TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ternyata tidak dapat memberikan peringatan dini jika terjadi gempa dan tsunami di Selat Sunda yang disebabkan letusan Gunung Anak Krakatau. Faktanya dari sembilan gunung api bawah laut yang berpotensi meletus yang ada di Indonesia, baru satu yang data pengamatannya terkoneksi ke server milik BMKG.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapnya dalam acara diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Rabu 26 Januari 2022. Dia menerangkan, pemantauan gempa vulkanik dilakukan Badan Geologi dan perlu proses untuk bisa membuat sinyal hasil pantauan gempa setiap gunung api itu terhubung ke jaringan BMKG.
Sehingga, termasuk di Selat Sunda saat ini, dia mengatakan, "BMKG tidak mengeluarkan peringatan dini karena alat-alatnya tidak dirancang untuk mendeteksi letusan gunung api."
Belajar dari kejadian tsunami akibat gempa vulkanik yang sudah terjadi, Dwikorita menambahkan, BMKG bekerja sama dengan Badan Geologi atau Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) agar sinyal gempa letusan gunung api dapat masuk peladen miliknya. Dwikorita juga mengatakan BMKG menunggu inovasi dari Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi (BPPT)--kini Badan Riset dan Inovasi Nasional--untuk buoy yang terhubung dengan sensor di dasar laut.
Jika eksperimen tersebut berhasil, data dari buoy akan dapat masuk server BMKG, yang diyakininya akan memperkuat sistem pemantauan dan peringatan dini tsunami, termasuk tsunami Selat Sunda. "Perlu proses untuk semua bisa dikoneksikan," ujar Dwikorita sambil menambahkan hal tersebut adalah tantangan yang harus dijawab guna menciptakan manajemen kebencanaan terpadu.
Baca juga:
BMKG: Tsunami Selat Sunda Bisa Menerjang Pantai Jakarta
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.