TEMPO.CO, Jakarta - Metode RT-LAMP (reverse transcription loop mediated isothermal amplification), yang merupakan inovasi dari Pusat Riset Kimia-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), telah memiliki Nomor Izin Edar Alat Kesehatan dari Kementerian Kesehatan, yakni Kemenkes RI AKD 2030322XXXX. Izin edar produk dengan merek dagang Qi-LAMP-O ini berlaku sampai dengan Januari 2027.
RT-LAMP merupakan metode alternatif pengujian virus Covid-19 yang banyak menggunakan alat Polymerase Chain Reaction (PCR) sebagai metode standard.
Menurut peneliti kimia BRIN, Tjandrawati Mozef, RT-Lamp sanggup mendeteksi varian Omicron. “Untuk sampel yang terinfeksi varian Omicron, kit ini masih bisa mendeteksi sebagai sampel positif SARS-CoV-2. Ini sudah kami analisa terhadap data genom Omicron dari sampel yang dikoleksi di Indonesia, yang sudah masuk di database GISAID,” kata Tjandra, Senin, 17 Januari 2022.
Pertengahan Desember lalu, data sekuen genom varian Omicron dari sampel Indonesia pertama diunggah di database GISAID. Kemudian para peneliti melakukan analisa apakah primer dari kit masih bisa mendeteksi varian tersebut secara in silico. Sejauh ini kit masih bisa mendeteksi varian Omicron.
RT-LAMP termasuk dalam kategori tes molekuler NAAT (Nucleic Acid Amplification test) bersama-sama dengan Quantitative Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR) dan Tes Cepat Molekuler (TCM), dengan akurasi yang sangat baik.
Perbedaan RT LAMP dengan RT-PCR adalah dalam proses amplifikasi gen target, reaksi RT-LAMP berlangsung secara isothermal atau suhu konstan sehingga tidak memerlukan alat thermocycler atau alat PCR.
Proses yang cepat, kurang dari satu jam menjadi salah satu unggulan RT- LAMP. Hal yang lain adalah hemat biaya karena dilakukan dengan alat dan reagen yang minim. Mengenai hasil, diklaim seakurat RT-PCR.
Tjandrawati menyampaikan bahwa pada awal pandemi Covid-19, dirinya beserta tim berinisiatif untuk mengembangkan sistem alternatif untuk melakukan skrining dan deteksi RNA virus SARS-Cov-2.
“Pada saat itu kebutuhan untuk mendeteksi virus adalah dengan menggunakan PCR, sementara alat PCR yang ada di Indonesia sangat terbatas dan hanya terdapat di laboratorium besar. Selain itu, reagen yang digunakan untuk uji PCR merupakan impor,” jelasnya.
“Hingga saat ini pandemi Covid-19 belum berakhir, varian-varian baru bermunculan, sehingga memotivasi kami dari BRIN untuk terus melakukan riset, berkontribusi dalam pengendalian pandemi, dan mendukung program pemerintah 3T (tracing, testing dan treatment),” ujarnya.
Untuk meningkatkan kemampuan testing, ia dan timnya mengusulkan inovasi baru, yaitu metode RT LAMP yang mampu mendeteksi secara spesifik material genetik dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Produk inovasi RT-LAMP ini menggunakan sampel ekstrak RNA hasil swab hidung yang dapat dideteksi secara kualitatif dengan melihat adanya presipitasi dengan akurasi yang baik.
RT-LAMP BRIN juga sedang dikembangkan untuk dapat menggunakan sampel saliva. Metode ini diklaim memiliki hasil yang sangat menjanjikan. Saat ini statusnya sedang diproses untuk pengajuan izin edar.
Beberapa negara seperti Belanda dan Spanyol juga telah menetapkan RT-LAMP sebagai salah satu metode setara RT-PCR yang digunakan untuk mendeteksi Covid-19.
Baca:
Alternatif Alat PCR dari BRIN Kantongi Izin Edar, Mampu Deteksi Omicron
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.