Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Ahmad Fauzan Raih Beasiswa ke Hungaria Usai 23 Kali Gagal

Reporter

Editor

Devy Ernis

image-gnews
Mahasiswa UI penerima IISMA Ahmad Fauza. DOK YouTube Ditjen Dikti
Mahasiswa UI penerima IISMA Ahmad Fauza. DOK YouTube Ditjen Dikti
Iklan

Namun, pilihan itu tak lepas dari bidang ilmu yang ingin ia dalami. Fauzan menuturkan, pilihan kursus yang tersedia di University of Pecs lebih relevan dengan apa yang ia inginkan. Ia mengambil kursus international business communication, refractive communication, intercultural communication, dan global education.

"Jarang banget setiap universitas itu 4 pilihan course-nya sesuai dengan keinginan aku. Sedangkan yang di Pecs ini semuanya sesuai yang aku mau. Kalau di Leicester yang sesuai dan aku mau tuh ada dua. Masih belum sesuai dengan yang aku inginkan juga." 

Setelah mantap untuk menuju Hongaria, Fauzan mulai mempersiapkan keberangkatan dan segala kebutuhan di negeri orang nantinya. Pertama, mulai dari pengurusan visa dan asuransi kesehatan. Ia telah riset soal asuransi kesehatan sejak jauh-jauh hari, seperti tempat mengurusnya. Ia juga mempelajari prosedur reimbursement ke IISMA. Ketika itu, kata Fauzan, ada 45 orang mahasiswa yang mengikuti program IISMA di Hongaria. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fauzan mengatakan, perkuliahannya di University of Pecs cukup fleksibel. Musababnya, program IISMA memang ditujukan untuk eksplorasi berbagai macam hal di luar negeri. Dalam sepekan, Fauzan ada kelas selama empat hari. Selain itu, ada pula kelas tambahan belajar bahasa Hungaria. 

Dari segi tugas, ia tak begitu merasa kesulitan menyesuaikan. Sebab, menurut dia, tugas kuliah di UI juga cukup banyak dan membuatnya terbiasa akan itu. "Tapi mungkin mereka lebih tegas. Misalnya gak ada toleransi untuk keterlambatan tugas," katanya.

Selama berproses di University of Pecs, Fauzan merasa bahwa setiap argumen atau pendapatnya diapresiasi oleh lingkungan. Selain itu, ia tak merasakan jarak yang terlalu besar antara mahasiswa dengan dosen. Terlebih lagi karena di Hongaria, mahasiswa memanggil dosen dengan nama langsung, tak seperti di Indonesia. "Kalau untuk kelas, kami  diajarin banget untuk menggali lebih dalam tentang diri, refleksi diri," ujarnya.

Tak hanya itu, Fauzan juga merasakan bahwa dosennya di sana lebih peka terhadap mahasiswanya. Ketika Fauzan yang biasanya selalu duduk di bangku depan, lalu sekali memilih duduk di belakang, dosennya menyadari itu. Sang dosen menanyakan, apakah dia baik-baik saja. Ia meminta Fauzan untuk memberitahunya jika terjadi sesuatu yang kurang baik. "Dari hal-hal kecil itu, aku merasa diperhatikan. Salah satu dosen terbaik yang pernah aku temui."

Sempat Alami Culture Shock

Director of Partnership IISMA Alumni Club itu menyebut bahwa ia sempat mengalami gegar budaya ketika memulai hidup di Hongaria. Ia kaget dengan cara berkenalan di sana yang jauh berbeda dengan yang selama ini ia rasakan di Indonesia. Cara berkenalan di Indonesia menurutnya sangat santai, lain dengan Hongaria yang acuh tak acuh.

"Bahkan gak terlalu peduli, apalagi Asian. Aku belajar banget harus pede (percaya diri) sebagai orang Asia, sebagai orang Indonesia, harus nunjukin bahwa kita juga powerful, loh. Jadi, salah satu caranya lewat pendidikan atau lewat kegiatan-kegiatan yang kami adakan," tutur Fauzan.

Ia juga mempelajari bahwa komunikasi di Hongaria lebih blak-blakan. Hal ini berbeda dengan di Indonesia yang menurut Fauzan cenderung terbiasa berbasa-basi.

Sebagai seorang yang lahir dan besar di Indonesia, Fauzan ingin makan nasi ketika sampai di Hongaria. "Di UI biasa makan warteg. Sedangkan aku ke sana hanya dengan kemampuan bisa masak nasi goreng, telur dan mi. Itu yang perlu aku sesuaikan. Aku belajar masak, lihat YouTube, tanya sama mamaku."

Aktif Mengenalkan Budaya Indonesia 

Selain berbau akademik, Fauzan juga aktif dalam mengenalkan budaya dan makanan Indonesia. Pertama, lewat momen Heros Challenge dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November. Ketika itu, kurang lebih 300 pelajar internasional datang menyaksikan. Fauzan dan mahasiswa asal Indonesia lainnya menyuguhkan sekitar 500 makanan tradisional nusantara. 

Momen pengenalan budaya kedua bagi mahasiswa IISMA adalah Batik Challenge. Mereka mengenalkan bagaimana batik membuat batik ke anak-anak sekolah dasar. "Kami bikin sesederhana mungkin. Ada lomba-lomba juga seperti balap kelereng, memasukkan paku ke dalam botol, makan kerupuk, ada mentor untuk menunjukkan bagaimana cara bikin batik," ucap Fauzan.

Fauzan juga mengisi sela-sela waktu kosongnya untuk berkenalan dengan temen-temen dari negara lain. Ia dan teman-teman dari Indonesia lainnya kerap memenuhi undangan dari teman-teman negara lain atau dari Perhimpunan Pelajar Indonesia.

