Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dampak Krisis Iklim, Curah Hujan Semakin Tidak Dapat Diprediksi

Reporter

Editor

Abdul Manan

image-gnews
Tangkapan layar dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Jakarta, Kamis 3 November 2022, memperlihatkan bibit Siklon Tropis 93S di Samudera Hindia sebelah barat daya Sumatera.  Pertumbuhan dan pergerakan bibit siklon ini mempengaruhi intensitas hujan dan gelombang tinggi di wilayah Sumatera dan sebagian Jawa(ANTARA/HO-BMKG)
Tangkapan layar dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Jakarta, Kamis 3 November 2022, memperlihatkan bibit Siklon Tropis 93S di Samudera Hindia sebelah barat daya Sumatera. Pertumbuhan dan pergerakan bibit siklon ini mempengaruhi intensitas hujan dan gelombang tinggi di wilayah Sumatera dan sebagian Jawa(ANTARA/HO-BMKG)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, pola curah hujan di seluruh dunia berubah secara dramatis. Banyak wilayah mengalami perubahan curah hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya sebagai dampak krisis iklim.

Hujan deras semakin sering terjadi. Pada saat yang sama, daerah kering menghadapi kekeringan yang lebih lama, menimbulkan kekhawatiran tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap cuaca yang tidak dapat diprediksi.

Menurut Earth.com, musim kemarau yang berkepanjangan ini memiliki implikasi yang parah bagi pertanian, pasokan air, dan kesehatan ekosistem, sehingga kebutuhan akan tindakan iklim yang komprehensif menjadi lebih mendesak.

Sebuah studi inovatif kini memperkuat hubungan antara perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dan pola curah hujan yang tidak menentu. Ini memberi bukti kuat tentang dampak luas dari aktivitas manusia terhadap sistem iklim global. 

Penelitian soal dampak krisis iklim terhadap curah hujan ini merupakan upaya kolaboratif yang melibatkan Institut Fisika Atmosfer (IAP) dari Akademi Ilmu Pengetahuan Cina, Universitas Akademi Ilmu Pengetahuan Cina (UCAS), dan Lembaga Meteorologi Inggris.

Hasil penelitian ini dengan jelas menunjukkan bahwa tindakan manusia telah memicu pergeseran global yang signifikan menuju pola curah hujan yang lebih tidak stabil, mengganggu siklus cuaca tradisional, dan meningkatkan frekuensi kejadian cuaca ekstrem.

Temuan ini memvalidasi apa yang telah lama diprediksi oleh model iklim, yang menyoroti kebutuhan mendesak akan strategi mitigasi dan adaptasi yang efektif untuk mengatasi krisis iklim yang terus meningkat.

Para peneliti berfokus pada evolusi variabilitas curah hujan sejak tahun 1900-an, dengan meneliti perubahan dari skala regional ke skala global dan lintas skala waktu yang berbeda.

Variabilitas curah hujan pada dasarnya mengacu pada ketidakteraturan dalam waktu dan jumlah curah hujan, yang menunjukkan fluktuasi yang menyimpang dari rata-rata pola historis. Meningkatnya variabilitas menyiratkan distribusi curah hujan yang tidak merata dari waktu ke waktu.

Dalam beberapa kasus, ini dapat menyebabkan hujan selama setahun turun dalam hitungan hari, yang menyebabkan banjir parah. Dalam kasus lain, ada musim kemarau yang berkepanjangan diselingi oleh hujan lebat gagal mengisi kembali air tanah secara efektif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para peneliti melakukan analisis yang cermat terhadap data observasi yang ekstensif. Mereka mengkonfirmasi bahwa variabilitas curah hujan telah meningkat sejak 1900-an. Tren ini diamati di lebih dari 75% wilayah daratan yang diteliti, terutama di Eropa, Australia, dan Amerika Utara bagian timur.

Pengungkapan yang mengejutkan dari studi ini adalah bahwa variabilitas curah hujan harian telah meningkat secara global sebesar 1,2% per dekade yang itu mengkhawatirkan.

"Peningkatan variabilitas curah hujan terutama merupakan konsekuensi dari emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia, berkontribusi pada atmosfer yang lebih lembap dan hangat. Hal ini selalu menyebabkan hujan lebat yang lebih sering terjadi, diselingi oleh fluktuasi yang lebih besar antara cuaca ekstrem ini," kata penulis utama studi ini, Dr. Zhang Wenxia.

Zhang mencatat bahwa variasi curah hujan lebih lanjut dipengaruhi oleh pola sirkulasi atmosfer regional selama skala waktu dekade.

Penulis pendamping studi Dr. Zhou Tianjun memperingatkan bahwa masa depan yang kita takuti sudah ada di depan mata. Ini menekankan dampak langsung dan nyata dari krisis iklim. "Peningkatan variabilitas curah hujan memperkuat bukti perubahan harian lebih besar, yang mempersulit prediksi dan persiapan untuk dampak lingkungan."

Peningkatan variabilitas curah hujan akibat perubahan iklim ini menghadirkan tantangan yang signifikan bagi para ahli meteorologi dan pembuat kebijakan, karena model tradisional berjuang untuk memperhitungkan pergeseran cepat dan ekstrem dalam pola cuaca.

