TEMPO.CO, Jakarta - Harapan terbit bagi Planetarium dan Observatorium Jakarta, atau kerap hanya disebut Planetarium Jakarta. Seperti diketahui lokasi ini dinilai mengalami devitalisasi justru pasca-Revitalisasi TIM, di mana planetarium berada di dalamnya, pada akhir tahun lalu.
Harapan itu seperti yang diungkap Karlina Supelli, anggota Akademi Jakarta, yang juga seorang filsuf dan astronom perempuan pertama di Indonesia. “Ada staf ahli Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menghubungi Akademi Jakarta menanyakan masalah Planetarium dan Observatorium Jakarta,” kata dia lewat aplikasi perpesanan WhatsApp, Selasa 17 Januari 2023.
Sebelumnya Akademi Jakarta memang berharap bisa mendapatkan perhatian dari Presiden Joko Widodo atas nasib devitalisasi Planetarium Jakarta saat ini. Surat dikirim ke Istana--juga Dewan Pertimbangan Presiden--setelah perhatian dari Pemerintah DKI Jakarta gagal didapat seperti yang diharapkan.
Baca juga: Daftar Devitalisasi Planetarium Jakarta dan Apa Kata Dinas Kebudayaan DKI
Rapat untuk membeberkan permasalahan di hadapan sang staf ahli telah dilakukan pada Senin 16 Januari 2023. Dijanjikan akan ada rapat koordinasi lanjutan. “Beliau menunjukkan keprihatinan dan menganggap ini masalah serius," kata Karlina lagi.
Daftar Masalah di Planetarium Jakarta Pasca-Revitalisasi TIM
Peresmian hasil revitalisasi TIM (Taman Ismail Marzuki) pada akhir September lalu telah ikut membuka kembali Planetarium Jakarta. Tapi, kala gedung lain di Kompleks TIM sudah beroperasi kembali, Planetarium Jakarta terus sepi--bahkan lebih daripada sebelumnya.
"Yang berfungsi dari Planetarium dan Observatorium Jakarta ini tiba-tiba tinggal 10-20 persen," kata Seno Gumira Ajidarma, Ketua Akademi Jakarta, dalam diskusi Diskusi publik bertajuk 'Planetarium dan Observatorium Jakarta: Garda Depan Pemajuan Kebudayaan via Ilmu', Sabtu siang, 5 November 2022
1. Pertunjukan Teater Bintang
- Proyektor tidak jadi dibeli baru, padahal sudah rusak dan lewat 11 tahun masa pakai.
- Proyektor tidak jadi diperbaiki sehingga tidak bisa digunakan untuk pertunjukan.
- Kursi diganti tapi bukan kursi Planetarium karena bukan reclining seat.
- Mesin AC tidak berfungsi optimal.
2. Observatorium
- Observatorium Coude tidak tersentuh sama sekali. Teleskop sangat tua, relnya macet, bangunan gedungnya rusak dan kubahnya bocor dan rapuh.
- Observatorium Matahari Heliostat sudah rusak total.
- Observatorium Takahashi awalnya masih fungsi dan menjadi Observatorium paling aktif tapi malah dihancurkan dan diganti menjadi kolam. Tidak diberikan pergantian fasilitas.
- Observatorium ASKO diisolir, tangga akses dicopot, pintu kubah di tutup beton. Teleskop sudah tua, butuh peremajaan. Kubah sudah rapuh dan bocor.
Observatorium Asco yang tampak kubahnya di kejauhan yang tidak memiliki akses untuk pengunjung atau pengguna naik mencapainya. Foto: Maria Fransisca Lahur.
3. Ruang Pameran
- Tidak dianggarkan pengisian barang-barang pameran. Ruang pameran kosong melompong. Malah barang-barang bekas dan lama diminta untuk diisi kembali.
4. Ruang Lobby tertutup berkurang sebanyak 50 persen.
5. Ruang Kelas Astronomi diciutkan dan menjadi 70 persen lebih kecil dibanding yang lama.
6. Ruang Multimedia Audio Visual yang dulu lengkap dengan 100 kursi, audio dan video system, diberikan tapi kosongan tanpa fasilitas sama sekali.
7. Tidak ada Dak Observasi. Hanya ada ruang terbuka yang dilapisi kerikil. Tidak bisa untuk observasi.
8. Tidak ada ruang simpan alat optik. Dulu ada.
9. Tidak ada ruang kesehatan. Dulu ada.
10. Tidak ada ruang laktasi. Dulu ada.
11. Tidak ada ruang khusus penceramah. Dulu ada.
12. Tidak ada ruang tamu khusus VIP. dulu ada.
13. Ruang kantor berkurang 50 persen.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.