Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Astronom: Viral Cahaya di Langit Tuban Mirip Fire Ball Hujan Meteor

image-gnews
Rekaman gambar cahaya vertikal di langit Tuban, Jawa Timur, pada Sabtu malam 10 Oktober 2020, yang kemudian viral di media sosial. Instagram.com
Rekaman gambar cahaya vertikal di langit Tuban, Jawa Timur, pada Sabtu malam 10 Oktober 2020, yang kemudian viral di media sosial. Instagram.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Akhir pekan lalu viral foto dan video di media sosial soal cahaya jingga di langit malam yang tampak dari Tuban, Jawa Timur. Bentuk cahaya itu memanjang seperti garis vertikal. Warga setempat menyebutnya lintang kemukus atau komet yang muncul pada ketinggian sekitar 30-an derajat dari tanah.

Avivah Yamani, penggiat astronomi di komunitas Langit Selatan Bandung, menduga penampakan cahaya itu berasal dari hujan meteor Taurid Selatan. Puncak hujan meteor itu memang terjadi pada malam yang sama dan warna cahayanya sesuai. 

Baca juga:
Ini Perbedaan Asteroid, Komet, dan Meteor

“Bisa jadi fireball (bola api) dari meteor Taurid Selatan,” ujarnya, Senin 12 Oktober 2020. Dia menambahkan, bentuk cahaya yang vertikal menandakan jejak meteor yang melesat di angkasa ke bumi.

Namun begitu Avivah menyebut kemungkinan lain soal sumber cahaya itu. “Bisa buatan manusia dari pantulan lampu-lampu yang terang ke langit,” kata lulusan Astronomi ITB itu.

Lampu sorot yang terang itu bisa dari proyek atau acara lain yang menembakkan sinarnya ke langit. “Jadi memang harus dipastikan lagi, intinya semua kemungkinan bisa,” katanya.

Sebelumnya diberitakan sepanjang Oktober ini ada empat macam hujan meteor alias lintang kemukus. Hujan meteor Draconid yang tergolong minor telah berlangsung 6–10 Oktober. Saat waktu puncaknya pada 8 Oktober, setiap jamnya akan melesat sekitar 10 meteor dari sisa debu komet 21P Giacobini-Zinner. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selesai hujan meteor Draconid, puncak hujan meteor Taurid Selatan menyusul pada 10 Oktober. Jumlah meteornya yang berasal dari butiran debu Asteroid 2004 TG10 dan sisa debu Komet 2P Encke itu biasanya tidak lebih dari 5 meteor per jam. “Menariknya, hujan meteor Taurid ini mirip bola api,” kata Avivah.

Mengutip dari laman Langit Selatan, hujan meteor dari rasi bintang Taurus itu berlangsung sejak 10 September–20 November. Melesat dengan kecepatan sekitar 28 kilometer per detik, hujan meteor Taurid bisa diamati setelah matahari terbenam. Sementara rasi Taurus terbit di arah timur sampai terbenam menjelang fajar di barat.

Hujan meteor Taurid Selatan bisa diamati tanpa gangguan cahaya yang dipantulkan Bulan sampai tengah malam. Saat itu rasi Taurus sudah berada di titik tertingginya di langit dan bisa menampilkan atraksi meteor yang menarik untuk diamati.

Baca juga:
Uji Vaksin BCG Lawan Covid-19 Rekrut 10 Ribu Petugas Medis

Hujan meteor delta Aurigid berlangsung 10–18 Oktober. Puncaknya pada Minggu 11 Oktober 2020 di mana melesat tiga meteor per jam berkecepatan sekitar 64 kilometer per detik. Kemunculannya di atas horison mulai pukul 22.26 WIB sampai fajar menyingsing.

Sementara hujan meteor Orionid dari rasi bintang Orian bakal lebih banyak atraksinya. Saat puncaknya pada 21 Oktober, sekitar 25 meteor per jam bakal melesat dengan kecepatan 66 kilometer per detik. Rasi Orion terbit pukul 22.14 WIB di arah timur dan bisa diamati sampai terbit fajar.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Panitia Pemilihan Rektor UI Umumkan Tujuh Calon, Ada yang dari ITB

1 hari lalu

Gedung Rektorat UI. ANTARA/Feru Lantara
Panitia Pemilihan Rektor UI Umumkan Tujuh Calon, Ada yang dari ITB

Pansus pemilihan rektor UI mengumumkan tujuh calon yang lolos tahap penyaringan. Salah satu calonnya berasal dari ITB.


Wacana Tiket KRL Berbasis NIK, Pakar TransportasI ITB Usulkan Gerbong Berkelas atau Voucher Subsidi

2 hari lalu

Penumpang menunggu kereta di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin, 8 Juli 2024. PT Kereta Api Indonesia (Persero) akan menambah impor KRL baru dari Cina sebanyak 8 rangkaian kereta atau trainset senilai Rp2,20 triliun untuk memenuhi kebutuhan armada KRL Jabodetabek pada tahun 2025. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Wacana Tiket KRL Berbasis NIK, Pakar TransportasI ITB Usulkan Gerbong Berkelas atau Voucher Subsidi

Penggunaan NIK untuk penumpang berpotensi menurunkan jumlah pengguna KRL.