Menurut Dr. Wu Peili, penulis lainnya dari studi tersebut, perubahan cepat dan ekstrem dalam pola iklim menimbulkan risiko signifikan terhadap ekosistem, pembangunan ekonomi, ketahanan iklim infrastruktur, dan penyerapan karbon. Ia menekankan bahwa langkah-langkah adaptasi segera sangat penting untuk mengatasi tantangan yang mendesak ini.

Pilihan Editor: Walhi Kritik Kereta Tanpa Rel di IKN, Sebut Tetap Menghasilkan Emisi Karbon

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Konsumsi Energinya Tinggi, Pakar Memperingatkan Penggunaan AI Bisa Mempercepat Krisis Iklim

3 hari lalu

Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock
Konsumsi Energinya Tinggi, Pakar Memperingatkan Penggunaan AI Bisa Mempercepat Krisis Iklim

Pakar memperingatkan bahwa AI bisa memerparah krisis iklim karena konsumsi energinya yang tinggi.


Kapan Musim Hujan 2024 Tiba? Ini Penjelasan BMKG

7 hari lalu

Penting untuk menjaga kesehatan selama musim hujan agar terhindar dari berbagai jenis penyakit. Ini tips menjaga kesehatan di musim hujan. Foto: Canva
Kapan Musim Hujan 2024 Tiba? Ini Penjelasan BMKG

Beberapa wilayah di Indonesia sudah mulai mengalami musim hujan. Berikut ini prediksi musim hujan pada 2024 di Indonesia menurut BMKG.


Perkiraan Cuaca BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem, Hujan Lebat Merata di Jawa Barat dalam Sepekan

11 hari lalu

Ilustrasi hujan badai petir. Pixabay
Perkiraan Cuaca BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem, Hujan Lebat Merata di Jawa Barat dalam Sepekan

BMKG merilis perkiraan cuaca sepekan ke depan. Hujan sedang hingga sangat lebat yang disertai petir dan angin kencang diprediksi mengguyur Jawa Barat.


Cara Dion Wiyoko Promosikan Gaya Hidup Ramah Lingkungan

26 hari lalu

DION WIYOKO
Cara Dion Wiyoko Promosikan Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Dion Wiyoko menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dalam aktivitas sehari-hari sebagai komitmen mempromosikan keberlanjutan.


Pentingnya Resiliensi Anak Hadapi Perubahan Iklim

40 hari lalu

Ilustrasi bermain di banjir. TEMPO/Artika Rachmi Farmita
Pentingnya Resiliensi Anak Hadapi Perubahan Iklim

KemenPPPA menegaskan pentingnya membentuk resiliensi dan kesiapsiagaan anak terhadap bencana untuk menghadapi kompleksitas akibat perubahan iklim.


Hadapi Krisis Iklim, FAO Revisi Pedoman Pengelolaan Risiko Kebakaran Hutan

44 hari lalu

Logo FAO
Hadapi Krisis Iklim, FAO Revisi Pedoman Pengelolaan Risiko Kebakaran Hutan

FAO menerbitkan pedoman baru yang bisa dipakai negara-negara untuk mengelola risiko kebakaran hutan yang kian tinggi akibat krisis iklim.


Kopi Arabika Terpukul Krisis Iklim, Peneliti Sebut Robusta Kopi Masa Depan

48 hari lalu

Petani memanen kopi buah ujung  di perkebunan di Air Hitam Lampung Barat, Ahad, 15 Oktober 2023. Tingginya curah hujan di tahun 2022 berdampak pada menurunnya produksi kopi robusta pada tahun 2023 di Kabupaten Lampung Barat mencapai 20 sampai 50 persen. TEMPO/Amston Probel
Kopi Arabika Terpukul Krisis Iklim, Peneliti Sebut Robusta Kopi Masa Depan

Para peneliti di sejumlah negara menilai kopi Robusta bisa jadi alternatif ketika Kopi Arabika terpukul oleh krisis iklim.


Kekeringan Melanda Imbas Krisis Iklim, Peneliti BRIN Sarankan Metode Ini

56 hari lalu

Warga mencuci baju di pinggiran kali saluran irigasi terusan Kalimalang di Desa Karangasih, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Rabu 12 Juni 2024. Krisis air bersih membuat warga Desa Karangasih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti memasak, mandi, hingga mencuci pakaian. TEMPO/Tony Hartawan
Kekeringan Melanda Imbas Krisis Iklim, Peneliti BRIN Sarankan Metode Ini

Perubahan iklim berpotensi menggerus persediaan air di banyak wilayah Indonesia setiap tahunnya.


Jembatan Cina Ambruk Tewaskan 12 Orang, Presiden Xi Jinping Perintahkan Penyelamatan Darurat

20 Juli 2024

Tangkapan layar kawasan banjir di Kota Meizhou, Guangdong, Tiongkok, 17 Juni 2024.  (File image: Video obtained by Reuters)
Jembatan Cina Ambruk Tewaskan 12 Orang, Presiden Xi Jinping Perintahkan Penyelamatan Darurat

Ratusan penyelamat terlibat dalam pencarian terhadap sekitar 20 kendaraan yang hilang setelah jembatan jalan raya di Cina ambruk saat hujan lebat


Kemendagri Perkuat Sistem Pemetaan Data Wilayah Rawan Bencana

18 Juli 2024

Sisifus. Ilustrasi TEMPO/Imam Yunianto
Kemendagri Perkuat Sistem Pemetaan Data Wilayah Rawan Bencana

Kemendagri tengah memperkuat dukungan data untuk program pembangunan lingkungan hidup, ketahanan bencana, dan perubahan iklim.