Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Taliban Kuasai Data Biometrik di Afghanistan, Ini yang Dikhawatirkan

image-gnews
Pejuang Taliban berbaris berseragam di jalan di Qalat, Provinsi Zabul, Afghanistan, pada 19 Agustus 2021. REUTERS
Pejuang Taliban berbaris berseragam di jalan di Qalat, Provinsi Zabul, Afghanistan, pada 19 Agustus 2021. REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dengan Taliban kini menguasai Afghanistan, tumbuh kekhawatiran tentang bagaimana mereka akan menggunakan data dari program biometrik yang sangat besar yang telah ditinggalkan. Basisdata warga Afghanistan yang luas telah dibangun sejak rezim pemerintahan koalisi, tapi transisi yang sangat cepat telah membuatnya berpindah tangan begitu saja.

Pemerintah Amerika Serikat memulai program pengumpulan data sidik jari, pemindaian iris mata dan foto wajah dari warga Afghanistan yang tergabung dalam angkatan bersenjata negara itu. Sistem basisdata ini digunakan setelah proses uji selesai pada 2002.

Tujuan awal dari program pengumpulan data itu adalah menyaring dan mencegah gerilyawan Taliban serta anggota kriminal menyusupi pasukan kepolisian dan tentara bentukan Amerika itu. Untuk mengumpulkan dan menyimpan data-data tersebut, Departemen Pertahanan Amerika Serikat kemudian meluncurkan Sistem Identifikasi Biometrik Otomatis (ABIS) pada 2004.

Selama bertahun-tahun setelahnya, inisiatif biometrik itu telah mendorong pasukan koalisi maupun Afghanistan menjadi gugus tugas yang mengumpulkan data biometrik sidik jari, iris, dan genetik warga Afghanistan. Per sekarang, data biometrik sudah dikumpulkan dari jutaan orang Afghanistan.

Pada 2020, pemerintahan Afghanistan meluncurkan sistem yang sama untuk perizinan usaha dalam rangka memperbaiki kemudahan dan efisiensi birokrasi. Tarbaru, pada Januari lalu, Pemerintah Afghanistan mengumumkan rencananya untuk registrasi biometri seluruh siswa dan pengajar di 5.000 madrasah yang ada di negara itu.

Seorang pejabat senior di pemerintahan Afghanistan, yang terlibat pengumpulan data biometrik selama empat tahun belakangan, mengatakan sebagian perangkat sistem data biometrik itu sudah berada di tangan Taliban. Termasuk di dalamnya adalah portable toolkits terdiri dari laptop, kamera digital, pemindai sidik jari, dan alat baca iris mata.

“Coba pikirkan, mereka kini memiliki semua data dari kepolisian, kementerian pertahanan dan komisi pemilihan umum,” katanya yang meminta anonim.

Taliban juga disebutkan telah menyita peralatan dari sejumlah fasilitas yang biasa digunakan badan intelijen Afghanistan, Direktorat Keamanan Nasional. “Peralatan itu ditinggalkan saat semua buru-buru lari meninggalkan negeri ini,” katanya lagi.

Seorang pejabat militer Amerika Serikat mengkonfirmasi kalau milisi Taliban telah menyita perangkat ABIS, tapi tidak tahu berapa banyak. Sedangkan kelompok Human Rights First yang berbasis di Amerika Serikat menyatakan pada pekan ini bahwa Taliban mungkin telah mengakses beragam isi basisdata biometrik dan perangkatnya tersebut.

"Teknologi ini sepertinya mencakup pula akses ke basisdata dengan sidik jari dan pindai iris, dan termasuk teknologi pengenalan wajah,” bunyi pernyataan kelompok itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kekhawatirannya adalah Taliban akan memanfaatkan perangkat dan data biometrik itu untuk balas dendam kepada mereka yang pernah bekerja untuk rezim yang disokong pasukan koalisi atau Amerika Serikat. Kekhawatiran yang sayangnya tidak berlebihan.

