TEMPO.CO, Jakarta - Setelah gempa mengguncang Lombok dan meratakan bangunan, beberapa konsep rumah tahan gempa mulai ditawarkan. Salah satunya Barrataga, sebuah inovasi bangunan modern tahan gempa.
Baca juga: Gempa Lombok, PVMBG Temukan Sesar Baru
"Konsep Barrataga lahir mengacu pada kebutuhan masyarakat, yakni bangunan tembokan biasa yang paling populer dan disukai oleh masyarakat," ujar Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sarwidi, saat dihubungi Tempo melalui pesan singkat, Ju'mat, 31 Agustus 2018.
Konsep dari Barrataga adalah penguatan besi tulangan bangunan yang saling mengait. Sehingga bangunan bisa tahan akan guncangan akibat gempa. Barrataga juga memiliki konsep bottom up.
Baca juga: Tinjau Pembangunan Rumah Korban Gempa, Jokowi Akan ke Lombok Lagi
Menurut Sarwidi, model bangunan biasa diinovasi, agar menjadi tahan gempa dengan penerapan konsep tahan gempa. Konsep Barrataga sudah ada sejak 2003 dan diketahui publik. Konsep tersebut sudah direvisi lebih dari 5 kali untuk mengikuti perkembangan jaman atau keinginan konsumen, serta hasil dari pelitian.
"Konsep bangunan rumah berasal dari keinginan konsumen. Banyak model bangunan tahan gempa yang berasal dari pemerintah, lembaga riset, para pemikir, sehingga agar dapat dipakai oleh masyarakat atau konsumen, harus ada upaya top down melalui serangkaian kebijakan," kata Sarwidi yang juga guru besar bidang rekayasa kegempaan di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Sarwidi mengatakan, bahan-bahannya yang digunakan disesuaikan dengan kondisi tempat atau pun keinginan konsumen. Sedangkan konsep Barrataga publik versi 2018, lanjutnya, melalui buku manual sedang dalam proses cetak.
Baca juga: Sri Mulyani: Anggaran Perbaikan Gempa Lombok Sudah Cair Rp 1,9 T
"Tantangan dari konsep bottom up adalah perjuangannya melalui serangkaian sosialilasi Barrataga agar semakin dikenal dan diterapkan," tambah dia. Rumah ini melingkupi inovasi BMW, artinya B (Biaya) semurah mungkin, M (Mutu) kekuatan tinggi dan W (Waktu) pembuatan sesingkat mungkin.
Melalui inovasi BMW, kata Sarwidi, konsep tersebut diharapkan dapat diminati oleh masyarakat. Dan, Sarwidi menambahkan, bahwa hal itu bisa dilakukan secara bertahap dengan konsep maju berkelanjutan.
Desain Barrataga Publik versi 2018 tetap konvensional tanpa melalui proses pabrik untuk mengakomodasi kesempatan kerja masyarakat di bidang konstruksi atau mandor lokal. Sedangkan Barrataga Semi Konvensional versi 2018, lanjutnya, menggunakan proses pabrik untuk komponen tertentu.
"Juga untuk mengakomodasi bila proses harus berjalan lebih cepat dan khususnya jika tenaga konstruksi atau mandor lokal kurang. Saya akan selalu menginovasikan Barrataga, agar semakin kopetitif secara berkelanjutan," kata Sarwidi yang juga pemegang merk dagang Barrataga.
Baca juga: Perbaikan Rumah Akibat Gempa Lombok Dimulai pada Bulan Depan
Simak artikel menarik lainnya tentang rumah tahan gempa hanya di kanal Tekno Tempo.co.