griffin.

Meski begitu sejumlah studi yang sifatnya pilot dan berskala kecil menunjukkan hasil awal bahwa ivermectin mampu mengurangi jumlah virus dan durasi gejala pada beberapa pasien Covid-19 gejala ringan. Namun, masih sedikit bukti yang didapat dari uji yang secara luas dan acak kalau obat yang sama bisa mempercepat pemulihan atau mengurangi angka kasus rawat inap rumah sakit.

Studi Principle diharapkan bisa membantu memberi kepastian akan efektivitas sekaligus keselamatan penggunaan 'obat ajaib' ini untuk Covid-19. "Caranya dengan membangkitkan bukti-bukti yang kuat," kata Chris Butler, profesor di Department of Primary Care Health Sciences, University of Oxford, yang juga satu di antara peneliti utama dalam studi Principle.

Uji melibatkan lebih dari 5.000 relawan di Inggris, usia dewasa atau lebih dari 18 tahun. Kepada mereka akan dibagi secara acak siapa yang mendapat tambahan pengobatan oral ivermectin selama tiga hari dan siapa yang pengobatan standar. Uji akan berlangsung sebulan sebelum kedua kelompok akan saling diperbandingkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Mereka yang berusia 18 sampai 64 tahun dengan gejala atau sesak napas karena Covid-19 bisa gabung dalam uji asalkan masih dalam 14 hari sejak merasakan gejala itu atau menerima hasil tes yang positif," kata Butler.

Petugas instalasi farmasi memeriksa vaksin COVID-19 yang disimpan disela kegiatan peninjauan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito, di UPT Instalasi Farmasi Badung, Bali, Kamis 4 Maret 2021. Peninjauan tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya BPOM untuk memastikan proses pengelolaan vaksin COVID-19 khususnya dalam proses distribusi dan penyimpanan berjalan dengan baik dan sesuai standar. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

Ivermectin selama ini dikenal memiliki profil keselamatan yang baik dan luas digunakan di dunia untuk beragam penyakit infeksi, di antaranya menyembuhkan infeksi parasit Onchocerciasis (river blindness). Penyakit yang bisa menyebabkan kebutaan ini disebabkan infeksi jenis cacing gelang yang ditularkan lewat gigitan berulang lalat hitam.

Ivermectin sejatinya tidak mahal karena generik. Obat ini juga telah tersedia selama puluhan tahun dengan penggunaan awal adalah untuk infeksi cacing parasit pada hewan ternak. Untuk Covid-19, penggunaannya terpantau terutama di Amerika Latin, Afrika Selatan, Filipina, India, dan beberapa negara di Eropa. Mereka menerabas peringatan dari otoritas kesehatan seperti WHO, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), dan Badan Obat-obatan Eropa (EMA) agar tidak menggunakan obat ini di luar uji klinis.

Dalam Studi Principle, ivermectin adalah obat ketujuh yang diinvestigasi. Sebelum ini adalah investigasi terhadap antibiotik azithromycind dan doxycycline yang kesimpulannya telah diumumkan pada Januari lalu kalau secara umum keduanya tidak efektif. Juga investigasi terhadap satu obat jenis steroid hirup, budesonide, yang pada April lalu ditemukan efektif dalam memangkas masa pemulihan dari infeksi Covid-19.

FORBES | POLITICO | OXFORD

Baca juga:
Kata WHO Soal Ivermectin dan Obat Covid-19, Simak Daftar Rekomendasi Terkini

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

12 jam lalu

Dwina Septiani Wijaya. Dok. Peruri
Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.


Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

2 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.


Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

2 hari lalu

Bawang merah. ANTARA/Oky Lukmansyah
Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

Bawang merah merupakan komoditi penting yang dibutuhkan masyarakat. Apa saja manfaatnya untuk kesehatan?


Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

3 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

Parasetamol dapat diberikan ketika suhu anak 38 derajat Celcius ke atas atau sudah merasakan kondisi yang tidak nyaman.


Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

4 hari lalu

Gambar mikroskop elektron pemindaian ini menunjukkan SARS-CoV-2 (obyek bulat biru), juga dikenal sebagai novel coronavirus, virus yang menyebabkan Covid-19, muncul dari permukaan sel yang dikultur di laboratorium yang diisolasi dari pasien di AS. [NIAID-RML / Handout melalui REUTERS]
Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.


Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

5 hari lalu

Ilustrasi obat. TEMPO/Subekti
Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

Pakar menjelaskan kasus anemia aplastik akibat obat-obatan jarang terjadi, apalagi hanya karena obat sakit kepala.


Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

6 hari lalu

Ilustrasi makanan sehat. (Canva)
Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

Sejumlah hal perlu diperhatikan dalam pola makan penderita Parkinson, seperti pembuatan rencana makan. Berikut yang perlu dilakukan.


Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

7 hari lalu

Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa


KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

7 hari lalu

Bupati Muna (nonaktif), Muhammad Rusman Emba, menjalani pemeriksaan lanjutan, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 19 Januari 2024. Muhammad Rusman, diperiksa sebagai tersangka dalam pengembangan penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah atau janji terkait pengajuan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional daerah Kabupaten Muna Tahun 2021 - 2022 di Kementerian Dalam Negeri. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.


4 Obat Ini Diklaim Bisa Bikin Panjang Umur, Benarkah?

11 hari lalu

ilustrasi minum obat (pixabay.com)
4 Obat Ini Diklaim Bisa Bikin Panjang Umur, Benarkah?

Empat macam obat umum ini disebut berpeluang membuat orang panjang umur. Simak sebabnya dan penjelasan peneliti.