Perjalanan Karir Iwan Fals Mulai dari Jalanan, Pentas di Hajatan Kawinan dan Sunatan

2 hari lalu

Aksi Iwan Fals saat tampil di panggung Syncronize Festival 2023 di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta, Jumat, 1 September 2023. Dalam penampilanya, Iwan Fals berkolaborasi dengan Sawung Jabo. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Perjalanan Karir Iwan Fals Mulai dari Jalanan, Pentas di Hajatan Kawinan dan Sunatan

Kisah perjalanan Iwan Fals meraih sukses dan menjadi salah satu legenda musik saat ini.


Profil Chico Hakim, Juru Bicara PDIP yang Mendadak Viral di Media Sosial

2 hari lalu

Chico Hakim. Instagram
Profil Chico Hakim, Juru Bicara PDIP yang Mendadak Viral di Media Sosial

Nama Cyril Raoul Hakim alias Chico Hakim mendadak viral di media sosial X. Ada apa?


Budi Gunadi Sadikin Ingin Naikkan Gaji Rektor ITB Hingga 9 Digit

2 hari lalu

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin saat Rakor Tingkat Menteri Tindak Lanjut Dukungan Bantuan Kemanusiaan Akibat Bencana Tanah Longsor di Prov. Enga, Papua Nugini di Kemenko PMK, Jakarta, 1 Juli 2024. Budi Gunadi Sadikin, pihaknya telah menyediakan lima kelompok bantuan kesehatan. Kelompok pertama berupa obat-obatan sebanyak 44 paket, kedua berbentuk makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita, ketiga merupakan obat-obatan khusus untuk malaria, keempat adalah hygiene kit atau perlengkapan kesehatan sebanyak 665 paket, dan bantuan water purifier (penjernih air) karena air bersih diperlukan di sana. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Budi Gunadi Sadikin Ingin Naikkan Gaji Rektor ITB Hingga 9 Digit

Budi Gunadi Sadikin merupakan Ketua Majelis Wali Amanat Institut Teknologi Bandung. Ia ingin gaji rektor ITB naik menjadi ratusan juta rupiah.


Pemilihan Rektor ITB 2025-2030 Dimulai, Begini Tahapan Lengkapnya

2 hari lalu

Kampus ITB Jatinangor. Dokumentasi: ITB.
Pemilihan Rektor ITB 2025-2030 Dimulai, Begini Tahapan Lengkapnya

Pemilihan rektor baru ITB akan berlangsung selama tiga bulan, sejak 4 September hingga 30 November 2024.


Tidak Hanya Menunggu Pendaftar, Panitia Pemilihan Ikut Cari Calon Rektor ITB

3 hari lalu

Arcandra Tahar TEMPO/Tony Hartawan
Tidak Hanya Menunggu Pendaftar, Panitia Pemilihan Ikut Cari Calon Rektor ITB

Hari ini ITB memulai proses pemilihan rektor. Ketua Search Committee Arcandra Tahar mengatakan akan aktif mencari kandidat yang pas.


Observatorium Nasional Timau di NTT Segera Beroperasi, Begini Potensi Wisatanya

3 hari lalu

Cermin sekunder dan penyangganya telah terpasang dalam kubah Observatorium Nasional Timau, Nusa Tenggara Timur. (Foto: Abdul Rachman/BRIN)
Observatorium Nasional Timau di NTT Segera Beroperasi, Begini Potensi Wisatanya

BRIN saat ini sedang berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mengembangkan industri wisata baru di sekitar lokasi Observatorium Nasional Timau.


Petani di Yogya Pakai 'Oke Google' Viral di Medsos, Bikin Eks Menteri Susi Terkesan

3 hari lalu

Petani di Yogyakarta yang videonya viral karena manfaatkan aplikasi Google Assistant di areal lahannya. Dok. Twitter
Petani di Yogya Pakai 'Oke Google' Viral di Medsos, Bikin Eks Menteri Susi Terkesan

Video seorang pria yang disebutkan sebagai petani milenial asal Yogyakarta memanfaatkan aplikasi Google Assistant dan internet viral di medsos.


Fenomena Astronomi September Diwarnai Beberapa Konjungsi Planet dan Supermoon

6 hari lalu

Penampakan supermoon yang dikenal sebagai bulan biru dan
Fenomena Astronomi September Diwarnai Beberapa Konjungsi Planet dan Supermoon

Pada September ini akan diwarnai fenomena astronomi mulai darik konjungsi atau kedekatan posisi bulan dengan planet, ekuinoks, hingga Supermoon.