Seorang mantan penerjemah yang bekerja untuk pasukan Amerika Serikat di Pangkalan Udara Bagram, yang juga pernah memberikan data biometriknya, mengatakan Taliban sedang mendengarkan isi percakapan di ponsel dan menyisir dari pintu ke pintu untuk mereka yang pernah bekerja sama dengan Amerika di Kota Kandahar. “Kami benar-benar tidak tahu apa yang akan mereka lakukan kepada kami,” katanya.

Annie Jacobsen, penulis First Platoon: A Story of modern war in the age of identity dominance, mengatakan AS telah mengeluarkan lebih dari $8 miliar untuk program biometri di Afghanistan juga Irak. Dia yakin, meski banyak perangkat di Afghanistan kini dalam penguasaan Taliban, mereka belum tentu bisa mengolah atau memanfaatkan data di dalamnya.

Orang-orang mengantre untuk naik ke sebuah pesawat militer Jerman dan meninggalkan Kabul di bandara Kabul, Afghanistan, pada 24 Agustus 2021. Taliban menegaskan tidak akan memperpanjang batas evakuasi warga yang dilakukan oleh negara asing. (Xinhua)

Seorang perwira intelijen yang pernah bertugas di Afghanistan mengatakan keselamatan warga Afghanistan adalah yang terpenting. Menurut dia, data yang pernah dikumpulkan bisa digunakan untuk melakukan evakuasi karena data biometrik dikumpulkan secara luas untuk mengidentifikasi mereka yang pernah membantu AS.

“Amerika memiliki sejumlah besar data yang telah digunakan sejak lama untuk identifikasi siapa saja yang bekerja untuk mereka dan, seharusnya, bisa untuk menyiapkan evakuasi.”

Tak ada pernyataan konfirmasi ataupun tanggapan dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengenai nasib dan rencananya dengan basis data biometrik yan jatuh ke tangan Taliban tersebut.

Baca juga:
Covid-19: Bagaimana Lockdown di Malaysia Memperparah Krisis Chip Dunia?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kisah SAVAK, Satuan Intelijen Iran yang Disebut Kejam dan Brutal

2 jam lalu

Ilustrasi hukuman cambuk di Iran. REUTERS
Kisah SAVAK, Satuan Intelijen Iran yang Disebut Kejam dan Brutal

Iran dikenal sebagai negara yang bergejolak. Suatu rezim menggunakan lembaga khusus untuk mengawasi dan membungkam oposisi


Dimulai Hampir Setengah Abad Lalu, Ini 4 Fakta di Balik Sanksi Terhadap Iran

2 jam lalu

Iran: Sanksi Dicabut atau Tak Ada Kesepakatan Nuklir
Dimulai Hampir Setengah Abad Lalu, Ini 4 Fakta di Balik Sanksi Terhadap Iran

Sanksi ekonomi Iran telah dimulai hampir setengah abad lalu.


PBB Gagal Akui Negara Palestina karena Veto Amerika Serikat

4 jam lalu

Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Robert Wood, berbicara di Dewan Keamanan PBB pada 8 Desember 2023. REUTERS
PBB Gagal Akui Negara Palestina karena Veto Amerika Serikat

Seperti telah diperkirakan, Amerika Serikat menggunakan hak vetonya untuk menggagalkan upaya Palestina menjadi anggota tetap PBB.


5 Milisi Pendukung Iran, Ada Houthi Hingga Organisasi Badr

5 jam lalu

Sejumlah anggota Houthi bersenjatakan senapan mesin berada di atas truk pick-up selama prSejumlah anggota Houthi bersenjatakan senapan mesin da RPG saaat berada di atas truk pick-up selama protes untuk mengecam serangan pimpinan AS terhadap Houthi di dekat Sanaa, Yaman 25 Januari 2024.  REUTERS/Khaled Abdullahotes untuk mengecam serangan pimpinan AS terhadap Houthi di dekat Sanaa, Yaman 25 Januari 2024.  REUTERS/Khaled Abdullah
5 Milisi Pendukung Iran, Ada Houthi Hingga Organisasi Badr

Sejak revolusi 1979, Iran telah membangun jaringan proksi di seluruh Timur Tengah. Pengawal Revolusi Iran dan Pasukan elit Quds memberikan senjata, pelatihan dan dukungan keuangan kepada gerakan milisi tersebut.


