Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Fenomena Awan Raksasa di Atas Gunung Merapi, Begini Penjelasannya

Fenomena awan timur Merapi. Foto : Instagram/dhimasgalihsadati779
Fenomena awan timur Merapi. Foto : Instagram/dhimasgalihsadati779
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah foto viral di media sosial menunjukkan awan bak cendawan raksasa merekah di langit di timur Gunung Merapi pada Minggu, 12 Maret 2023. Banyak netizen membenarkan dan menyatakan melihat awan tersebut. 

Di antara kehebohan yang tercipta kemudian, Didi Satiadi, peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, BRIN, menyebut awan itu biasa saja. Dia mengaitkan pembentukan awan itu dengan abu vulkanik atau aerosol dari awan panas erupsi Gunung Merapi yang sedang terjadi Sabtu-Minggu, 11-12 Maret 2023.

Abu itu, kata Didi, "bisa menjadi inti kondensasi yang meningkatkan potensi pembentukan awan.”

Didi membagikan penjelasan tambahannya pada Senin, 13 Maret 2023. Dia memperlihatkan gambar tangkapan layar yang memperlihatkan sebaran awan dari Satelit Himawari-8 pada Minggu, jam 16.00 WIB, di sekitar wilayah Jawa Tengah. Gambar satelit mengkonfirmasi kumpulan awan di sebelah utara Gunung Merapi.

Citra satelit lebih jelas mengungkap dugaan pertemuan angin relatif kering dari arah selatan dengan angin relatif basah dari arah utara. Pertemuan membentuk garis konvergensi di sebelah utara Gunung Merapi. Inilah yang menciptakan awan-awan tersebut.

“Dapat dilihat bahwa awan cenderung terbentuk di sebelah utara dari garis tersebut," kata Didi sambil menambahkan, "Karena angin yang basah dari arah utara cenderung tertahan dan terangkat oleh angin yang kering dari selatan." Lokasi Gunung Merapi dekat dengan pertemuan antara angin kering dari selatan dan angin basah dari utara tersebut. 

Didi juga menghubungkan dengan posisi semu Matahari saat ini yang mendekati garis khatulistiwa. Wilayah Pulau Jawa dalam waktu dekat umumnya akan memasuki masa peralihan musim atau dikenal sebagai masa pancaroba. Dalam masa pancaroba,  angin monsun dari Asia dan Australia cenderung melemah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Turbulensi dan pemanasan lokal, sebagai gantinya akan lebih dominan. Ini yang disebut Didi dapat mendorong proses konveksi lokal, pertumbuhan awan, dan hujan konvektif. "Juga dapat meningkatkan potensi terjadinya puting beliung." 

Beda Awan Panas Merapi dari Awan Biasa 

Erupsi Gunung Merapi kembali memuntahkan awan panas yang masif pada Sabtu lalu. Didi, menerangkan, awan panas (pyroclastic flow) yang berasal dari letusan gunung berapi memiliki sifat agak berbeda daripada awan yang selama ini dikenal.

Ia menjelaskan bahwa wedhus gembel merupakan aliran yang sangat cepat dari gas dan materi vulkanik yang sangat panas yang dimuntahkan oleh gunung berapi yang sedang aktif, dan sangat dipengaruhi gravitasi. Sedangkan awan biasa adalah butir-butir air atau es yang terjadi karena udara yang lembap terangkat ke atas dan mengalami penurunan suhu.

Kembali ke pemandangan awan unik pada Minggu sore, Didi menuturkan,"Abu vulkanik atau aerosol yang berasal dari gunung berapi dapat berperan sebagai inti kondensasi yang dapat meningkatkan potensi terbentuknya awan biasa."


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Top Nasional: Kejanggalan Putusan MK soal Perpanjangan Masa Jabatan Pimpinan KPK, Andi Pangerang Dipecat

2 hari lalu

Suasana ruang sidang saat Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman memimpin Sidang Pleno Khusus Penyampaian Laporan Tahunan 2022 di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Rabu 24 Mei 2023. Melalui Sidang Pleno Khusus ini, diharapkan hak-hak masyarakat atas informasi mengenai MK dapat terpenuhi. Publik diharapkan terlibat dan berpartisipasi menjaga kiprah MK. Selain itu, kegiatan tersebut merupakan upaya MK merealisasikan prinsip transparansi dan akuntabilitas sebagai lembaga negara dan peradilan konstitusi. TEMPO/Subekti.
Top Nasional: Kejanggalan Putusan MK soal Perpanjangan Masa Jabatan Pimpinan KPK, Andi Pangerang Dipecat

Sejumlah pakar hukum menilai keputusan Mahkamah Konstitusi memperpanjang masa jabatan pimpinan KPK dari 4 tahun menjadi 5 tahun sarat kejanggalan.


