Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cisco, NetApp, dan VMware Berkolaborasi Menuju Komputasi Awan  

image-gnews
.
.
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Di Indonesia, teknologi Cloud Computing atau komputasi awan, selama ini baru sebatas tren yang didengang-dengungkan oleh vendor-vendor teknologi saja. Sedangkan untuk menerapkannya, masih ditemui sejumlah kendala.

Komputasi awan, atau teknologi untuk mengefisienkan penyimpanan data sejatinya bukanlah "barang" baru. Sejak 1-2 tahun lalu, teknologi ini sudah "ramai" diperbincangkan dan mulai diterapkan di luar negeri.

Sebuah perusahaan yang menerapkan teknologi tersebut bisa jadi tak perlu lagi menyediakan infrastruktur atau perangkat penyimpanan data sendiri. Data-data perusahaan tersebut bukanlah "dihilangkan", melainkan disimpan di data center yang digunakan bersama-sama.

Data milik perusahaan pengguna layanan komputasi awan ini bisa saja disimpan di data center yang ada di negara lain, yang tak diketahui si pengguna layanan. Karena perangkat penyimpanan datanya tidak terlihat secara fisik itulah, teknologi ini disebut komputasi awan.

Cara kerja komputasi awan yang seperti itu yang masih mengundang keraguan konsumen di Indonesia, apakah teknologi tersebut aman atau tidak. Selain itu, sebelum melangkah ke komputasi awan, sebuah perusahaan terlebih dahulu harus menerapkan virtualisasi data centernya secara internal.

Dengan melakukan virtualisasi internal, sebuah perusahaan yang sebelumnya memiliki sepuluh server untuk menjalankan sepuluh aplikasi (1 server untuk 1 aplikasi), mungkin jadi hanya membutuhkan sebuah server saja.

Namun, untuk melakukan virtualisasi, selama ini konsumen seringkali masih dilanda kebingungan. Mau dimulai darimana virtualisasi itu. Apakah storage-nya, server atau jaringannya terlebih dahulu.

"Kalau virtualisasi internal saja belum dilakukan, bagaimana mau merasakan virtualisasi eksternal. Memanage yang secara fisik saja masih sulit, bagaimana mau memanage yang tidak terlihat," kata Edwin Lim, Country Manager VMware Indonesia, penyedia layanan virtualisasi infrastruktur bisnis.

Itu dari sisi konsumen. Sementara dari sisi penyedia layanan, agar virtualisasi bisa berjalan lebih efisien dan menyeluruh, dibutuhkan kolaborasi. Yakni antara penyedia layanan storage, penyedia layanan infrastruktur jaringan serta penyedia layanan server dan mesin virtualisasi.

Nah, untuk mewujudkan virtualisasi data center bisa lebih efisien, dinamis serta aman itulah, tiga penyedia layanan, yakni Cisco (jaringan), NetApp (data center) dan VMware (mesin virtualisasi), berkolaborasi untuk menyediakan sebuah arsitektur desain baru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kolaborasi ini adalah bentuk perluasan kerjasama yang sudah dilakukan ketiga perusahaan itu sebelumnya. "Karena virtualisasi akan sulit diwujudkan tanpa kolaborasi," ujar Steven Law, Country Manager NetApp Indonesia, Vietnam dan Filipina, saat mengumumkan kerjasama tersebut di Jakarta, Kamis pekan lalu.

Selain Steven Law dan Edwin Lim, turut serta Kurnijanto Edy Sanggono, Business Development Manager Cisco Indonesia. Di tingkat global, kerjasama tiga vendor terkemuka ini telah diluncurkan sejak 26 Januari lalu.

Layanan yang diperkenalkan ketiga perusahaan tersebut adalah Secure Multi-tenancy Design Architecture. Selain end to end, arsitektur desain baru ini menjanjikan keamanan yang lebih baik dalam lingkungan awan, yang sebelumnya menjadi keraguan dan kendala dari sisi konsumen.

Ibarat sebuah hotel yang diasumsikan sebagai data center, sedangkan para tamu yang menginap diasumsikan sebagai data milik pelanggan. Kendati hotel tersebut digunakan beramai-ramai atau bergantian, pengelola hotel yang baik tentu harus memastikan keamanan dan privasi setiap tamu yang menginap di dalamnya.

"Masalah keamanan dan privasi tentu menjadi perhatian kami," kata Kurnijanto. Menurutnya, menuju komputasi awan tidaklah semudah membalik telapak tangan. Apalagi untuk memastikan apakah layanan yang disediakan tersebut aman bagi pelanggan.

"Karena itulah kami (NettApp, Cisco dan VMware) mencoba menyatukan apa yang kami miliki menjadi satu desain yang sudah terbukti (aman)," ujarnya. Arsitektur desain baru dari ketiga vendor tersebut juga didukung layanan 24 jam dari para staf profesional.

