TEMPO.CO, Jakarta - Pada 3 Mei lalu, dua drone bersenjata terbang bebas di langit Kremlin, Rusia. Setidaknya satu di antaranya meledak di atas kubah Kremlin Senate, menyebabkan serpihan menghujani gedung yang menjadi pusat administrasi Pemerintahan Presiden Presiden Vladimir Putin itu.
Pemerintah Rusia menyatakan bahwa kedua drone ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara. Tapi klaim ini tidak dapat dikonfirmasi secara visual dari tayangan video serangan drone-drone itu yang viral di media sosial.
Satu video menunjukkan sebuah drone bersayap tetap melayang melewati kubah Senate Palace menuju ke sebuah sasaran sebelum meledak dalam awan serpihan yang terbakar. Dua orang bisa terlihat mendaki tangga dekat kubah saat ledakan terjadi.
Dilaporkan, tidak ada yang terluka akibat serangan itu. Putin bahkan tak sedang berada di sana saat dugaan serangan itu terjadi.
Sebuah serangan drone terpisah pada fasilitas penyimpanan minyak Rusia di Krasnodar yang malah kelihatannya menyebabkan kerusakan. Serangan di lokasi ini juga dilaporkan melibatkan dua drone, dan hanya satu yang berhasil dicegat oleh militer Rusia.
Meski begitu serangan di Kremlin tetap saja mengejutkan karena menghantam 'benteng dalam kota'. Serangan juga menumbuhkan pertanyaan besar tentang kemampuan militer Rusia untuk melindungi wilayah udara Moskow. Serangan kurang dari seminggu dari agenda parade militer Hari Kemerdekaan Rusia itu telah memicu pemberlakuan larangan mengoperasikan drone apapun di wilayah Moskow.
Bantahan Ukraina dan Kelemahan Rusia
Pemerintah Ukraina telah membantah bertanggung jawab untuk serangan drone-drone itu. Kyiv justru menduga serangan berasal dari kelompok anti-pemerintah di Rusia, atau malah sandiwara dari Moskow untuk mencari alasan meningkatkan eskalasi perang di Ukraina.
Meskipun demikian, serangan 3 Mei lalu itu menambah panjang rangkaian serangan yang telah menarget wilayah Rusia sejak Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari tahun lalu. Serangan itu sebut saja serbuan helikopter ke depot bahan bakar di sepanjang daerah perbatasan dan serangan ke pangkalan pesawat bomber Rusia menggunakan drone latihan era Soviet yang dimodifikasi.
Sementara itu serangan drone dari waktu ke waktu juga masuk semakin dalam ke wilayah udara Rusia, merayap semakin dekat ke Moskow. Drone mungkin amat lamban dibandingkan pesawat bomber maupun rudal jet tempur Rusia yang bisa merontokkannya, tapi drone cenderung tak terlacak radar karena ukurannya yang kecil dan materialnya yang komposit nonreflektif.
Ketika kecenderungan itu berkombinasi dengan kemampuan terbang rendah dan bersembunyi di antara kontur permukaan, radar pun semakin sulit mengendusnya--sebuah problem yang pernah dihadapi militer Rusia dalam perang di Suriah.
Problem kerentanan Kremlin terhadap musuh yang terbang rendah dan lambat itu sudah ditunjukkan pada 1987 lampau. Saat itu Mathias Rust dari Jerman, entah bagaimana caranya, menerbangkan pesawat ringan Cessna 172 menembus ruang pertahanan udara negara itu dan mendarat dekat Lapangan Merah.
Drone Milik Ukraina?
Samuel Bendett, seorang pakar pengembangan drone dan AI di Pusat Analisis Angkatan Laut, mengatakan serangan drone di Kremlin hanya mungkin dalam dua cara. Pertama, drone diselundupkan ke dalam wilayah Rusia untuk kemudian serangan dilakukan. Kedua, menggunakan drone yang lebih besar dengan kemampuan terbang jarak jauh untuk kemudian terbang menembus pertahanan udara Rusia.
"Ghost", 24 tahun, seorang prajurit Brigade Infanteri Bermotor Independen ke-58 dari Angkatan Darat Ukraina, menguji drone dekat Bakhmut, Ukraina, 25 November 2022. REUTERS/Leah Millis
Menurut Bendett, cara kedua bukan tak mungkin dilakukan. Koneksi radio komando drone biasanya memang tak bisa lebih jauh dari jarak 110 mil. Namun, sebuah drone bisa diprogram untuk melancarkan serangan secara otonom menggunakan navigasi satelit.
Bendett tidak tahu dari mana serangan drone 3 Mei lalu dilancarkan di antara dua kemungkinan itu. Tapi dia juga mengungkapkan kalau Ukraina mempunyai drone-drone PD-1, PD-2 dan UJ-22 yang disebutnya mirip dengan yang ada di video, selain Mugin-5 buatan Cina yang diduganya telah digunakan dalam serangan sebelumnya.
"Serangan itu mungkin saja dilakukan Ukraina menggunakan di antara drone-drone itu," katanya.
POPULAR MECHANICS
Pilihan Editor: Mata Hitam Burung Ini Berubah Menjadi Hitam Setelah Infeksi Flu Burung
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.