Fauzan merasakan kesenjangan yang cukup tinggi ketika masuk dan menjalani kehidupan sebagai mahasiswa baru di UI, terlebih melihat teman-temannya yang berasal dari perkotaan, sedangkan dia dari desa. Ia pun berpikir bagaimana cara menunjukkan eksistensinya. Akhirnya Fauzan menyadari perlu eksplorasi lebih luas untuk menunjukkan itu.

"Setiap usaha kita akan ternilai, walaupun gak lihat sekarang, tapi mungkin dua atau tiga tahun lagi kita akan lihat hasilnya," ucapnya. 

Pilihan Editor: Fakultas Psikologi UIN Jakarta Terbaik se-Indonesia Versi SCImago

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sejumlah Kasus Kematian di Kampus Akibat Penganiayaan, Terakhir Taruna di STIP Jakarta

16 jam lalu

Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan menghadirkan pelaku pembunuhan taruna STIP Marunda, Jakarta Utara, berinisial TRS dalam jumpa pers di Jakarta, Sabtu, 4 Mei 2024. Foto: ANTARA/Mario Sofia Nasution
Sejumlah Kasus Kematian di Kampus Akibat Penganiayaan, Terakhir Taruna di STIP Jakarta

Mahasiswa STIP Jakarta bernama Putu Satria Rastika dinyatakan meninggal setelah dianiaya seniornya. Ini bukan kejadian pertama kematian di kampus.


10 Beasiswa Luar Negeri yang Buka Pendaftaran Mei 2024

16 jam lalu

Ilustrasi beasiswa. Freepik
10 Beasiswa Luar Negeri yang Buka Pendaftaran Mei 2024

Deretan beasiswa luar negeri S1, S2, dan S3 yang membuka pendaftaran pada Mei 2024


USAID dan Kementerian Agama Bikin Acara Global Santri Fest

17 jam lalu

Ilustrasi beasiswa santri Foto Kementerian Agama
USAID dan Kementerian Agama Bikin Acara Global Santri Fest

USAID bekerja sama dengan Kementerian Agama RI mengadakan yang ditujukan memberikan informasi praktis bagi para santri soal beasiswa di Amerika Serika


FEB UI Sekolah Bisnis Terbaik di Indonesia Versi QS World University Rankings 2024

1 hari lalu

Logo Universitas Indonesia. TEMPO, Savero Aristia Wienanto.
FEB UI Sekolah Bisnis Terbaik di Indonesia Versi QS World University Rankings 2024

Predikat itu diraih FEB UI untuk tiga jurusan, yaitu Accounting & Finance, Business & Management Studies, dan Economics & Econometrics.


Pengajuan UKT Mahasiswa Baru UI Dimulai Hari ini, Simak Jadwal, Prosedur, dan Berkasnya

1 hari lalu

Calon mahasiswa baru mengisi formulir pembayaran biaya pendaftaran melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Bank Mandiri kampus Universitas Hasanuddin, Makassar (13/5). FOTO/Dewi Fajriani
Pengajuan UKT Mahasiswa Baru UI Dimulai Hari ini, Simak Jadwal, Prosedur, dan Berkasnya

Berikut prosedur, jadwal, dan berkas yang harus disiapkan oleh mahasiswa baru untuk menentukan besaran UKT di UI, tahun ini.


Dosen FKUI Raih Penghargaan Best Paper pada Kongres Obstetri dan Ginekologi di Jepang

1 hari lalu

Dosen di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Vita Silvana meraih penghargaan Japanese Society of Obstetrics and Gynecology (JSOG) Congress Encouragement Award sebagai Best Paper di bidang Reproductive Medicine. Dok. Humas UI
Dosen FKUI Raih Penghargaan Best Paper pada Kongres Obstetri dan Ginekologi di Jepang

Dosen FKUI dapat bersaing di dunia medis secara global.


SK Biaya Pendidikan UI 2024 Terbit, Kampus Minta Mahasiswa Tak Khawatir soal UKT

1 hari lalu

Logo Universitas Indonesia. TEMPO, Savero Aristia Wienanto.
SK Biaya Pendidikan UI 2024 Terbit, Kampus Minta Mahasiswa Tak Khawatir soal UKT

UI meminta mahasiswa tidak khawatir dengan perubahan sistem UKT dan IPI terbaru.


UKT Prodi Kedokteran Mahal: Berikut Besaran UKT Secara Umum di 5 Kampus

2 hari lalu

Fakultas Kedokteran UI. Foto: UI
UKT Prodi Kedokteran Mahal: Berikut Besaran UKT Secara Umum di 5 Kampus

UKT bagi mahasiswa Kedokteran dikenal paling mahal di antara jurusan lain. Ternyata hal ini bergantung pada kebutuhan terhadap alat praktik, lokasi kampus, dan lainnya.


UKT Naik, Ini Biaya Kuliah UI 2024/2025 Jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri

3 hari lalu

Logo Universitas Indonesia. TEMPO, Savero Aristia Wienanto.
UKT Naik, Ini Biaya Kuliah UI 2024/2025 Jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri

Rincian biaya UKT jalur SNBP, SNBT, PPKB, SJP, dan SIMAK UI tahun akademik 2024.


Skema Pemeringkatan Universitas Versi Times Diubah, UI Masih Bisa Naikkan Peringkat

3 hari lalu

Logo Universitas Indonesia. TEMPO, Savero Aristia Wienanto.
Skema Pemeringkatan Universitas Versi Times Diubah, UI Masih Bisa Naikkan Peringkat

Universitas Indonesia atau UI masih menjaga posisi bergengsi dalam pemeringkatan kampus versi Times Higher Education. Berikut hasilnya pada 2024.