Kerjasama ini sekaligus membuka kesempatan bagi para partner lokal yang ingin bekerjasama. Sayangnya, ketiga bos penyedia layanan korporat itu enggan menegaskan apakah kolaborasi tersebut juga akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan konsumen untuk melakukan virtualisasi, ketimbang melakukan virtualisasi secara partial alias bagian perbagian.

"Soal biaya relatif, tapi yang jelas pusingnya lebih sedikit," kata Edwin. Namun ketiganya optimis dengan layanan hasil kolaborasi ini, virtualisasi data center yang dinamis, efisien serta aman bakal terwujud di tahun 2010 ini. "Karena virtualisasi itu bisa terjadi tidak serta merta karena ingin komputasi awan, tetapi karena semua pelanggan menginginkan efisiensi," kata Steven.

DIMAS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kepala BNPB: Indonesia Harus Punya Sistem IT Bencana

9 Mei 2017

Kepala BNPB Willem Rampangilei memberikan sambutan pada Asian Committe on Disaster Management di Hotel Gumaya, Semarang, 26 April 2016. Perhelatan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat dan meningkatkan penanggulangan bencana di dunia, khususnya di kawasan Asia Tenggara. TEMPO/Budi Purwanto
Kepala BNPB: Indonesia Harus Punya Sistem IT Bencana

Kepala BNPB Willem Rampangile menyatakan Indonesia perlu investasi pengembangan teknologi informasi kebencanaan.


Google Investasi Kabel Bawah Laut Singapura-Jakarta-Australia

6 April 2017

Google mengumumkan investasi kabel bawah laut Singapura-Jakarta-Australia. Kredit: Techcrunch
Google Investasi Kabel Bawah Laut Singapura-Jakarta-Australia

Google mengumumkan investasi kabel bawah laut yang menghubungkan Singapura ke Perth dan Sydney di Australia dengan cabang Jakarta.


Oleh-oleh Rombongan Wali Kota Risma-ITS dari San Fransisco

19 Februari 2017

Ilustrasi Facebook dan Twitter/ media sosial. REUTERS/Dado Ruvic
Oleh-oleh Rombongan Wali Kota Risma-ITS dari San Fransisco

Sepulang dari Amerika Serikat, ITS akan menindaklanjutinya dengan melakukan kerja sama kongkrit.


Silicon Valley Bersiap Pindahkan Pekerja ke Kanada

1 Februari 2017

Kota Vancouver di Kanada. Foto: commons.wikimedia.org
Silicon Valley Bersiap Pindahkan Pekerja ke Kanada

Pengusaha Silicon Valley memfasilitasi perusahaan AS membuat
anak perusahaan dan memindahkan karyawan ke Vancouver, Kanada.


Hybrid Cloud Lebih Diminati Perusahaan Indonesia, Kenapa?

18 Januari 2017

Komputasi Awan.
Hybrid Cloud Lebih Diminati Perusahaan Indonesia, Kenapa?

Pemimpin IT lebih pilih komputasi hybrid untuk perusahaannya bertransformasi digital


Pemimpin TI di Indonesia Prioritaskan Hybrid Cloud

18 Januari 2017

Seorang staff menunjukkan cara kerja piranti lunak cloud computing untuk mengoperasikan penerbangan, di booth Microsoft pada persiapan Pameran Komputer CeBit di Hanover, Jerman, Senin (5/3). REUTERS/Fabrizio Bensch
Pemimpin TI di Indonesia Prioritaskan Hybrid Cloud

Permintaan akan pendekatan hybrid yang lebih terintegrasi semakin
menguat.


Buka Kantor Baru, Google Investasi Rp 17 Triliun di Inggris

16 November 2016

Sundar Pichai. REUTERS
Buka Kantor Baru, Google Investasi Rp 17 Triliun di Inggris

CEO Google Sundar Pichai mengatakan Inggris adalah salah satu pasar terbesar Google.


NTT Communications Luncurkan Jaringan Kabel Optik Bawah Laut

31 Oktober 2016

Foto: worldisround.com
NTT Communications Luncurkan Jaringan Kabel Optik Bawah Laut

NTT Communications Corporation (NTT Com), anak perusahaan solusi TIK dan komunikasi internasional NTT (NYSE:NTT) Group, meluncurkan APG.


Canggih, Sistem Cloud Kini Sudah Ada dalam Jaket

23 Agustus 2016

ilustrasi. technorati.com
Canggih, Sistem Cloud Kini Sudah Ada dalam Jaket

Sistem ini memudahkan pengoperasian perangkat pintar dalam kondisi sulit, seperti bencana atau perang.


Kabel Jepang-AS Kapasitas 60 Terabit Per Detik Beroperasi

30 Juni 2016

Pemasangan kabel 9.000 km menghubungkan Jepang-AS. cnet.com
Kabel Jepang-AS Kapasitas 60 Terabit Per Detik Beroperasi

Kabel bawah laut Jepang-AS memiliki koneksi 10 juta kali lebih cepat dari kabel standar saat ini.