Chief technology officer Hutchinson CP Pelecom Indonesia, Benoit Hanssen, mengatakan saat ini sudah ada 10 BTS yang didukung dengan sel bahan bakar hidrogen. "Sampai akhir tahun ini target jangka menengah kami adalah mengurangi penggunaan genset di BTS sampai 50 persen dan menggantinya dengan hidrogen," ujar Benoit di kantornya di kawasan Menara Mulia, Jakarta, pada hari ini.
Genset biasa digunakan jika aliran listrik dari PLN mati. Selain genset BTS juga didukung dengan baterai sebagai cadangan listrik yang bertahan selama satu atau dua jam.
Persoalannya, menurut Benoit, genset berbahan bakar fosil menghasilkan polusi. Selain polusi suara, genset juga menghasilkan gas beracun karbondioksida (CO2).
Benoit menjelaskan sel bahan bakar hidrogen menggunakan hidrogen tabung sebagai bahan bakar. Proses kimia akan menangkap oksigen dari udara dan menggabungkannya sehingga tercipta air untuk menghasilkan listrik. "Limbahnya air murni seperti yang anda beli di apotik-apotik. Anda bisa langsung meminumnya karena itu air bersih," ujar Benoit. Selain itu, bahan bakar sel hidrogen tak berisik.
Dalam jangka panjang sistem ini juga sangat efisien dalam mengurangi biaya operasional dan modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Pasalnya, tidak seperti genset yang harus dikunjungi setiap dua minggu atau sebulan sekali, hidrogen tidak membutuhkan perawatan yang rumit.
"Biaya perawatannya 10 kali lebih rendah dibanding biaya perawatan genset, meski harga mesinnya masih lebih mahal. Tetapi dalam jangka panjang tetap lebih efisien apalagi harga teknologi nanti akan semakin turun," ujar Benoit.
Bahkan, imbuhnya, perusahaan sudah bisa mencapai BEP atau break even poin dalam jangka waktu tiga atau empat tahun dengan mesin ini.
Selain sel bahan bakar hidrogen, Three juga sedang mengembangkan alternatif pengganti energi listrik lainnya yaitu sel matahari. Hanya saja jika hidrogen digunakan untuk back-up listrik, sel matahari akan digunakan di daerah yang sama sekali tidak didukung listrik.
KARTIKA CANDRA