Peneliti BRIN Ungkap Benteng Terakhir Indonesia dari Terjangan El Nino

2 hari lalu

Siklon Tropis Mawar di Laut Filipina di utara Papua. Twitter/EYulihastin
Peneliti BRIN Ungkap Benteng Terakhir Indonesia dari Terjangan El Nino

Diprediksi oleh peneliti BRIN, kedatangan El Nino tinggal menghitung hari, yakni pada Juni. Dan akan meluas pada Juli.


BRIN Pecat Andi Pangerang, Peneliti yang Ancam Warga Muhammadiyah

2 hari lalu

Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin (tengah) berada di dalam mobil kepolisian setibanya  di Terminal 2 Bandara Soekarno, Hatta, Tangerang, Banten, Minggu 20 April 2023. Andi Pangerang Hasanuddin ditangkap terkait komentarnya yang bernada ancaman terhadap warga Muhammadiyah beberapa waktu lalu di media sosial. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
BRIN Pecat Andi Pangerang, Peneliti yang Ancam Warga Muhammadiyah

Andi Pangerang dinilai terbukti melakukan kesalahan dan pelanggaran berat terkati unggahannya tersebut.


Kecewa, Peneliti Nyatakan Tolak Ajukan Riset Lagi di BRIN

2 hari lalu

Ilustrasi gedung LIPI. Wikipedia.org
Kecewa, Peneliti Nyatakan Tolak Ajukan Riset Lagi di BRIN

Gejolak peneliti di internal Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN masih terus terjadi.


BRIN-APEC Bahas Potensi AI untuk Mitigasi Pandemi Covid-19 dan Tantangannya

4 hari lalu

Ilustrasi Layanan Telemedicine. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
BRIN-APEC Bahas Potensi AI untuk Mitigasi Pandemi Covid-19 dan Tantangannya

Beberapa negara termasuk Indonesia disebut telah memakai AI saat pandemi Covid-19 ini.


Penelitian Penampakan Harimau Jawa di Sukabumi Dikirim ke Jurnal Ilmiah

5 hari lalu

Petugas BKSDA saat memasang kamera cctv bersensor gerakan atau camera trap di batang pohon pinggiran hutan pinus di lereng Gunung Wilis, Desa Nyawangan, Tulungagung. Pemasangan menindaklanjuti laporan penampakan harimau loreng. (Ist/foto dok)
Penelitian Penampakan Harimau Jawa di Sukabumi Dikirim ke Jurnal Ilmiah

Penelitian menindaklanjuti laporan dari warga yang mengaku melihat maung, nama lokal harimau jawa, itu pada 2019.


Rumah Kaca Anggrek di Kebun Raya Bogor, Tempat Penelitian dan Wisata Edukasi Anggrek

10 hari lalu

Wisatawan melihat koleksi bunga anggrek di Griya Anggrek Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/5/2022). Griya Anggrek ini sebagai salah satu kawasan konservasi tumbuhan secara ex-situ untuk pelestarian spesies di luar habitat alaminya. (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/aww.)
Rumah Kaca Anggrek di Kebun Raya Bogor, Tempat Penelitian dan Wisata Edukasi Anggrek

Griya Anggrek di Kebun Raya Bogor merupakan salah satu fasilitas yang secara spesifik untuk menyimpan koleksi anggrek.


Peneliti BRIN Sebut Ada Jamur di Serial The Last of Us, Apakah Benar Bisa Jadikan Zombie?

14 hari lalu

Joel (Pedro Pascal) dan Ellie (Bella Ramsey) dalam serial The Last of Us. Dok. HBO
Peneliti BRIN Sebut Ada Jamur di Serial The Last of Us, Apakah Benar Bisa Jadikan Zombie?

Serial the Last of Us menggambarkan ancaman dunia. Di dunia nyata, jamur tersebut benar-benar ada dan menginfeksi serangga laiknya zombie.


Prediksi Cuaca Hari Ini: BMKG Bilang Cerah Berawan, BRIN Sebut Clear Sky

15 hari lalu

Ilustrasi Ramalan Cuaca. fishershypnosis.com
Prediksi Cuaca Hari Ini: BMKG Bilang Cerah Berawan, BRIN Sebut Clear Sky

Prediksi cuaca hari ini dan beberapa hari ke depan, menurut peneliti BRIN, berpotensi panas terik.


Hujan Lebat Malam Minggu di Jabodetabek Disebut Dipengaruhi Vorteks

16 hari lalu

Ilustrasi cuaca hujan. (ANTARA/Akhyar)
Hujan Lebat Malam Minggu di Jabodetabek Disebut Dipengaruhi Vorteks

Kondisi cuaca hujan lebat itu sejalan dengan peringatan dini BMKG dari waktu ke waktu sepanjang Sabtu siang hingga petang.