TEMPO.CO, Jakarta - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) minta warga mewaspadai guguran lava Gunung Karangetang di Pulau Siau Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, setelah erupsi beberapa waktu lalu.
"Akumulasi material hasil erupsi efusif yang berada di lembah-lembah jalur luncuran atau guguran lava pijar berpotensi menjadi guguran lava ke bagian hilir," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) P. Hadi Wijaya dalam laporan aktivitas Gunung Karangetang periode 1-15 Agustus 2024 di Manado, Kamis, 8 Agustus 2024, seperti dilansir Antara.
Kondisi ini, kata Hadi, memerlukan kewaspadaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya mengenai kemungkinan turunnya lahar di waktu hujan di puncak.
Dari pengamatan visual, kata Hadi, umumnya cuaca di sekitar gunung dalam keadaan cerah hingga hujan. Gunung api kadang tertutup kabut.
Pada saat cerah teramati asap kawah putih dengan intensitas sedang hingga tebal. Tinggi kolom asap maksimum mencapai 100 meter di atas puncak, angin lemah hingga sedang ke arah timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut.
Badan Geologi juga melihat adanya guguran lava, namun secara visual jarak dan arah luncur tidak teramati. Kondisi kawah utara kadang teramati asap kawah setinggi maksimum 50 meter di atas puncak.
Hadi mengatakan, kegempaan pada periode tersebut terekam satu kali gempa guguran, enam kali gempa hybrid, dua kali gempa vulkanik dangkal, 14 kali gempa vulkanik dalam, satu kali gempa tektonik lokal, satu kali gempa terasa dan 77 kali gempa tektonik jauh.
Masyarakat diminta mewaspadai adanya awan panas guguran karena kubah lava lama masih ada di puncak gunung yang sewaktu waktu dapat rubuh bersamaan dengan keluarnya lava.
Pilihan Editor: BRIN Berkomitmen Kembangkan Teknologi Nuklir dan Siap Jadi Badan Pelaksana