Uni Eropa Ajukan Perluasan Embargo terhadap Iran Setelah Serang Israel, Ini Riwayat Negara Barat Embargo Iran

5 jam lalu

Presiden Iran Ebrahim Raisi. Kepresidenan Iran/WANA via REUTERS
Uni Eropa Ajukan Perluasan Embargo terhadap Iran Setelah Serang Israel, Ini Riwayat Negara Barat Embargo Iran

Sepanjang sejarah, Iran telah menjadi sasaran berbagai sanksi internasional atau embargo dari beberapa negara, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa.


Menlu Retno Marsudi Minta AS Bantu De-eskalasi Konflik Iran-Israel, Apa Artinya?

15 jam lalu

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi memakai keffiyeh saat penyampaian pendapat di ICJ, Jumat, 23 Februari 2024. Sumber : istimewa
Menlu Retno Marsudi Minta AS Bantu De-eskalasi Konflik Iran-Israel, Apa Artinya?

Apa arti dari de-eskalasi khususnya dalam konteks politik dan konflik Iran-Israel? Menlu Retno Marsudi minta AS lebih berperan.


Amerika Serikat Siap Jatuhkan Sanksi Baru ke Tehran Dampak Serangan Iran ke Israel

1 hari lalu

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan berbicara dalam konferensi pers, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Tel Aviv, Israel, 15 Desember 2023. REUTERS/Violeta Santos Moura
Amerika Serikat Siap Jatuhkan Sanksi Baru ke Tehran Dampak Serangan Iran ke Israel

Pemerintah Amerika Serikat sedang berupaya menjatuhkan sanksi baru ke Iran sebagai bentuk balasan atas serangan Iran ke Israel pada akhir pekan lalu.


Sejarah FBI dan Apa Saja Tugas-tugasnya

1 hari lalu

Logo Biro Investigasi Federal terlihat di markas besar FBI di Washington, AS, 14 Juni 2018. REUTERS/Yuri Gripas
Sejarah FBI dan Apa Saja Tugas-tugasnya

FBI mengatakan bahwa pihaknya sudah membuka penyelidikan kriminal atas runtuhnya jembatan Baltimore.


DK PBB akan Putuskan Keanggotaan Penuh Palestina Hari ini, AS Ancam Veto?

1 hari lalu

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berbicara dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang penerapan Pasal 99 piagam PBB untuk mengatasi krisis kemanusiaan di tengah konflik antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas di markas besar PBB di New York City, AS, 8 Desember 2023. REUTERS/Shannon Stapleton
DK PBB akan Putuskan Keanggotaan Penuh Palestina Hari ini, AS Ancam Veto?

AS secara aktif berupaya mencegah rancangan resolusi yang mendukung pemberian keanggotaan penuh di Dewan Keamanan PBB untuk Palestina.


FBI Buka Penyelidikan Ambrolnya Jembatan Baltimore, Begini Cara Mereka Bekerja

1 hari lalu

Pemandangan udara dari kapal kargo Dali yang menabrak Jembatan Francis Scott Key, menyebabkannya runtuh di Baltimore, Maryland, AS, 26 Maret 2024. Maryland National Guard/Handout via REUTERS
FBI Buka Penyelidikan Ambrolnya Jembatan Baltimore, Begini Cara Mereka Bekerja

Agen FBI melakukan penyelidikan dengan menaiki kapal kargo Dali atas izin pengadilan terhadap kasus jembatan Francis Scott Key atau Jembatan Baltimore